Dunia tuh sementara iya gak sih?
Semua yg ada di dunia ya sifatnya sementara. Termasuk rasa sakit dan bahagia. Semua sementara. Aku sakit ya itu hanya sementara, perlahan seiring waktu aku bisa menerima dan bahagia. Cuma butuh waktu.
Pun sama, rasa bahagia yang aku rasa sekarang pasti akan mudah berubah lagi menjadi rasa sakit. Sehingga apa? Merasa sakit dan bahagia di dalam menjalani kehidupan itu sudah biasa. Kehidupan ini luas. Kehidupan percintaan, keluarga, ngeraih cita-cita, pertemanan, dan lain-lain.
Kalau kita hanya melulu bersikap atas dasar tidak mau menyakiti org lain itu keliru. Karena kita bukan Tuhan. Kita manusia biasa yang bisa khilaf. Kita manusia yang bisa memilih. Dan setiap pilihan? Ya ada konsekuensi. Oleh karenanya pilihan yang ditentukan harus benar-benar ada pendasaran logis yang didukung oleh rasa.Â
Kenapa begitu? Agar kita yakin dan sanggup menjalani setiap konsekuensi walaupun harus tertatih-tatih.
Lantas siapa yang menciptakan rasa sakit dan bahagia? Ya Allah. Dia yang membuat semua ada. Makanya kalau kita selalu niatkan segala hal untuk Allah. Insyaallah segala rasa sakit dan bahagia yg kita alami tak akan membuat kita jatuh terpuruk. Kita akan mudah ikhlas. Karena semua milik Allah, akan kembali pada Allah. Untuk apa bersedih? Kita manusia gak memiliki apa-apa. Semua akan kembali pada Allah.
Selalu ingatlah, penyesalan itu datangnya di akhir. Agar kita gak menyesal maka harus ada pertanggungjawaban yang logis dalam menentukan pilihan. Gak bisa. Gak cukup kalo hanya pake feeling doang. Because what? Because we're human. Kita manusia yang puya logika dan rasa.
Jika kau hanya mengutamakan feeling-mu saja nanti kau akan menanggung sesal di akhir, dan itu jauh lebih sakit.
Kenyataan memang  begini adanya. Kita gak bisa menampik. Kita harus hadapi.
Selamat belajar hidup.
Surabaya, 13 Agustus 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H