Mohon tunggu...
Rosiana
Rosiana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

A reluctant learner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjadi Remaja Tangguh Adalah Pilihanku (Part 2)

20 Desember 2016   10:59 Diperbarui: 20 Desember 2016   11:07 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: koleksi pribadi

Selamat pagi Kompasianers!
Selamat hari Selasa!
Kali ini saya kepengen nyoba untuk kembali bercerita. Melanjutkan cerita sebelumnya. Sebelum baca cerita kali ini biar afdol sekaligus nyambung yuk mari baca yang Part 1.😊😊
Buat yang sebelumnya sudah baca "Menjadi Remaja Tangguh Adalah Pilihanku (Part 1)" yuk langsung aja! Let's take a cup of tea and happy reading!😊😊

***

Dibalik semua kesenangan yang dirasakan sang gadis. Dan dibalik keputusan yang terlanjur dibuat olehnya. Tersimpan sebuah keraguan dan ketakutan yang begitu besar dalam dirinya, yang tak bisa dilihat oleh orang lain. Hanya ia dan Tuhan yang tau tentang kondisi tersebut. Orang lain hanya bisa melihat kondisi dirinya yang baik-baik saja, tak ada masalah berarti dalam dirinya. Padahal dibalik kondisi yang “baik-baik saja” itu dirinya masih ragu apakah keputusannya ini sudah benar? Jika memang benar mengapa sifat pemberontak yang melekat dalam diri sang gadis yang membuat rasa kebencian yang kuat terhadap istilah “pacaran” terus berkobar dalam raganya. Hingga akhirnya dia jengah dan gerah dengan kondisi tersebut. Sampai pernah ketika kebencian tersebut sudah tak terelakan ia tidak segan menyindir, mengkritik, mengejek mereka yang berpacaran. Tak peduli apakah perkataannya itu baik atau buruk. Apakah menimbulkan permusuhan atau kebaikan. Yang jelas dia benci. Dan ingin meluapkan kebenciannya agar dunia tahu. Tahu bahwa itu salah! Dan tidak boleh dilakukan! Haram jika dilakukan!

Sang gadis ingat betul bahwa dulu ia pernah menjadi amat radikal. Namun seketika itu juga sang gadis menyesali perbuatannya. Ia sadar apa yang ia lakukan justru malah membuat orang-orang sekitarnya anti-pati terhadap dirinya dan tidak mau mendengarkan pendapatnya. Demi menghentikan semua kerusakan tersebut. Namun apa daya… Dia hanyalah seorang gadis. Gadis cuek dan pemberontak. Namun mengapa? Mengapa masih saja ada yang tidak peka terhadap kebencian yang ditunjukkan olehnya? Apakah justru sikap kebencian itu menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa orang? Entahlah… Mungkin bagi seseorang sikap kebencian yang ditunjukkannya itu menarik dan membuat dirinya ingin kenal lebih dan tau bagaimana diri sang gadis yang sebenarnya.

Seminggu berlalu… Walaupun sang gadis sudah memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut (red: pacaran). Sang gadis masih dilema. Dilema berkepanjangan. Ia bingung harus bagaimana. Takut, merasa berdosa, sedih dan juga senang ia rasakan dalam satu waktu. Sekaligus. Sang gadis pun memaki situasi, “Arggghh! Mengapa semua ini begitu menyusahkan?”“Mengapa semua ini datang begitu cepat?” Bahkan sang gadis pun mempertanyakan kembali mengapa dirinya malah memilih untuk mengambil kesempatan itu. Dirinya ragu apakah bisa dengan mencoba pacaran dirinya mampu membuktikan bahwa pacaran itu tidak baik dilakukan di masa remaja

“Apakah aku mampu?”

“Apakah aku bisa?”

“Ah! Ternyata semua ini tak semudah yang ku bayangkan…”

“Aku harus bagaimana? Ya Allah, aku tak mau.. Aku tak mau seperti mereka.. Mereka yang terjerumus dalam lingkaran setan yang berawal dari pacaran.”

Ingin rasanya menyudahi dan menarik kembali keputusan yang sudah terlanjur ia buat. Namun nilai sopan santun dan rasa sungkan yang tertanam kuat semenjak kecil tak bisa lepas dari dirinya. Sifat ceplas-ceplos yang melekat dalam dirinya, diperkuat dengan karakternya yang sederhana dan apa adanya dan juga jiwa pemberontak yang kadarnya tidak terlalu tinggi selalu menjadi pijakan dia dalam memikirkan banyak hal, dari mulai hal yang kurang penting sampe hal yang super penting. Seringkali ia tak pernah pikir panjang dalam mengambil keputusan. Akhirnya ia pun memilih untuk tetap menjalani. Ya, dirinya yakin. Akan selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap perjalanan hidup yang ia tapaki.

Membentengi diri dan menjaga kehormatan sebagai seorang gadis muslim adalah satu yang harus ia pegang dalam bergaul. Itu yang membuatnya tidak mudah tergoda atau dirayu oleh segala macam perkataan manis nan amis. Pujian, perkataan gombal tak pernah ia tanggapi dengan sikap yang baik. Sang gadis masih selalu menunjukkan sikap cueknya. Sikap acuhnya. Sikap “i don’t care” nya terhadap lawan jenisnya. Sang gadis berpikir mungkin dengan sikapnya yang seperti itu akan membuat si boy jengah dengan perilakunya dan akhirnya memusuhi dirinya. Namun semua itu salah besar! Si boy ini malah tersadar dan tertantang untuk juga bersikap baik pada dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun