Mohon tunggu...
Rita Rosiana
Rita Rosiana Mohon Tunggu... pegawai negeri -

lebih suka naik gunung dan menulis catatan perjalanan dibanding menulis jurnal...he he

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pendakian Gunung Kerinci, Perjalanan Menggapai Atap Sumatera

3 Oktober 2012   15:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:18 7342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_216080" align="aligncenter" width="448" caption="Shelter 3 Gunung Kerinci"]

13492772421894555521
13492772421894555521
[/caption]

Pukul 17.52 saat matahari mulai terbenam kami sampai di shelter 3, menyaksikan sun set di sini.

[caption id="attachment_216082" align="aligncenter" width="448" caption="View Sun Set dari Shelter 3 Gunung Kerinci"]

13492773861352039007
13492773861352039007
[/caption] Shelter 3 merupakan shelter terakhir, kami mendirikan tenda dan bermalam di sini untuk selanjutnya summit attack keesokan harinya.Sambil beristirahat, kami menunggu kedatangan teman-teman yang naik belakangan. Beberapa teman ikut menjemput mereka ke shelter 2. Kabarnya salah satu dari mereka ada yang “ngedrop”, mungkin karena baru kali pertama mendaki. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala ketika tahu kalu ada salah satu dari mereka baru pertama kali mendaki dan langsung ke Kerinci. Pukul 20.00 akhirnya mereka sampai di shelter 3, segera di tenda nya teman kami itu, kami sibuk memberikan “pertolongan” dari dalam tenda aku tinggal berteriak “cowok2, minta air panas dong, cowok2 minta nasi dong semua sibuk memberikan bantuan. Segera aku balur tubuh teman tersebut dengan minyak kayu putih. Selanjutnya sleeping bag dan Jaket segera beraksi namun rupanya dia masih merasa kedinginan. Setelah diberi minum air hangat dan selanjutnya dia minum obat maag kondisinya mulai membaik. Rupanya maagnya kambuh karena terlambat makan, memang sebelumnya saya sudah mengingatkan agar dia makan atau ngemil, namun dia selalu menjawab tidak ada selera makan. Sekitar pukul 21.00 aku kembali ke tenda ku untuk dan bersiap untuk rehat, sebelumnya saya tak lupa berpesan pada teman itu supaya besok tidak memaksakan diri untuk summit attack kalau kondisinya tidak fit.

14 Mei 2012

Pukul 03.00, suara-suara gaduh dari tenda tetangga sebelah sudah cukup membuatku benar-benar terjaga padahal mata ini baru saja akan terlelap. Meski lelah ternyata tak lantas membuatku bisa tertidur lelap, mungkin dinginnya udara juga ikut berpengaruh, meski sudah memakai baju berlapis termasuk jaket polar, jilbab, kaos kaki, sarung tangandan kupluk nyatanya saya masih kedinginan. Teriakan-teriakan muncak terdengar bersahut-sahutan, membuatku sudah benar-benar terjaga. Dinginnya udara membuat kami bertahan di dalam tenda saat menyiapkan menu untuk dimakan sebelum muncak. Saya dan erick memasak air untuk membuat the manis, sementara anjar, kucay dan balak masih enggan bangkit dan keluar dari sleeping bag nya, sedang om ridho sudah bersiap-siap dengan segala atribut untuk muncak. Acara masak-memasak selesai kami semua minum the manis dan makan roti bakar dan sosis goreng yang saya masak bersama erick. Hmmm, kurang memadai sebetulnya menu yang kami makan kerena jumlahnya sedikit dan dimakan oleh kami bertujuh. Niatnya nanti turun dari puncak baru kami makan besar, apaalgi kalau bukan indomie rebus. Setelah itu saya dan teman-teman mempersiapkan atribut untuk muncak. Sarung tangan, gaiter, kupluk, sepatu trekking, jaket, head lamp dan logistik. Ayo kawan summit attack ready.

Pukul 05.00 kami mulai meninggalkan camp di shelter 3, melawan dinginnya udara, menapaki jalur menuju puncak kerinci. Dingginnya udara membuatku berjalan tertatih, semakin ke atas trek yang dilalui semakin berat karena pasir dan kerikil yang kami injak sering longsor saat di injak. Saya mendongak memandangi puncak kerinci, ooooh bisakah saya menginjakkan kaki di tanah tertinggi di Sumatera ini?. Terlihat beberapa teman sudah ada yang sampai di puncak, sementara saya masih terseok-seok menapaki jalur selangkah demi selangkah. Sekitar pukul 05.54 kami tiba di Batu Gantung, dari sini kami menyaksikan sun rise sungguh pemandangan yangmenakjubkan.

[caption id="attachment_216084" align="aligncenter" width="448" caption="View Danau Gunung Tujuh dari Batu Gantung"]

13492774951980380739
13492774951980380739
[/caption] Dari kejauhan nampak danau gunung tujuh nampak mempesona dengan warna kebiruan. Kami mengabadikan momen ini dengan berfoto secara bergantian di batu gantung. Agak cukup lama kami berhenti di batuj gantung ini, lumayan menyambung kembali nafas yang sudah mulai kembang-kempis.

[caption id="attachment_216086" align="aligncenter" width="448" caption="View Sun Rise Dari Batu Gantung"]

13492776021637628109
13492776021637628109
[/caption]

1349277700941626551
1349277700941626551

Setelah puas dengan sun rise di batu gantung, perjalanan kami lanjutkan. Kembali pasir yang gembur dan kerikil harus kami lalui, ditambah lagi kemudian bau belerang yang sangat menyengat menusuk hidung membuat nafasku tersengal dan paru-paru terasa penuh.

1349277784946321321
1349277784946321321

Rupanya agin menerbangkanbau belerang dari kawah di puncak Kerinci dan arahnya kea rah kami. Hampir saja aku menyerah karena kondisi menjadi semakin sulit, berkali saya hentikan langkah karena nafas semakin sesak, kulihat teman-teman yang lain pun mengalami hal serupa.

[caption id="attachment_216093" align="aligncenter" width="448" caption="Menuju Tugu Yudha"]

13492778501166535798
13492778501166535798
[/caption] Setelah membasahi bandana dengan sedikit air lalu dipakai sebagai masker bau belerang yang menusuk lumayan tidak terlalu mengganggu lagi. Pukul 06.50 kami tiba di Tugu Yudha, dari sini puncak kerinci terlihat semakin dekat. Go..go..go semangat kawan sedikit lagi kita akan sampai di puncak membuat kami semakin bersemangat melangkah.

[caption id="attachment_216097" align="aligncenter" width="299" caption="View Puncak Kerinci dari Tugu Yudha"]

13492779772142333750
13492779772142333750
[/caption]

Tiga…dua….satu, akhirnya Pukul 07.30 kami mencapai puncak kerinci, kita berhasil kawan menggapai atap Sumatera. Rasa haru menyelimuti....tidak sia-sia segala perjuangan kami karena semua terbayar. Sedikit gemetar karena harus berjalan di bibir kawah ketika kita akan menuju tulisan puncak Kerinci, aneh disini malah bau belerang tidak tercium.

[caption id="attachment_216100" align="aligncenter" width="448" caption="Kawah Kerinci"]

13492780821119690913
13492780821119690913
[/caption] Saya sempat mencari-cari tiang bendera di puncak kerinci seperti yang saya lihat di foto teman yang mendaki Kerinci pada tahun akhir 2011, namun saya tidak menemukan sepertinya tergerus oleh longsor di Puncak.

[caption id="attachment_216101" align="aligncenter" width="448" caption="Puncak Kerinci"]

13492781501145597844
13492781501145597844
[/caption]

[caption id="attachment_216103" align="aligncenter" width="448" caption="View Danau Gunung Tujuh dari Puncak Kerinci"]

1349278216730730955
1349278216730730955
[/caption]
13492782851597607904
13492782851597607904

Hampir pukul 09.00 setelah cukup puas berpose aneka gaya dengan latar puncak kerinci dan danau gunung tujuh di kejauhan, kami bergegas turun karena asap belerang sudah mulai naik. Berbahaya kalau kami masih berada di puncak. Kami mulai menuruni trek kembali untuk menuju camp di shelter 3. Perjalanan turun agak sedikit mudah dibandingkan dengan saat naik, karena kami bisa sedikit meluncur seperti sedang bermain ski. Beberapa kali aku terhempas karena kehilangan keseimbangan, “bonusnya” adalah engkel kaki menonjol karena menghempas batu.

Sekitar pukul 10.00 an kami sampai kembali di camp shelter 3, saya segera menghempaskan tubuh di dalam tenda. Panas mentari yang menyengat membuat kepala terasa pusing ditambah pula dengan perut yang mulai terasa lapar. Dari dalam tenda saya memperhatikan aktivitas anjar dan ferdie yang sedang memasak air dan indomie untuk makan kami. Setelah minum the manis dan mencicipi sedikit indomie yang masih mengepul, rasa pusing pun mulai berkurang. Beruntungnya saya karena mendapat teman-teman seperjalanan yang baik seperti mereka.

Pukul 12.00 setelah bongkar tenda dan packing kembali, kami bersiap turun menuju ke pintu rimba kembali. Wow, berarti perjalanan menuju shelter 1 terulang kembali bedanya kali ini kami menuruninya. Sedikit tergesa saya mengikuti langkah teman-teman yang seolah tanpa membawa beban mungkin karena logistic sudah banyak berkurang. Butuh perjuangan extra untuk bisa sampai kembali di shelter 1. Kaki harus kuat berpijak, menghindari jalur air, memilih berjalan diantara akar-akar pohon kecil sambil berpegangan kuat-kuat agar tidak jatuh, karena kalau sampai terjatuh dijamin tubuh akan terhempas di jalur air yang licin dan banyak batu besarnya. Namun meski sudah berhati-hati musibah itu datang juga, saat menginjakkan kaki di akar saya terpeleset dan kaki kiri membentur akar tersebut. Saat itu teman-teman yang berada di depan saya menghentikan langkahnya dan memburu kea rah saya untuk membantu saya bangkit sambil menanyakan apa saya merasa sakit. Syukurnya saya merasa tidak ada masalah akibat benturan tersebut, efeknya baru terasa sebulan kemudian ketika kaki benar-benar sakit sulit untuk ditapakkan sehingga harus berjalan terpincang-pincang. Perjalanan kami lanjutkan kembali, kali ini teman-teman tidak terlalu berjalan tergesa beberapa kali pula kami beristirahat di jalur sembari minum dan makan logistic yang tersisa.

Pukul 17.00, Alhamdulillah kami tiba kembali di pintu rimba lalu menunggu mobil jemputan yang akan membawa kami menuju simpang tugu macan. Ketika akhirnya mobil jemputan tiba lalu mengantar kami ke tugu macan mobil langsung menuju kedai bakso. Bak orang kelaparan kami menyantap dengan lahap bakso atau mie ayam pesanan kami. Ternyata di Kerinci banyak orang jawa, bude penjual bakso pun orang jawa. Suasana tidak terasa seperti di Sumatera, nuansa jawa yang lebih terasa. Puas makan bakso kami diantar kembali menuju rumah heru. Menjelang maghrib kami tiba, dilanjutkan dengan bersih-bersih dan beristirahat. Rencananya esok harinya kami akan kembali mendaki gunung tujuh untuk melihat keindahan danau gunung tujuh yang konon merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara.

Terima kasih Ya Allah karena izin Mu jualah kami bisa menggapai atap Sumatera. Terima kasih juga untuk orang tua kami dan teman-teman atas do’anya juga untuk rekan-rekan seperjalanan, terima kasih tanpa kalian semua saya mungkin tak akan bisa sampai di Puncak Kerinci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun