Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Pernik Haji] Oleh-oleh Haji Itu Tak Pernah Sampai, Salah Siapa?

4 Oktober 2016   18:53 Diperbarui: 4 Oktober 2016   20:18 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barcer atau barang tercecer, istilah yang digunakan untuk barang yang tertahan tidak bisa dibawa jemaah haji. Jelang kepulangan jemaah haji, barang bawaan sia-sia tak terbawa dan menggunung di bandara. Dari makanan, pakaian, peralatan makan, bahkan oleh-oleh yang semuanya berharap bisa dibawa pulang.

Sebagai seorang ibu yang pergi meninggalkan keluarga, tentu harapan utamanya adalah bisa kembali ke keluarga dengan selamat dan tidak lupa membawa oleh-oleh untuk keluarga tercinta. Terlebih kepergian kali ini adalah sebuah perjalanan suci ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji.

Tentu sang Ibu itu telah bersusah payah mencari sebuah oleh-oleh untuk putri tercinta di Tanah Air. Dalam angannya, sang ibu melihat keceriaan sang putri kala mendapatkan oleh-oleh. Air mata kebahagiaan tentulah menetes tak terasa. Namun impian itu seketika sirna, kala petugas maskapai tidak mengijinkan membawa barang bawaan melebihi ketentuan.

Beberapa ibu yang ditemui saat di bandara, merasa kebingungan bagaimana cara mengemas barang bawaan yang kadung dibeli dan dibawa, sementara tas telah penuh. Ada pula yang memohon kelonggaran, karena mereka membawa kurma dan mainan sebagai oleh-oleh anaknya. Petugas haji yang bertugas saat itu, hanya bisa memberikan saran agar barang dipilah kembali dengan baik. Barang penting dimasukkan dalam tas tentengan, baju dapat dikenakan berlapis dan bahan makanan bisa dimakan secukupnya.

Beberapa jemaah memang marah, kecewa dengan orang kondisi ini. Gambaran ini jelas menunjukkan bahwa upaya heroik sang ibu berakhir dengan sia-sia, menyisakan barang tercecer yang menggunung di bandara. Harapan, upaya dan sejumlah uang yang dikeluarkan tidak menjadi berarti. Beberapa jenis barang tertinggal akan dimanfaatkan oleh petugas mukimin, petugas kebersihan bandara dan sisanya menjadi sampah terbuang percuma.

Tumpukan barang usai ditinggalkan jemaah, akan dipilih dan dipilah kembali oleh sejumlah petugas. Barang layak pakai dipisahkan dengan makanan dan bahan sisa. Kondisi yang tidak terkoordinir ini sering menimbulkan kecemburuan sesama dan friksi diantara mereka pun terjadi.

Pengiriman Kargo Menjadi Solusi

Sebenarnya ada cara yang lebih nyaman untuk mengamankan oleh-oleh tetap sampai. Jemaah haji memiliki masa tinggal paling tidak 38 hari selama di Saudi Arabia, 9 hari di Madinah dan sisanya di Mekah. Seyogyanya jemaah telah memiliki semacam rencana, rincian jenis barang yang akan dibeli sebagai oleh-oleh. Sehingga tidak seluruhnya menumpuk diakhir masa pemulangan.

Untuk barang atau oleh-oleh yang sudah direncanakan, sebaiknya dibeli sejak awal kedatangan dan dikirim via kargo. Paling tidak barang sudah sampai duluan, sebelum jemaah datang, tak masalah. Sedangkan barang yang dibeli jelang kepulangan bisa dimasukkan dalam koper bersama pakaian bekal lainnya. Sementara barang keperluan sewaktu-waktu dan barang pecah belah dibawa dengan tas tentengan. Sedangkan tas paspor digunakan untuk menyimpan dokumen haji, uang, hp dan perhiasan.

Sejumlah penyedia jasa pengiriman barang tersedia di kedua kota perhajian. Kita tinggal menghubungi mereka, dan akan datang ke lokasi. Dengan tarif 8 sampai 10 riyal per kilogram, barang akan sampai ke Tanah Air dalam kurun 20 hari. Itu dengan kargo pesawat. Sementara untuk kargo kapal laut, biaya lebih murah hanya 5 atau 6 riyal per kilogram, dengan masa pengiriman mencapai 40 hari.

Pengiriman barang tentunya disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan. Dan yang lebih penting melihat kondisi kelonggaran keuangan. Untuk barang yang digunakan sebagai oleh-oleh sebaiknya didahulukan dengan pengiriman kargo pesawat. Sedangkan barang yang sifatnya untuk kebutuhan diri sendiri dan tidak mendesak bisa dikirim dengan kargo kapal. Seperti karpet atau barang sejenis lainnya. Lebih ekonomis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun