Mohon tunggu...
Rosa D Panda
Rosa D Panda Mohon Tunggu... -

I write when in mood. Love your positive vibe and energy. Enjoy poems and nature. http://andiamstillearning.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dialog Lingkungan-Sustaining Life –sharing the Future with The Earth and The Poor

19 Agustus 2016   13:11 Diperbarui: 20 Agustus 2016   11:45 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Sustaining Life –sharing the Future with The Earth and The Poor

Demikianlah tema yang diangkat oleh Serikat Jesuit Asia Pasifik bekerja sama dengan Universitas Sanatha Dharma dalam konferensi yang berlangsung selama tiga hari, 8-10 Agustus 2016. Saya sebagai orang muda merasa sangat beruntung mendapat kesempatan untuk mengikuti tiap sesi. Kegiatan dialog ini diadakan sebagai suatu gerakan moral untuk mengajak seluruh pihak terutama pemimpin agama untuk lebih menyerukan keberpihakan terhadap masa depan lingkungan.

Hadir sebagai pembicara Prof Dicky Sofjan (Universitas Gadjah Mada) , porf. I Ketut Ardhana (Udayana) , Dr Apinya Fuengfusakui(Chiangmai University), Norma Gonos (AGILA), Dr Sunthorn Womjomporn yang memperkaya peserta dengan pandangan dari agama-agama mengenai sikap terhadap lingkungan. Dalam kesempatan ini, peserta diperkaya dengan pandangan dan sikap agama-agama di Asia mengenai lingkungan. Pada dasarnya semua agama menilai manusia tidak terpisahkan dari lingkungannya dan sebagai orang-orang beriman maka manusia sewajibnya menjaga dan melestarikan lingkungan.

Di sini saya juga dikenalkan dengan Mandaya people yang merupakan salah satu masyarakat adat di Filipina. Dalam kesehariannya, mereka hidup selaras dengan alam, “do not harm them and they do not harm you”. Mereka melakukan praktik bagi panen antar sesama atau panagandugay (sharing harvest) dan juga melakukan pertanian berkala dimana tanah membutuhkan istirahat. 

Saya sadar keberadaan masyarakat adat semakin tertekan di tengah pembangunan yang terus berjalan. Di Indonesia ada masyarakat adat Sedulur Sikep yang berjuang melawan pembangunan pabrik semen di sekitar pengunungan Kendeng. Untuk apa? Mereka ingin mewarisi air pada anak cucu, bukan kekeringan dan lingkungan yang rusak.

Sebagai salah satu peserta dari kaum muda, saya sangat mengapresiasi diskusi lintas generasi dan lintas agama ini, yang secara khusus meningkatkan pemahaman saya mengenai sikap terhadap lingkungan. Kesadaran untuk sama-sama bekerja sebagai ciptaan Tuhan di bumi yang memiliki kewajiban untuk meneruskan pada anak cucu (future generations). Mengutip ajaran Tri Hita Karana, baiknya manusia memelihara hubungan baik dengan Tuhan, sesama serta alam dan lingkungan.

Aksi personal sederhana yang dapat saya dan teman-teman lakukan adalah mulai menggunakan botol minum, mengurangi atau sama sekali tidak menggunakan plastik, menghabiskan makanan dan sadar dengan isu-isu lingkungan di sekitar kita. Salam baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun