Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Topik Pilihan Admin Kompasiana

6 Mei 2024   03:55 Diperbarui: 6 Mei 2024   07:21 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi 

Investasi Valas

Setiap orang berhak menentukan pilihan hidup masing masing
Dan tidak seorangpun berhak ikut campur dalam urusan pribadi orang lain.
Termasuk untuk memilih cara mengivestasi uang yang dikumpul dari hasil kerja keras selama bertahun tahun.
Ada yang sekedar ingin tahu tentang Valas, tapi tidak terpikirkan untuk melakukan investasi Valas

Kebanyakan orang, membahas tentang kenaikan nilai tukar dollar terhadap rupiah. Dan boleh jadi memprediksi kenaikan harga barang barang import.

Tetapi disaat nilai tukar dollar terhadap rupiah melemah, orang merasa senang bercampur rasa bangga,bahwa nilai rupiah menguat terhadap dollar. 

Lalu terhenti hingga disini.  Amat jarang yang termotivasi untuk membeli dollar, sewaktu nilai tukar terhadap rupiah anjlok.

Memanfaatkan Peluang 

Sebagai orang yang pernah selama belasan tahun profesi sebagai Pengusaha, kami melihat melemahnya nilai tukar dollar terhadap rupiah, sebagai sebuah peluang untuk meraup cuan.

Berbeda dengan kami,setiap  keuntungan dari perusahaan kami simpan dalam valas. Suatu ketika kami selesai export kopi dan mendapatkan keuntungan yang memadai Saya merundingkan dengan suami, bagaimana kalau uang deposito dibeli valas dalam Australian dollar,untuk investasi kami.  Seingat saya pada waktu itu nilai tukar Australian dollar terhadap rupiah Rp. 3.600.00. Karena walaupun seluruh urusan keuangan keluarga diserahkan ketangan saya, tetapi tetap saja merupakan uang kami bersama. Syukurlah suami sangat mendukung. Dan seluruh tabungan kami belikan AUD 

Puji syukur kepada Tuhan,ternyata dalam waktu singkat, bergerak naik. Dan dalam kurun waktu tidak sampai satu tahun, nilai tukar terhadap rupiah menjadi  Rp. 6. 900.00. Dan belakangan mencapai Rp.10.000 .-persatu Australian dollar.

Mengingat kalau kami simpan di saving atau deposito , hanya sebatas untuk safety semata mata. Kalau mengharapkan rate dari bank sangat minim.

Mengapa kami memilih  dolar Australia?Karena pada waktu itu putra pertama kami sudah mengurus visa  nya untuk ke Australia. Jadi kami pikir sebaiknya kami menyimpan dalam dolar Australia.

 Puji syukur kepada Tuhan, nilai dolar Australia naik sampai 2x lipat,jadi kami ikut merasakan nikmatnya mendapatkan cuan secara fantastis 

Sehingga sewaktu kami memutuskan untuk pension , hati kami berdua sudah mantap. Apalagi setiap bulan ada uang belanja dari anak anak kami.

Kesimpulan:

Membaca cuplikan pengalaman hidup pribadi kami, mungkin ada yang terpikirkan:"Too good to be true". Masa iya seperti kisah dongeng, beli valas dan simpan, ternyata dalam waktu satu tahun dapat cuan lebih dari 100 persen.? 

Tentu saja tidak ada masalah. Karena terkadang perjalanan hidup memang seperti kisah dongeng. Buktinya, kami dulu tinggal di Pasar Tanah Kongsi.Dan disamping mengajar , suami jualan kelapa parut. Rasanya mustahil kami kelak dapat tinggal di Australia. Puji syukur kepada Tuhan, sejak belasan tahun lalu kami diberikan kesempatan untuk menikmati hidup damai sejahtera 

Pesan moral yang ingin disampaikan lewat tulisan ini adalah:" Daripada menjadi penonton ,yang hanya sebatas memberikan komentar diluar lapangan, kalau memungkinkan kita Ikut jadi Pemain, mengapa tidak?"

Kita boleh menulis tentang pengalamannya hidup pribadi, yang mungkin ada manfaatnya bagi orang lain. Tetapi tentu saja setiap orang berhak menilai sesuai sudut pandang pribadi masing masing. Yang penting apa yang ditulis adalah pengalaman hidup pribadi dan ada manfaatnya bagi orang lain.

Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini 

6 Mei 2024.

Salam saya,

Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun