Selepas Arco Podo (2.900 Mdpl), saya mulai frustasi mengahadapi jalur pendakian, posisi Kami ada di tengah-tengah, jika turun jauh, ke puncak pun masih jauh. Kepalang tanggung, meski pergerakan lambat, sedikit demi sedikit kami menyeret langkah yang kian lemah. Lebih banyak istirahatnya dibanding jalannya.
Pukul 08.00, kami berhasil menginjakan kaki di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Ya, Puncak Mahameru di ketinggian 3.676 Mdpl. Puncak Mahameru berupa tanah datar yang cukup luas. Di Puncak ini terdapat prasasti untuk mengenang Soe Hok Gie dan Idhan Lubis yang meninggal di Mahameru.Â
[caption caption="Saya dan Sahabat Saya Neo, di Puncak Mahameru (Dok. Prapti Efendi)"]
Meski masih ingin berlama-lama menikmati keindahan dari atap Pulau Jawa paling lambat pukul 09.00 para pendaki harus segera meluncur kembali ke camp di Kali Mati. Dikuatirkan asap beracun yang berasal dari kawah Jonggring Saloko akan mengarah ke Puncak Mahameru yang sangat membahayakan para Pendaki.Â
[caption caption="In memoriam Soe Hok Gie dan Idhan Lubis (Dok. Prapti Efendi)"]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H