Mohon tunggu...
ROSHINTA NURFAJARISTI
ROSHINTA NURFAJARISTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media

Menuliskan artikel seputar informasi yang aktual dan faktual terkait media dan dunia digital

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggiring Opini Publik dengan Menggunakan Meme

27 September 2024   14:18 Diperbarui: 27 September 2024   14:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Informasi adalah suatu hal yang selalu dicari-cari oleh manusia. Setiap manusia pasti akan selalu membutuhkan banyak informasi, sehingga informasi secara tidak langsung dapat dikatakan menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan akani nformasi ini dapat lebih mudah dipenuhi dengan perkembangan zaman, seperti adanya teknologi dan internet. Dengan adanya internet, masyarakat menjadi lebih mudah untuk mengakses dan lebih sadar dengan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar mereka.

Penyebaran informasi dengan bantuan internet membuat informasi menjadi lebih dinamis. Internet dan media sosial mengakibatkan bertambah cepatnya proses pengolahan informasi. Tidak seperti dahulu, kita harus menunggu satu hari untuk mendapatkan berita melalui surat kabar, kini informasi dapat diakses saat itu juga. Kemudahan untuk mengakses informasi di media sosial mengakibatkan dinamisme pada cara penyampaian informasi itu sendiri. Salah satu contoh yang dapat dikatakan sebagai penyebaran informasi yang dinamis adalah penggunaan meme.

Pada dasarnya meme adalah sebuah ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain dalam sebuah budaya. Namun, seiring berkembangnya zaman, definisi meme berkembang menjadi semakin luas. Secara garis besar, meme yang dikenal pada saat ini adalah sebuah lelucon dan candaan yang berbentuk gambar dengan tulisan atau video yang didasarkan pada fenomena yang terjadi di sekitar. Istilah meme pertama kali diciptakan oleh Richard Dawkins dalam buku The Selfish Gene. Kata meme berasal dari bahasa Yunani 'mimeme' yang berarti mengimitasi atau beradaptasi.

Meme pada saat ini tidak hanya mencakup sebatas budaya yang disebarkan dari orang ke orang saja, melainkan gambar atau video yang diubah sedemikian rupa dalam kesan sindiran atau lelucon dan disebarluaskan melalui internet. Definisi meme yang sangat luas dan menempel pada berbagai aspek dalam kehidupan, membuat meme ikut berevolusi beriringan dengan perkembangan manusia.

Meme juga sudah memiliki fungsi yang lebih dari sekadar sindiran atau hiburan, tetapi meme juga sudah dapat dijadikan sebagai media kampanye dalam politik, bahkan beberapa pihak sudah sungguhan melakukan kampanye melalui meme tersebut. Penggunaan meme sebagai media kampanye dirasa sangat dibutuhkan pada masa saat ini karena pesan yang disampaikan melalui meme bisa dengan mudah dicerna oleh para anak muda, khususnya generasi Z. Hal ini dapat menghilangkan kesan terlalu serius, kotor, dan rumit yang ada dalam dunia politik itu sendiri.

Bagi para anak muda yang akan atau baru saja tumbuh menjadi pemilih pemula dalam pemilu tahun 2024 ini, pastinya masih cukup sulit untuk menilai dan memahami kualitas dari masing-masing calon pemimpin di negara kita. Jika harus membaca banyak artikel dan berita tentang seluruh calon pemimpin negara pastinya akan cukup repot dan belum tentu dapat dipahami dengan mudah. Namun, kehadiran meme dapat sangat membantu dalam dunia kampanye politik.

Kehadiran meme justru membuat banyak anak muda menjadi melek politik dan dapat memahami setiap hal yang terjadi dalam dunia politik karena format tampilan yang disajikan dalam meme memang lebih mudah dipahami, terlebih oleh generasi saat ini yang lebih senang melihat tampilan visual yang menarik dibandingkan dengan kumpulan artikel atau berita. Hal ini benar-benar dipercaya, terbukti dengan banyaknya kampanye politik yang sungguhan menggunakan meme untuk mempengaruhi persepsi masyarakat.

Di antara banyaknya meme politik yang beredar luas di media, pastinya ada beberapa meme yang memberikan kesan positif dan ada pula meme yang memberikan kesan negatif. Di antara meme yang memberikan kesan positif adalah meme dengan gambar berupa foto Gibran yang saat itu merupakan calon wakil presiden di nomor urut dua. Pada meme tersebut tertulis kata Samsul. Selain itu, meme tersebut juga menjelaskan bahwa terdapat banyak netizen Indonesia yang sedang mengejek Gibran dengan sebutan Samsul karena ia sempat salah saat debat antar calon wakil presiden sedang berlangsung. Ia menyebutkan asam folat bagi ibu hamil menjadi asam sulfat, dari kesalahan tersebutlah ramai netizen yang mengejeknya dengan sebutan Samsul. 

Beberapa netizen mungkin menggunakan ejekan itu karena kepuasan pribadinya yang tidak terpenuhi saat menonton debat antara calon wakil presiden. Biasanya netizen seperti ini memihak calon wakil presiden lainnya, sehingga ketika terdapat kesalahan kecil saja yang ada pada calon wakil presiden lain, mereka akan terus mengungkit hingga menyebarkan ejekan seperti julukan "Samsul" tersebut. Namun, ternyata ejekan tersebut tidak ditanggapi dengan negatif oleh beberapa pihak. Justru mereka memanfaatkannya dengan menggunakan ejekan tersebut sebagai julukan khas untuk Gibran.

Sama halnya dengan julukan Gemoy untuk calon presiden nomor urut dua, yakni Prabowo. Julukan Samsul kali ini juga digunakan sebagai julukan khas untuk Gibran. Jadi dengan adanya meme tersebut, sebuah sebutan yang semestinya menjadi ejekan, justru malah menjadi julukan khas untuk calon wakil presiden itu sendiri, sehingga tujuan dari beberapa pihak untuk menjatuhkan tidak tersampaikan.

Selain meme julukan Gibran tersebut, ada pula suatu meme yang terkesan negatif, yakni meme dengan gambar beberapa orang berkumpul di suatu meja makan dan terdapat bingkai berbentuk oval dengan warna merah yang melingkari seluruh gambar tersebut. Orang-orang yang melihat gambar seperti itu pasti langsung teringat dengan biskuit Khong Guan yang memang sudah sangat lekat dengan gambar seperti itu pada kemasannya. Namun, hal yang berbeda yang terdapat pada meme adalah tulisan yang semestinya bertuliskan Khong Guan, berubah menjadi "Khong Kali Kong."

Kalimat "Khong Kali Kong" biasanya identik dengan beberapa orang yang sedang berdiskusi dan bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan tertentu. Jika meme tersebut lebih diperhatikan lagi, mungkin ada banyak persepsi masyarakat yang muncul tentang meme tersebut, namun persepsi yang paling banyak adalah tentang singgungan untuk orang yang sama dengan meme Samsul tadi, yakni calon wakil presiden nomor urut dua.

Banyak sekali beredar isu miring tentang calon wakil presiden dengan nomor urut dua tersebut, salah satunya karena banyak netizen yang tidak terima bahwa Gibran dapat mencalonkan diri sebagai wakil presiden di tahun 2024 ini. Padahal pada awalnya Gibran hanyalah seorang wali kota, jadi banyak netizen yang beranggapan bahwa Gibran pastinya telah melakukan diskusi dengan beberapa pihak yang membuat dirinya dapat langsung mencalonkan sebagai wakil presiden, terlebih lagi dengan posisinya yang merupakan anak dari presiden Indonesia saat ini.

Beberapa netizen berpendapat bahwa seharusnya Gibran belum pantas mencalonkan diri sebagai wakil presiden, mereka juga menambahkan bahwa sepertinya Gibran hanya diperalat oleh ayahnya, yakni Pak Jokowi agar ia bisa terus melanjutkan pemerintahannya di negara Indonesia ini. Dengan meme yang menyebar begitu cepat dan luas, akhirnya banyak netizen juga yang persepsinya terpengaruh dengan meme tersebut.

Berdasarkan contoh meme yang pertama, dapat disimpulkan bahwa meme dapat digunakan untuk hal-hal yang baik, bahkan hal buruk seperti ejekan pun dapat berubah menjadi hal baik jika dapat memandangnya dari sudut pandang yang berbeda. Dengan sudut pandang yang baik tentang ejekan Samsul tersebut dapat juga mempertahankan persepsi baik dari banyak masyarakat. Sedangkan untuk contoh meme yang kedua dapat membawa persepsi masyarakat ke arah yang negatif. Dari meme tersebut banyak masyarakat yang persepsinya menjadi buruk untuk Gibran itu sendiri dan untuk presiden Indonesia saat ini yang juga merupakan ayah dari Gibran.

Contoh meme positif dan negatif tersebut sungguhan dapat mempengaruhi persepsi masyarakat, khususnya generasi muda yang masih pemula dalam dunia politik. Terlebih saat ini anak muda lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial. Mereka lebih senang melihat visual yang menarik. Juga terbukti dengan banyaknya kiriman di kolom komentar dari masing-masing meme yang merupakan pendapat dari masing-masing masyarakat yang melihat meme tersebut.

Beraneka ragam pendapat yang menghiasi kolom komentar tiap postingan meme menjadi bukti bahwa meme sudah menjadi salah satu media atau alat komunikasi yang berhasil menggiring opini publik untuk sebuah kampanye politik. Penyebaran meme memang sangat cepat dan luas, maka dapat dipastikan bahwa meme sangat efektif terhadap penyampaian suatu pesan dalam kampanye.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun