Islamisasi ilmu pengetahuan mempunyai tujuan untuk mengislamisasi seluruh sendi kehidupan. Agar masyarakat muslim  hidup dengan ruh Islam yang mulai ditinggalkan dan dikotomi ditinggalkan. Sejauh perkembangan globalisasi, laku budaya barat setiap waktu mengikis kebudayaan timur yang bernuansa agamis. Sehingga, wacana islamisasi ini terus digaungkan untuk menjadi benteng yang kokoh.
UpayaPernahkah berkelebat dalam pikiran kita untuk mencari pertama-tama pertolongan dari Allah setelah mengalami kesusahan? Sudah barang tentu, banyak dari kita ketika terbebani sesuatu pasti mencari pertolongan manusia lain terlebih dahulu. Apabila sakit, kita buru-buru minum obat dan terkadang lupa untuk berdo'a terlebih dahulu. Padahal yang menyembuhkan kita dari sakit adalah Allah SWT.
Pendidikan juga menjadi sangat konvensional, sekalipun pada lembaga pendidikan dengan labelisasi Islam. Sa'at menjelaskan materi pengetahuan umum, sang guru hanya berhenti dan fokus pada substansi materi tetapi abai akan hikmah dan tanda-tanda kekuasaan Allah.
Pernahkah guru IPA kalian setelah menyelesaikan penjelasan tentang teori luar angkasa mengatakan bahwa kekuasaan dan hukum Allahlah yang berlaku di alam semesta ini. Alam semesta ini sangatlah teratur dan bersistem, namun terkadang ada yang di luar sistem, kalau dipikir seperti tidak masuk akal. Tapi, begitulah kekuasaan Allah. Adapun manusia memiliki akal yang sangat terbatas untuk memahami.
Aktivitas harian kita juga menjadi amat konvensional. Sedikit gangguan yang membuat kita tidak nyaman terjadi, kita melupakan syari'at agama. Misalnya seorang siswa yang mengikuti pembelajaran full day school di sekolahnya, ia pulang dalam keadaan sangat letih. Saking lelahnya, ia menunda shalat asar untuk beristirahat. Ia pun tidur, dan bangun ketika azan magrib berkumandang. Â Orang tuanya tidak protes sama sekali, ia seolah sangat pengertian pada anaknya yang kelelahan. Meninggalkan satu shalat bukan merupakan satu masalah besar bagi mereka.
Di level yang lebih tinggi, terdapat orang-orang yang tidak pernah melalaikan shalatnya. Tetapi, ia hidup tetap dengan cara-cara konvensional pakai hukum sebab-akibat. Jarang berdo'a dengan khusyuk, do'anya hanya formalitas usai salam dalam sholat. Akibatnya naluri akalnyalah yang menguasai kehidupan. Ia menjalani ibadah, tetapi masih ragu-ragu dengan kekuasaan Allah. Hidupnya sangat realistis dengan menakar untung rugi, peluang, dan resiko.
Tidak hanya lembaga pendidikan, aktivitas harian, dan yang terjadi di lingkungan sekitar kita, di taraf yang jauh lebih tinggi pemerintah juga abai terhadap wacana islamisasi ini. MUI hanya sibuk mengatur fatwa halal dan haram dan kurang peduli terhadap kualitas keislaman dan pemahaman agama masyarakat Indonesia.
Saat ini upaya yang dapat diusahakan adalah wacana-wacana penyadaran islamisasi pengetahuan ini harus terus disebarluaskan, terus didakwahkan, agar dapat memutus rantai masyarakat yang mulai tampak liberal dan kapital.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H