Tidak cukup hanya menasihati orang tua.
Seremonial perayaan Hari Pendidikan Nasional sudah berlalu beberapa hari yang lalu. Tapi tugas kita belum selesai. Perjalanan masih teramat jauh. Kareena urusan pendidikan, tidak semata mata tugas guru dan pemerintah.
Sebagai orang tua tentu kita dengan segala kemampuan yang ada berusaha agar anak anak kita mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan semaksimal mungkin. Dan bila profesi kita adalah seorang guru, kita tentu harus memperhatikan bila murid kita tidak masuk kesekolah. Mendatangi rumah murid tersebut untuk menyelidiki apa alasan anak tidak hadir disekolah. Apakah karena sakit ataukah ada alasan lainnya?
Kalau ternyata anak tidak masuk sekolah karena harus berjualan untuk ikut membantu biaya kebutuhan hidup , mungkin  kita dapat  menasihati orang tua anak tersebut . Bahwa urusan kebutuhan hidup sesungguh merupakan tugas orang tua. Sedangkan anak anak berhak hak untuk mendapatkan pendidikan.  Tentu saja cara menyampaikan harus secara arif dan bijaksana. Karena orang yang hidup dalam kekurangan sangat mudah tersinggung
Menjelaskan bahwa walaupun keluarga membutuhkan biaya hidup, tapi masa depan anak anak tergantung dari pendidikan. Â Yang penting orang tua diingatkan bahwa masa depan anak anak,tergantung pada pendidikan mereka.Â
Pengalaman semasa saya jadi guru
Karena usaha suami sudah mulai memadai dan saya dibutuhkan untuk mendampingi suami,maka saya mengajukan surat untuk resign dari SMP Kalam Kudus sebagai guru Matematik. Tetapi Kepala Sekolah minta agar saya tunda pengunduran diri Karena tidak mudah mencari Guru pengganti.dibidang mata pelajaran Matematika.
Karena belum ada pengganti dan rasa tanggung jawab sebagai seorang pendidik, maka saya masih tetap mengajar di SMP Kalam Kudus.Tetapi dengan catatan seluruh gaji ,saya serahkan untuk melunasi biaya anak anak yang putus sekolah karena ketiadaan dana.
Yang mana saya tidak pernah mengingat nama mereka karena saya ikhlas membantu tanpa pamrih. Sungguh merupakan sebuah surprise bagi saya,sewaktu  11 Juni  2014 saya menerima surat dari salah satu anak asuh  saya. Ada dua orang anak asuh yang mengirim surat pada saya,salah satunya akan saya lampirkan disini.
Ayahanda Tjiptadinata Effendi dan bunda Ros yang saya sayangi,
Assalamualaikum .. semoga ayahanda dan bunda senantiasa dalam lindungan Allah.
Saya Yunsyifa, anak yang 11 tahun lalu menjadi anak asuh dari ayahanda dan bunda.
Sudah lama ananda mencoba mencari jejak ayahanda dan bunda.baru kali ini dapat alamat emailnya.
Alhamdulilah, ananda sudah bekerja disalah satu bank swaata di Jakarta dan maksud hati ananda, ingin mengundang ayahanda dan bunda untuk sekedar makan siang. dari gaji perdana yang ananda dapatkan
Rasa syukur kepada Allah dan terima ksih kepada ayahanda dan bunda berdua.,karena tanpa dukungan ,ananda sudah tidak bersekolah lagi ..
Mohon kiranya ayahanda memberi kabar, kapan ke jakarta.. Akan saya jemput untuk melepas rindu dan kangen
Salam takzim ananda,
Jakarta, 11 Juni, 2014
Yunsyifa
Inilah salah satu anak asuh saya yang mana saya sendiri sudah lupa pada dirinya.dan masih ada satu  surat lagi saya terima.
Menasihati Saja Tidak Cukup..
Kita boleh saja menasihati orang tua murid bahwa pendidikan penting bagi anak anak.  Tetapi alangkah baiknya bila  disamping menasihati,kita ikut berperan serta untuk membantu membiayai sesanggup kita . Apabila kita mau membiayai  anak asuh ,jangan sekali kali kita berikan pada orang tua  murid.Â
Bukan tidak percaya,tetapi bila keadaan terdesak bisa dipakai untuk biaya hidup, sehingga tujuan pendidikan anak tidak terlaksana . Jadi sebaiknya kita kesekolah memberikan pada Kepala Sekolah semua biaya setahun untuk anak asuh. Kemudian kwitansi pembayaran kita serahkan pada orang tua murid. Bila hal ini dijalankan maka akan banyak anak yang akan tertolong dari putus sekolah. Menjadi orang tua asuh bukan berarti memikul semua beban pendidikan anak hingga selesai, melainkan semampu kita.
Bayangkan  di Indonesia menurut kementerian Pendidikan jumlah guru di Indonesia 3,3juta .
Jika dari 3,3 juta guru yang bisa membantu seorang guru mengambil anak asuh satu orang saja. Kita perkirakan hanya 50 % saja yang sanggup maka akan terbantu sekitar 1,7 juta anak yang tidak jadi  putus sekolah.
Kesimpulan:
Tulisan ini bukan untuk pamer diri ,tetapi merupakan menjadi masukkan bagi para guru  yang secara tulus ikhlas mau ikut mengurangi jumlah anak putus sekolah.
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan iniÂ
5 Mei 2023.
Salam saya,
Roselina,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H