Mohon tunggu...
Rosiana
Rosiana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

A reluctant learner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibuku Sumber Inspirasi Tiada Henti

22 Desember 2016   22:23 Diperbarui: 22 Desember 2016   22:38 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap insan manusia tentunya menaruh rasa cinta yang besar terhadap ibunya. Betapapun cerewetnya, suka ngatur-nya, suka ikut campur-nya, suka kepo-nya seorang ibu kepada kita. Tetap saja ujung-ujugnya kita tetep cinta dengan ibu kita yang luar biasa. Namun dibalik itu semua kita sebagai anak pun tentulah menyimpan rasa bangga terhadap ibu kita, dan bahkan mungkin sampai menjadikan ibu kita sebagai uswah, role model, suri tauladandalam kehidupan kita. Dan kita punya alasan masing-masing kenapa kita menjadikan ibu kita sebagai uswah, role model, suri tauladan.Ada yang alasannya karena kecerdasannya, kepribadiannya, cara mendidiknya, cara komunikasinya, kecantikannya, dan bahkan mungkin karena perjuangan hidupnya yang telah merawat kita hingga kita dewasa.

Bagiku, hari ibu bukanlah tentang memberikan surprise kepada ibu lalu kita upload moment kebahagiaan kita di hari ibu ke akun media sosial sambil bilang “Selamat Hari Ibu atau “Happy Mother’s Day.”Sungguh terlaluuu jika kita masih memaknai hari ibu hanya sebatas itu. Apa arti hari ibu bagiku? Bagiku, hari ibu mengingatkanku pada sosok yang aku anggap lebih dari seorang uswah, role model dan suri tauladan. Bagiku Ibu adalah sumber inspirasi tiada henti yang membuatku mengerti tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Dari kisah hidupunya aku mampu memahami apa arti kesabaran, tanggung jawab, ketaatan beribadah, saling tolong menolong, kepedulian terhadap sesama dan kemandirian.

Sedikit cerita, aku terlahir dari sebuah keluarga sederhana. Ada kalanya mengalami masa-masa kritis dalam hidup. Merasakan betul bagaimana sulitnya perjuangan kedua orangtuaku mencari nafkah demi menghidupi anak-anaknya. Demi menjamin kualitas pendidikan anaknya. Demi menjamin kualitas kesehatan anak-anaknya. Ibu bersama bapak berjuang mati-matian untuk aku dan kakak.

Aku bangga pada ibu walaupun ibuku hanyalah seorang yang pendidikannya mungkin bisa dikatakan rendah, bahkan SMP pun gak lulus. Aku bangga pada ibu walaupun ibuku hanyalah seorang penjahit yang menerima bayaran sesuai kemampuan pelanggan (dibayar 2 ribu untuk jahitkan celana pun ibuku pernah mengalaminya). Aku bangga pada ibu walaupun ibuku tidak memiliki pekerjaan yang prestise seperti ibu-ibu lainnya. Aku bangga pada ibu karena beliau adalah sumber inspirasi tiada henti bagi hidupku.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti kesabaran

Ibuku adalah seorang pribadi yang memiliki tingkat kesabaran tinggi. Dia tetap berjuang dan berusaha dalam menjalani hidupnya yang amat keras. Kala itu ibuku masih berusia 14 tahun, di usianya yang masih 14 tahun ia harus bekerja menjadi pelayan disebuah cafe hingga malam hari agar bisa membiayai pendidikan dan kehidupannya sehari-hari. Tinggal bersama seorang kakak yang juga harus menghidupi anak-anaknya membuat ibuku tak bisa bergantung pada sang kakak. 

Oleh karenanya ibuku mencari penghasilan tambahan untuk membantu biaya pendidikan dan kehidupan sehari-hari. Hampir lebih dari 2 tahun ibuku harus menjalani hidup yang begitu keras. Namun berkat kesabaran tinggi yang dimiliki ibu, ia tetap bertahan dan berusaha walaupun terbelit dalam kondisi keluarga yang amat sulit. Tak ada kata mengelum dalam dirinya. Baginya, bersabar dan terus berusaha adalah cara terbaik tuk menjalani hidup yang amat keras ini.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti tanggungjawab

Ibuku tak pernah menuntut apa-apa dariku. Ibuku selalu membebaskan diriku untuk memilih. Namun walaupun ibuku membebaskan tetap saja ibuku menuntut aku untuk mampu mempertanggungjawabkan pilihan yang aku pilih. Kala itu aku masih ingat ketika aku masih usia 3 tahun, aku ngotot ingin sekolah karena bosan dirumah. Aku merengek nangis pada ibu agar disekolahkan di sebuah playground. Ibuku tak memarahi aku sama sekali. Ibuku hanya tersenyum dan mengiyakan keinginanku. Ibuku hanya berharap semoga keinginanku ini mampu meberikan manfaat bagiku juga ibu. Kondisi ini pun aku alami ketika aku memilih sekolah SD, SMP hingga SMA. Hal tersebut tentu membuatku menjadi yakin pada diriku sendiri, tidak merasa terpaksa dalam melakukan sesuatu dan selalu berusaha memberikan yang terbaik sebagai bentuk pertanggungjawabanku atas apa yang telah menjadi pilihanku. Terimakasih ibu.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti ketaatan beribadah

Satu hal yang membuat ibuku tetap tegar menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya adalah karena ia selalu percaya bahwa semua yang dilakukannya di dunia adalah bentuk ibadah kepada Allah. Oleh karena itu ibuku selalu tulus dalam menjalani hidup. Ibuku selalu sadar bahwa Allah senantiasa mengawasi dan mengetahui detail perbuatan kita di dunia oleh karena itu ia sangat taat beribadah. Walau lelah setelah bekerja seharian mengurusi soal rumah tangga ibuku tak pernah lupa untuk bangun tengah malam dan memanjatkan do’a dalam sholat tahajud.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti saling tolong menolong

Senada dengan quotes populer “The best way to find yourself is to lose yourself in the service  of others”oleh Mahatma Gandhi. Jauh sebelum aku tau tentang quotes ini ibuku selalu mengajarkanku untuk senantiasa menolong mereka yang lebih membutuhkan daripada kita. Menolong dalam bentuk apapun. Tidak harus dalam bentuk materi. Menolong bisa dalam bentuk tenaga, ide, pikiran dan lain sebagainya. Dan hal ini bukan hanya berhenti dalam ucapan, namun ibuku selalu menunjukkan arti tolong menolong di dalam kehidupan sehari-hari. Aku masih ingat betul sampai sekarang, ketika aku masih dibangku sekolah dasar aku melihat seragam seorang kawanku sudah lusuh. Ingin rasanya aku membantu namun apa daya aku tak punya uang untuk membelikan seragam baru untuknya. 

Tapi dari situ aku punya ide untuk menjahitkan baju seragam untuk kawanku tersebut. Aku pun meminta ibu untuk membelikannya kain dan menjahitkan baju seragam untuknya, ibuku melakukannya tanpa meminta imbalan sepeser pun. Ia rela dan tulus karen ia tahu bahwa inilah cara dirinya untuk menolong orang lain.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti kepedulian terhadap sesama

Satu hal penting yang membuatku begitu kagum pada Ibu. Ibuku berbeda dengan ibu lainnya yang mungkin mengharapkan anaknya sukses secara materiil. Tidak, ibuku sama sekali tidak pernah menginginkan anaknya hanya sukses secara materiil. Ibuku tidak pernah meminta anaknya untuk menjadi  seorang yang kaya raya dan mampu membelikan rumah, mobil, pakaian, makanan yang mewah dan juga membiayai namun tak mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Satu yang ibu minta dariku, dia seringkali berpesan padaku, “Buat ibu kamu bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk umat, agama dan Tuhanmu itu sudah lebih dari cukup. Itu yang mampu menyelamatkan kamu dan orangtuamu diakhirat nanti.”Kata- katamu akan selalu kuingat, Bu.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti kesederhanaan

Ibuku juga bahkan suka mengeluh jika anak-anaknya memberikan hadiah di hari ulang tahunnya. Aneh memang, kok ada ya orang yang gak suka dikasih bingkisan dihari ulang tahunnya? Bukankah setiap orang umunya senang jika diberikan hadiah? Tapi kok ibuku malah ngeluh ya…. Tanpa menanyakan mengapa hal tersebut terjadi, ibuku langsung mengungkapkan maksudnya kenapa. Buat ibu kehidupan yang selama ini dia jalani sudah cukup, buat ibu menyisihkan uang untuk membelikan hadiah bagi dirinya hanya akan sia-sia. Akan lebih baik jika uang itu ditabung untuk investasi masa depan anak-anaknya. 

Pandangan ibu yang seperti ini membauatku kikuk, sungguh sangat kikuk. Aku juga terkadang malu kalo lihat teman-teman yang sibuk mempersiapkan kejutan bagi ibunya jika hari ulang tahunnya tiba. Aku juga malu kalo ditanya oleh temanku, “Ci kamu kok gak kasih surprise sih buat ibumu? Kamu gak sayang apa sama ibumu?”Namun aku sadar, aku memiliki seorang ibu yang berbeda dari ibu lain. Ibuku adalah ibu yang cinta akan kesederhanaan bukan kemewahan.

Ibu sebagai inspirasi yang membuatku mengerti tentang arti kemandirian

Ibuku terlahir di desa terpencil di kawasan Garut, Jawa Barat. Dikala remaja seusianya hanya pasrah terhadap kondisi dan nurut-nurut saja ketika dinikahkan oleh orangtuanya. Ibuku justru bereaksi sebaliknya. Ibuku menjadi sosok pemberontak terhadap adat tersebut. Ibuku tak mau kisah hidupnya berakhir sebagai seorang gadis yang telah memiliki anak diusia 17 tahun. Tidak! Ibuku memiliki cita-cita besar ingin menjadi seorang guru, oleh karena itu ibuku berusaha mencari cara agar bisa melanjutkan sekolah di ibu kota dan tidak dinikahkan oleh orangtuanya.

 Cita-citanya menuntut dirinya untuk menjadi pribadi yang mandiri karena orangtuanya saat itu tak mampu membiayai pendidikan ibuku. Menyadari kondisi keluarga yang masih terbelit ekonomi, ibuku tak habis akal. Dia memilih untuk ikut kakaknya yang telah menikah ke Jakarta. Ibuku yakin di Jakarta nanti hidupnya akan lebih baik daripada hidup di desa. Ibuku percaya bahwa di Jakarta nanti ia akan mendapatkan pendidikan entah bagaimana caranya. Apapun caranya akan ia lalui agar mampu menggapai cita-citanya.

Sungguh luar biasanya dirimu wahai Ibu, terimakasih telah menjadi sumber inspirasi tiada henti.

Selamat Hari ibu!

Bandung, 22 Desember 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun