Istilah "buruh kimia" bagi saya lebih pantas dibanding "analis kimia" haha. Karena ya pada kenyataannya seorang analis kimia juga merupakan buruh. Bedanya bidang yang digeluti.
Tapi lagi dan lagi, analis kimia yang bekerja di industri ya tentu bekerja karena butuh duit. Jadi apa bedanya buruh kimia dan analis kimia jika ujung-ujungnya jadi pegawai pabrik! Maaf, maksud saya bukan menghina atau merendahkan pekerjaan tersebut. Tapi saya hanya berkata apa adanya melalui tulisan yang masih jauh dari sempurna ini..
Mungkin Kompasianer di sini agak asing ya dengan istilah "analis kimia". Ya memang tidak banyak SMK yang memiliki jurusan analis kimia. Bahkan di kota kelahiran saya sendiri, Bandung, hanya ada tiga sekolah negeri yang memiliki jurusan tersebut. Di antaranya: SMKN 7 Bandung, SMKN 5 Bandung, dan terakhir sekolah saya tertjinta SMKN 13 Bandung.
Selebihnya mungkin ada beberapa sekolah menengah kejuruan swasta yang memiliki jurusan analis kimia. Tapi sayanya aja kali ya yang kurang update alias kudet. Ya gimana mau update wong dulu zamanku SMK waktuku habis buat bikin laporan, huhu kan syeudihhhh.
Tapi tak apalah, saya bersyukur karena setidaknya masa putih abuku habis untuk belajar. Bukan untuk mencoba hal yang 'macem-macem'.
Cara promosi sekolah saya itu asli bagus banget. Mereka meyakinkan para orang tua calon siswa bahwa "masa depan anak-anak Anda akan terjamin" karena apa? Karena setelah lulus dijamin langsung kerja! Ya memang kenyataannya begitu.
Bahkan saya sendiri sebelum wisuda pun sudah diterima kerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang kimia air.
Di zaman sekarang yang katanya sarjana saja sulit cari kerja, tentu janji bahwa "masa depan anak-anak Anda akan terjamin" sangatlah menggiurkan.
Siapa sih orang tua yang tidak senang melihat anaknya sukses? Melihat anaknya bisa bekerja di usia belia? Saya yakin pasti hampir semua orang tua ingin anaknya bisa mandiri dan sukses tanpa perlu disuapi melulu oleh orang tua.
Tapi ya janji manis itu ternyata tak semanis kenyataannya wahai saudaraku. Janji sebuah masa depan yang indah ternyata harus dibayar dengan susah payah.
Saya cerita sedikit pengalaman saya saja ya. Waktu kelas X, saya dan kawan-kawan sudah diberi tugas membuat laporan praktikum setiap minggu.