Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merawat Hubungan Anak dan Orang Tua

23 September 2024   04:15 Diperbarui: 23 September 2024   04:46 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harus Dimulai Sejak Anak Masih Kecil

Topik Pilihan Kompasiana kali ini adalah tentang Bagaimana memulai Bonding orangtua dan anak anak?

Untuk jelasnya ijinkankanlah saya kutip dari Kompasiana:

Kira-kira apa yang membuat kini banyak anggapan bahwa anak dan orangtua cenderung renggang? Apakah itu karena sekadar berbeda zaman dan generasi sehingga tidak nyambung? Kalau berkaca kepada diri sendiri, bagaimana hubungannya dulu dengan orangtua? Atau, kalau sudah memiliki anak, bagaimana hubungan yang dibangun?

Selain itu adakah tips yang bisa dibagikan agar hubungan bisa lebih dekat supaya peran orang tua hadir? Pernah punya pengalaman tersendiri?

( Sumber: Kompasiana)

Hut suami (dok pribadi)
Hut suami (dok pribadi)

Bagaimana Memulai Bonding Antara Orang Tua dan Anak?

Kita lihat hubungan antara orang tua dan anak zaman kini kurang harmonis ..Anak sibuk dengan HP  sedangkan orang tua sibuk   sendiri. Masing masing sibuk sendiri. Tak ubahnya bagaikan orang tinggal di kost. Tinggal dibawa satu atap, tapi masing masing sibuk dengan dirinya . Tak terpikirkan untuk merawat keharmonisan keluarga.

Baru sadar setelah terlambat. Yakni ketika anak anak mulai dewasa, mereka mulai membantah orangtua.  Mau salahkan siapa bila sudah terjadi seperti ini?

Zaman memvonis:" anak duharka" agaknya sudah out of date. Demi menutupi seluruh kesalahan orangtua dalam mendidik anak anak, ditimpakan kepada anak anak. Padahal, prilaku anak anak terbentuk dari cara kita sebagai orang tua memberikan contoh teladan pada mereka

Kenapa demikian?

Merawat hubungan antara orangtua dan anak anak, harus dimulai sejak mereka masih kecil. Merawat anak anak dengan kasih sayang, bukan sebatas dalam kata kata, tapi terutama dengan contoh teladan. 

Merawat anak anak dengan disiplin bukan demi kebanggaan bagi orang tua, tapi demi kebaikan anak anak kita. Sehingga tidak harus memakai kekerasan 

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua atau calon orangtua. Antara lain:

Orang Tua tidak mengajak anak untuk ikut dalam hal apapun.Orang tua traveling ke sana kemari,sedangkan anak dititip pada kakek nenek mereka. Malahan ada yang menitipkan pada pembantu rumah tangga. 

Sewaktu mereka masih anak anak.Orang tua mendidik anak dengan kekerasan dan disiplin yang membuat anak takut .Orang tua tidak memperlihatkan kasih sayangnya terhadap anak. 

Hanya mendiktekan apa yang boleh atau tidak dilakukan anak. Hal ini tidak mungkin terjadi jika mendidik anak hanya dengan disiplin tanpa kasih sayang, sehingga menyebabkan anak tidak merasa diberi teladan yang bermanfaat baginya.

Pengalaman 

HUt saya (dok pribadi)
HUt saya (dok pribadi)

Pengalaman kami ketika mendidik  anak anak kami. Selalu memberi contoh pada anak kami bagaimana seharusnya mereka berbuat .

Kami Juga mendidik anak anak dengan disiplin.Misalnya , bangun pagi, rapikan tempat tidur, mandi dan seterusnya. Tapi bukan dengan kekerasan. 

Mengajarkan bagaimana mencintai orang yang lebih tua dari kita  dan bertindak terpuji.Kemana kami pergi kami selalu membawa anak anak kami dan bila salah satu sakit kami membatalkan keberangkatan kami.

Setiap malam kami Makan bersama anak anak. Dan setiap weekend kami bawa makanan ke rumah orangtua kami secara bergantian, antara rumah orang tua saya dan suami. Kami tunjukkan pada anak anak bahwa walaupun sudah berkeluarga, tetap ingat akan orangtua 

Hut.Putra pertama(dok pribadi)
Hut.Putra pertama(dok pribadi)
Kami memberi contoh pada anak kami bagaimana kami bersikap terhadap sesama dengan tidak memandang suku dan agama .Mereka melihat semua yang kami lakukan dan merekam semua tindakan kami dalam memori ingatan mereka.

Sampai kini ketiga anak anak kami seperti kami melakukan tindakan pada teman temannya .Mereka juga mengasihi kami dengan sepenuh hati. 

bersama cicit (dok pribadi)
bersama cicit (dok pribadi)

Sebagai contoh Putra kami yang pertama,memberi kami mobil dan memberi tempat tinggal buat kami. Putra kedua kami memberi kami uang jajan  dan Putri kami membelikan kami barang yang berguna untuk kesehatan kami.Semua ini tidak  pernah kam minta mereka memberi pada kami dengan rela.

Dulu sewaktu anak anak masih kecil kami selalu merayakan ulang tahun mereka bersama seluruh sanak keluarga kami. Sampai sekarang bila dalam keluarga ada yang berulang tahun mereka merayakannya bersama seluruh keluarga. 

Contoh :Menantu kami di Perth ulang tahun,maka seluruh keluarga yang berada di Perth akan hadir merayakannya.

Demikian juga ketika saya merayakan ulang tahun saya,karena saya berada di Perth seluruh anak ,mantu cucu dan cucu mantu serta cicit hadir dalam perayaan tersebut.

Kesimpulan:

Segalanya terjadi sesuai dengan apa yang mereka alami semasa kecil. Mereka mengingat contoh-contoh yang diberikan kepada mereka dalam kehidupan mereka

Kelak kita sebagai orang tua akan merasakan sesuai dengan apa yang kita berikan sejak mereka kecil.

Hukum tabur tuai terjadi dalam semua ruang kehidupan, termasuk dalam hubungan mendidik anak anak. Jangan lupa anak anak akan melupakan apa kita sampaikan kepada mereka secara lisan , tetapi merekam semua yang mereka alami, termasuk cara kita menyayangi mereka .

Puji syukur kepada Tuhan, kami berdua dikaruniai kesempatan untuk menikmati hidup dengan disayangi oleh anak mantu cucu serta cucu mantu dan cicit cicit kami, serta semua sahabat Kompasiana 

Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini 

23 September 2024.

salam saya,

Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun