Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ingin Menikmati Hidup Santai?

23 Desember 2024   03:51 Diperbarui: 23 Desember 2024   18:22 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan Lupa Persiapkan Diri

Topik pilihan Kompasiana kali ini adalah tentang hidup santai Yang lebih dikenal dengan istilah Slow living
Untuk jelasnya ijinkankanlah saya kutip dari Kompasiana

Kompasianer, apakah saat ini  tengah menjalani slow living?  Apa alasannya? Bagaimana ceritanya slow living di sana?

Kompasianer, akhir-akhir ini hidup terasa bergerak cepat. Bunyi klakson kendaraan memekikan telinga, orang-orang tidak bersabar, semua saling ingin mendahului. Rasanya begitu lelah.( Kompasiana)

Kami berdua sudah pernah selama belasan tahun tinggal di Mediterania Lagoon Residences Kemayoran Jakarta. Hidup di kota besar memang  demikian. Begitu keluar pintu rumah semua bising sekali.

Bahkan hingga tengah malam bunyi hiruk pikuk terdengar sangat nyata di lantai 18 U , dimana kami berdua tinggal. 

Kendaraan simpang siur dan bila sedikit saja lengah dapat berakibat fatal..

Mau berjalan kaki di troktoar?  Tidak bisa ! Karena seluruh troktoar sudah dikuasai oleh pedagang kaki lima. Masa kita tega menginjak lapak mereka ataupun melangkah diantara mereka yang duduk ngopi di lantai? Ya enggaklah.

Gaya Hidup Slow Living 

Hidup tenang dan damai di desa tentu saja merupakan hal yang sangat menarik hati. Apalagi setelah belasan tahun hidup di jakarta yang hiruk pikuk. 

Tetapi tentu saja perlu mempersiapkan diri sejak awal. Bagaimana mungkin kita dapat hidup santai bilamana untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari tidak cukup dana cadangan?

dokumentasi ptibadi
dokumentasi ptibadi

Kami berdua berani melangkah untuk memasuki gaya hidup slow living setelah kerja keras selama puluhan tahun.

Menikmati hidup santai dengan gaya slow living memang mengasyikkan.

Kami disini juga tinggal diluar kota Perth. Sekitar 40 kilometer dari pusat kota. Desa wisata ini bernama Burns Beach. Yang penduduknya tidak sampai 5 ribuan orang. 

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Kalau mau kepantai cukup berjalan kami 200 meter maka tiba dipantai daerah wisata yang ramai dikunjungi . 

Satu satunya Cafe disini adalah Sitas Cafe. Kami berdua tidak pernah ngopi di sini,karena untuk ngopi dan sepotong kue, bisa habis 50 dollar.

Kami memilih membawa thermos air hangat dan 2 sachet capuccino, serta sebungkus indomi. Yang total harganya cuma 2 dollar. Duduk di tepi pantai sambil menikmati masing-masing secangkir Cappuccino dan indomi dengan hanya mengeluarkan uang 2 dollar 

Mau makan bisa sesuka hati bisa masak sendiri sesuai dengan budget 

Tidak memikirkan lagi apa apa yang perlu kami kerjakan Karena rumah adalah rumah anak kami.

Serta setiap bulan anak anak kami mengirimi kami uang untuk itu. Jadi kami bisa hidup Slow Living dengan santai.

Bagi kaum muda harus berpikir secara matang kalau mau meniru gaya hidup Slow Living. Jangan sampai ikutan Slow living padahal belum ada persiapan untuk itu . 

Dikampung halaman kami ada pribahasa mengatakan:' Malompek tenggiri Malompek Pulo bada bada "

Maksudnya jangan sampai lupa diri dan ikut ikutan. Padahal sama sekali belum ada persiapan untuk itu 

Kesimpulan:

Slow living memang menarik dan sangat bermanfaat bagi yang sudah siap melakukannya.Karena tidak perlu repot repot mengerjakan urusan yang tidak perlu sama sekali.

Tetapi jangan lupa bahwa sebelum berani memasuki gaya hidup santai ini, kami berdua sudah bekerja keras selama puluhan tahun. Sehingga dana cadangan untuk menikmati hidup sudah terpenuhi.

Kami bersyukur kepada Tuhan, walaupun jauh' dari sebutan kaya, kami dikaruniai kesempatan untuk menikmati hidup santai dalam berkecukupan 

Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini 

23 Desember  2024.

Salam saya,

Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun