Terasa Aneh Kedengarannya
Salah satu Topik pilihan Kompasiana tentang " Kuliah Tidak Wajib" Â sungguh terasa aneh kedengarannya. Karena sejak tempo dulu memang kuliah tidak diwajibkan . Tetapi bila mau melamar pekerjaan di Kantor, salah satu syarat mutlak adalah ijazah. Untuk menjadi Guru setidaknya harus ada ijazah Lulus Institute Keguruan. Memang ijazah bukanlah merupakan sebuah jaminan bahwa Pemiliknya pasti sukses, tetapi secara umum untuk mendapatkan pekerjaan di kantor,perlu ijazahÂ
Kalau boleh diibaratkan, seperti ungkapan:" Tidak musti makan nasi" Maksudnya bagi masyarakat yang tidak mampu tidak musti makan nasi. Padahal tanpa adanya pernyataan ini , bila tidak ada uang untuk membeii beras, dengan sendirinya orang tidak makan nasi.Â
Kami sudah pernah alami selama bertahun tahun hanya sarapan dengan sepotong ubi atau pisang rebus.
Alangkah eloknya bila pernyataan yang sensitive janganlah diucapkan .Karena hanya semakin menyudutkan masyarakat yang kondisi ekonominya morat marit.
Apakah ada yang menyarankan tidak musti makan nasi, menerapkan dalam kehidupan pribadi nya?
Apakah ada orang yang mengatakan: Tidak Wajib Kuliah " anak anak nya tidak kuliah,?…
Disebabkan kenaikan biaya kuliah di Universitas yang menyebabkan banyaknya komentar yang simpang siur dan tidak menjadikan solusi yang tepat. Alangkah eloknya memberikan  solusi yang tepat ketimbang mengeluarkan komentar:"Kuliah Tidak Wajib"
Alangkah baiknya bila mencari jalan keluar yang tepat seperti misalnya menganjurkan siswa untuk mengambil bea siswa berbayar,yang diberikan oleh perusahaan yang akan menampung siswa bila telah lulus. Sehingga siswa tidak susah susah mencari pekerjaan setelah selesai kuliah dan dapat mencicil  pinjaman tadi.
Tulisan ini merupakan ungkapan rasa hati seorang seorang Ibu yang pernah merasakan sulitnya mengumpulkan uang untuk biaya kuliah. Sama sekali tidak ada kaitan dengan masalah politik. Hanya sebatas rasa keprihatinan sebagai seorang IbuÂ
Kesimpulan:
Sesungguhnya,amat disayangkan , orang yang seharusnya dapat memberikan solusi, justru mengeluarkan komentar yang dapat melukai hati masyarakat yang kondisi ekonomi morat marit dan tidak mampu membiayai uang kuliah anak anak merekaÂ
Alangkah eloknya bila akan menyampaikan komentar ditimbang dulu baik buruknya. Ketimbang asmong atau asal ngomog yang memancing keributan dalam masyarakat.
Ada banyak hal yang jauh lebih penting untuk dilakukan,demi untuk mempersiapkan masa depan generasi muda kita. Â
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan iniÂ
21 Juni 2024.
Salam saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H