Mohon tunggu...
Rose Uli Ruth Cecilia
Rose Uli Ruth Cecilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IPB University

A life long learner

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahaya Dibalik Kemasan Plastik PVC

19 Oktober 2023   22:59 Diperbarui: 19 Oktober 2023   23:09 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi reaksi polimerisasi VCM menjadi PVC (study.com : https://rb.gy/5jehq)

Plastik PVC

Kemasan plastik sering dipilih menjadi kemasan produk pangan karena keunggulannya, yaitu fleksibel (mudah dibentuk), bobotnya ringan, tidak mudah pecah, bersifat tembus pandang, harga relatif murah, dapat diproduksi secara massal, dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik. Beberapa jenis plastik tersebut memberikan banyak pilihan dalam hal pembuatan dan penggunaannya. 

Salah satu jenis plastik adalah polyvinyl chloride (PVC) yang memiliki kode kemasan plastik nomor 3. Plastik PVC adalah polimer termoplastik hasil reaksi vinyl chloride (CH2=CH-Cl) yang terdapat dalam beberapa bentuk di antaranya PVC fleksibel, PVC kaku, PVC plastisol, PVC organosol, dan PVC latex. Penggunaan PVC pada produk pangan biasanya digunakan pada pembuatan  plastic wrap, pouch, mika serta pada industri pembuatan pipa air.

Monomer VCM (Vinyl Chloride Monomer)

Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer plastik adalah monomer plastik yang berantai pendek. Polyvinyl chloride (PVC) merupakan hasil polimerisasi monomer vinyl chloride dengan bantuan katalis. Ketika terkena panas, monomer vinyl chloride berpotensi bermigrasi ke dalam produk pangan. Monomer ini bersifat karsinogenik (mengakibatkan kanker), sehingga tidak baik untuk kesehatan manusia jika bermigrasi ke pangan yang akan dikonsumsi. 

VCM adalah bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan kanker hati langka, angiosarkoma (hemangiosarkoma), dan tumor darah. VCM bersifat toksik baik jika terhirup (mempengaruhi sistem reproduksi manusia: perubahan pada spermatogenesis) dan melalui kontak dengan kulit (iritasi pada kulit, mata, dan selaput lendir, menyebabkan luka bakar pada kulit) atau jika tertelan (toksik sedang). Migrasi VCM dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu panas, tekanan tinggi, efek radiasi; dan penggunaan stabilizers pada plastik. Oleh karena itu, plastik PVC sebaiknya tidak digunakan untuk mengemas makanan yang panas (suhu tinggi).

Ilustrasi reaksi polimerisasi VCM menjadi PVC (study.com : https://rb.gy/5jehq)
Ilustrasi reaksi polimerisasi VCM menjadi PVC (study.com : https://rb.gy/5jehq)

Peraturan Tentang VCM

Peraturan yang mengatur monomer vinyl chloride pada kemasan diatur dalam Peraturan Kepala BPOM RI Nomor: HK 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan Pangan. Menurut Peraturan BPOM No. 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan, batas maksimal monomer vinyl chloride adalah 1 bpj. Tidak hanya di Indonesia, batas migrasi VCM juga diatur di negara-negara lain. Di Amerika Serikat, FDA membatasi migran VCM di dalam air minum hingga 0,002 ppm. Menurut komisi Uni-Eropa (EU) - Directive 78/142/EEC, batas migrasi VCM adalah tidak lebih dari 12 ppm. Sementara, peraturan OSHA-AS mengatur paparan VCM pada pekerja agar tidak lebih dari 1 ppm selama 8 jam atau 5 ppm selama 15 menit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun