Generasi Muda di Australia Tidak Terdampak

Demam Childfree

Dalam hal pergaulan dan cara berpakaian, generasi muda di Australia jauh lebih terbuka. 

Bahkan prilaku yang menurut ukuran di negeri kita dianggap tabu, tetapi di Australia di anggap sebagai hal biasa.
Tetapi dalam hal demam Childfree yang melanda generasi muda di negeri kita, ternyata tidak terjadi pada generasi muda di Australia

Dokumentasi pribadi 

Sebagai contoh nyata, cucu mantu pertama kami, yang profesi sebagai karyawati sebuah bank terkenal di Australia, sudah melahirkan 2 orang cicit bagi kami berdua.
Cucu mantu kedua yang berasal dari Turki, bekerja di bidang  Farmasi, sudah punya seorang putra usia 2,5 tahun .

Demikian juga dengan putra Pak Willy tetangga dekat kami,bernama Lyon baru menikah 2 tahun dengan wanita asal New Zealand,sekarang punya bayi usia 4 bulan.

Juga kakak laki laki Lyon bernama  Hendrico  menikah 3 ,5 tahun yang lalu sekarang punya bayi usiah  1 tahun. 

Setiap kali kami berdua refreshing ke taman atau ke pantai,selalu ada pasangan yang bawa bayi. Disini suami yang gendong bayi adalah hal yang lumrah.

Cicit kami yang kedua dan yang pertama berdiri paling depan dan cicit ketiga sedang digendong opanya (dok pribadi)

Beda Kondisi Beda Sudut Pandang 

Di Australia,bagi pasangan suami istri yang mempunyai bayi, mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam beberapa hal 

Misalnya urusan biaya perawatan bayi mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah   

Cuti melahirkan bisa diambil selama 2 tahun  Anak di titip di Child Care dengan bantuan setengah dari pemerintah. 

Dokumentasi pribadi/bersama dengan anak mantu cucu serta cucu mantu dan cicit cicit kami 

Kesimpulan :

Seperti halnya, menurunnya generasi muda Indonesia yang menikah, juga tidak terjadi di kalangan generasi muda di Australia. Seperti kata pribahasa:" Lain padang lain' belalang nya, lain lubuk lain ikannya" begitu juga dengan gaya hidup antara generasi muda di Indonesia, berbeda sudut pandang tentang masalah pernikahan dan childfree. 

Mana yang lebih baik? Beda negeri beda aturannya, menyebabkan terjadinya sudut pandang yang berbeda tentang kehidupan berumah tangga. Setiap orang berhak untuk memilih jalan hidup masing masing. Biarlah mereka yang menentukan mana yang terbaik bagi masing masing.

Tulisan ini hanya sebatas memberikan gambaran tentang gaya dan sudut pandang tentang pernikahan dan memiliki anak. 

Pilihan hidup adalah hak privasi setiap orang 

Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini 

20 Nopember 2024.

Salam saya,

Roselina.