Pelajaran Berharga Tentang Hidup Bertoleransi Bagi Anak AnakÂ
Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, sewaktu kami masih tinggal di Padang, kami merayakan 3 Hari Raya setiap tahun. Yakni:
Hari Natal
Tahun Baru Imlek
Hari Lebaran
Karena pada waktu itu usaha kami maju, maka membagikan angpau untuk anak anak yang tinggal di sekitar rumah kami di Wisma Indah,sama sekali tidak ada masalah.
Setiap tahun,saya khusus ke Bank Indonesia,untuk menukarkan uang dengan uang yang baru. Karena walaupun uang kertas yang sudah usang dan yang baru dicetak sama nilainya, tapi bagi anak anak ada kegembiraan tersendiri bila menerima Angpau dalam uang kertas yang masih baru dan belum pernah digunakan.Â
Apalah salahnya menyediakan waktu untuk bolak balik ke BI, demi agar anak anak mendapatkan kegembiraan plus sewaktu menerima Angpau.
Pagi pagi anak anak yang tinggal di seputar kediaman kami datang untuk mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri.
Walaupun kami berdua non Muslim tentu saja tidak tega mengecewakan anak anak. Yang umumnya dari keluarga tidak mampu
Uang yang tidak seberapa nilainya, ternyata bagi mereka sangat dinantikan.Â
Pelajaran Hidup Bertoleransi Bagi Anak Anak Kami.
Hal ini sekaligus menjadi pelajaran berharga bagi anak anak kami, tentang memaknai arti hidup bertoleransi.
Bahwa untuk berbagi, tidak musti dengan orang sesuku dan seiman.
Pertama kami pindah ke Wisma Indah kami mengajak teman teman sesama amatir Radio untuk singgah dirumah kami. Kemudian waktu bulan puasa kami juga menyediakan rumah kami untuk tempat berbuka puasa setiap hari Sabtu.Hal ini diketahui oleh orang sekitar tempat kami tinggal.
Yang mana pada hari Raya anak anak tetangga berdatangan memberi :"Selamat Hari Raya" pada kami.Untuk mana kami tak tega tak memberi angpao pada mereka.Â
Melihat hal ini anak anak kami, menyimpan apa yang mereka saksikan dalam memori mereka.
Tanpa perlu menjelaskan panjang lebar, anak anak kami sudah memahami bahwa begitulah seharusnya hidup dalam keberagaman..
Dan Tidak satupun dari ketiga anak kami yang protes, mengapa saya bagi bagi Angpau,padahal kami adalah non Muslim
Karena anak anak kami sudah menerima bahwa perbedaan bukanlah merupakan halangan untuk menjalin hubungan persahabatan dan kekeluargaanÂ
Anak anak memahami bahwa hubungan persahabatan dan kekeluargaan tidak dibatasi oleh sekat beda suku dan agama.ataupun status sosial.Â
Tiga kali dalam setahun yaitu :
Hari Raya Idul Fitri
Hari Raya ImlekÂ
Hari Raya Natal.
Kesimpulan:
Membagi bagi angpao untuk anak anak berarti kita ikut merayakan hari Raya bersama mereka.Hal ini merupakan pelajaran berharga bagi anak anak kami bagaimana hidup bertoleransi dalam kehidupan .Yang mana akan membawa dampak positif untuk kehidupan kita selanjutnya.
Karena contoh teladan nyata dari kami sebagai orang tua, jauh lebih efektif dibandingkan dengan nyinyir menasihati anak anak harus begini dan harus begitu.
Kami bersyukur kepada Tuhan,kelak setelah dewasa dan berumah tangga, anak anak mantu cucu kami sudah terbiasa hidup damai dalam segala keberagamanÂ
Bahkan, sewaktu masih di sma don Bosco, Putra kami minta ijin pada kami, agar teman sekelas nya yang datang dari Riau untuk numpang di paviliun kami, tanpa membayar apapun  Dan dengan senang hati kami ijinkan. Sahabat nya bukan numpang sendiri, tapi berikut Ibu dan kakaknya. Kami bersyukur kepada Tuhan karena Putra kami sudah dapat menerapkan hidup berbagi.
Sungguh, pelajaran paling berharga bagi anak anak tentang ilmu kehidupan adalah contoh teladan nyata.
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini.
Selamat Hari KartiniÂ
22 April 2024.
Salam saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H