Mohon tunggu...
ROSES Man
ROSES Man Mohon Tunggu... -

TRAINer aka Pengguna setia KRL Jabotabek semua kelas.... Tiga Tuntutan Transportasi: Perbaiki transportasi umum, hilangkan subsidi BBM, naikkan pajak kendaraan bermotor...!!!

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Manufacturing Hopeless: Hari Kesaktian Kereta Api

24 September 2012   00:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:50 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

PETISI TOLAK KENAIKAN TARIF

Tanggal 1 Oktober bagi masyarakat Indonesia dimanapun berada akan dirayakan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Namun, sayangnya tanggal 1 Oktober 2012 akan menjadi hari penentuan nasib para pengguna KRL Jabotabek, karena bila jadi pada tanggal tersebut akan berlaku tarif baru dimana lebih mahal Rp. 2.000 dibandingkan tarif sekarang. Sekilas memang terlihat murah, namun untuk perjuangan penumpang KRL harga tersebut menjadi mahal, ongkos KRL mereka menjadi naik 4.000 pulang pergi.

Kenapa menjadi mahal, mari berhitung dengan kendaraan yang sangat memasyarakat di Jabotabek yaitu sepeda motor. Dari Depok ke Jakarta, sekitaran Jalan Sudirman, kira-kira akan memakan ongkos 10.000 – 13.000 perhari (hanya untuk pulang pergi kantor – rumah). Sedangkan untuk kereta, saat ini tiketnya 6.000 sekali jalan (12.000 pp) ditambah ongkos bus dari stasiun ke kantor (2.000 x 2 untuk pp) sehingga total Rp. 16.000 sehari. Selisih 3.000 masih dihitung ekonomis oleh beberapa kawan pengguna KRL sehingga mereka tetap memilih KRL. Namun, bila ongkos ditambah sehingga selisih menjadi 7.000 maka bagi sebagian rekan sudah cukup mahal. Alasan ongkos ini hanya menjadi pemicu, alasan lain yang lebih penting buat mereka adalah layanan KRL yang tidak cocok bila dinaikkan tarifnya.

Sampai saat ini, belum terlihat perbaikan layanan sejak tiket KRL naik dari 5.500 menjadi 7000 (untuk rute Bogor – Jakarta). Yups, tiket KRL naik dari nama KRL Ekonomi AC menjadi KRL Commuter Line. Jadi tidak benar kalau tiket KRL tidak pernah naik. Ditambah lagi dengan konsep Loop Line, yang menyebabkan Penumpang dari Bekasi, Tangerang, dan Serpong harus berpindah KRL untuk mencapai tujuannya. Ini tentunya menyulitkan penumpang, dan janji peningkatan jumlah jadwal hanya berupa permainan tulisan saja karena rute dari Depok/Bogor ke arah Tanahabang berakhir di Jatinegara ternyata dibagi dua nomor perjalanan/jadwal. Belum lagi sejumlah jadwal sebenarnya hanya berupa jadwal feeder yang seharusnya tidak bisa dibilang jadwal penuh (dibedakan hitungannya).

Oke, kembali ke Tarif KRL. Kenaikan tarif di tanggal 1 Oktober 2012 ini jelas terasa dampaknya. Sebenarnya penumpang akan menerima bila alasan yagn dikemukan jelas, dan rencana ke depannya pun oke. Humas KAI ketika ditanya kenaikan tarif, ternyata hanya bisa bilang jangan mengaitkan dengan gangguan perjalanan. Lah lalu untuk apa naik tarif? Humas KCJ ketika diminta apa kompensasi gangguan, malah gak bisa jawab. Dengan alasan penambahan personel, penambahan kereta, penambahan lain-lain... ya itu sih memang salah satu bentuk pelayanan, bukan alasan kenaikan tarif. Walau hal-hal tersebut memang bagian dari ongkos produksi tetap saja, sampai saat ini dengan tarif 7000 belum terlihat apapun. Seharusnya saat ini mereka mengoptimalkan pelayanan, apabila sudah bagus… pengguna KRL pun tidak akan begitu mengeluh, karena mereka sudah mendapatkan manfaatnya. Tapi sekarang? Jelas mereka akan menolak karena dengan kenaikan kemarin pun tidak ada perubahan signifikan, malah menjadi lebih susah karena ketidakkonsistenan kebijakan KAI dan KCJ.

Satu hal yang paling dirasakan penumpang adalah jadwal KRL ekonomi yang semakin berkurang. Memang dimaklumi karena kondisi keretanya sendiri pun sudah cukup tua dan lama tidak terawatt yang memadai. Namun, kalau diingat tahun 2000 sejumlah KRL hibah dari Jepang didatangkan ke Indonesia, dimana kondisi KRLnya pun saat ini sudah cukup memprihatinkan. Seharusnya KRL ini didowngrade servicenya menjadi KRL ekonomi, sebenarnya tanpa AC pun para penggunaKRL memaklumi karena mereka membutuhkan transportasi yang cepat bukan AC. Kenyamanan buat mereka adalah ketika mereka bisa naik KRL dengan cepat tanpa ada gangguan.

DitjenKA seharusnya mau mengerti kondisi ini, tidak membiarkan perkeretaapian Indonesia berjalan dengan mode auto-pilot. Operator bebas menentukan kebijakan, pemerintah berdalih tidak ada subsidi, padahal ada lahan lain yang seharusnya dipaksa untuk dikurangi demi kemajuan bangsa ini. Buat apa subsidi BBM besar-besar bila hanya menjadikan bangsa ini manja dan pengemis. Stigma akan terjadi inflasi bila subsidi BBM dicabut hanyalah jargon-jargon yang menakuti rakyat demi kepentingan politis, toh yang paling besar menikmati subsidi BBM itu adalah para pengguna kendaraan pribadi.

So, akankan tanggal 1 Oktober ini menjadi Hari Kesaktian Keretaapi yang bertujuan memajukan bangsa ini? Atau akan menjadi Hari Kesaktian Operator Keretaapi yang memang tidak dapat diganggu gugat oleh pemerintah, apalagi rakyat pengguna jasanya. Sehingga motto mereka yang terkenal “Take it or Leave it” atau “Kalau Tidak Setuju Ya Naik Angkot Saja” memang benar-benar akan terlaksana.

Referensi:

1. Jangan Kaitkan Kenaikan dan Gangguan

2. Kenaikan Tarif Sesuai Pasar

3. Tidak Jelas Tarif Naik

4. Pengguna KRL Menolak Tarif Naik

5. Press Release KRLMania

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun