Kenapa harus malu?
Yang dimaksudkan dengan: "sisa makanan" di sini, adalah kelebihan makanan yang dipesan. Entah karena porsi terlalu besar ataupun terlanjur pesan terlalu banyak.Â
Umumnya sudah menjadi kebiasaan bagi orang, bila memesan makanan untuk dimakan direstoran, bila makanan itu berlebih, maka sisanya ditinggalkan. Oleh pelayan restaurant dibuang ke dalam Tong sampah. Kebiasaan yang sudah menjadi darah daging bagi kebanyakan orang. Merasa gengsi bila sisa makanan tersebut dibawa pulang.
Berita kejadian yang begini menyebabkan banyaknya sisa makanan yang terbuang ber ton ton setiap tahun di berbagai negara.
Demikian juga di Indonesia, banyak sisa makanan yang terbuang percuma.
Berbagi Pengalaman PribadiÂ
Kami berdua sangat sering diundang makan di berbagai restaurant. Baik oleh putra kami, maupun oleh teman teman.Â
Ternyata setelah selesai makan masih ada sisa makanan yang masih layak untuk dimakan. Â Maka kami meminta box pada pelayan dan memasukkan sisa makanan tersebut ke dalam box. Kemudian kami bawa pulang.Â
Hal ini sudah dari sejak dulu kami lakukan sehingga anak anak kami sudah tahu kalau ada sisa makanan kita yang masih layak dimakan maka mereka membawa pulang sisa tersebut. Sisa makanan itu bisa dipanaskan kembali dan dimakan dengan nasi.
Membawa pulang makanan kita yang berlebih mengapa harus malu? Â Bukanlah masalah pelit tapi sayang sekali kalau hanya karena gengsi, makanan yang sangat berharga terbuang pecuma.
Coba saja tengok khususnya di restaurant *all you can eat*. Merasa sudah bayar mahal, ambil sebanyak banyaknya. Makan separuh dan selebihnya ditinggalkan, untuk dibuang kedalam tempat sampah.
Kesimpulan:
Membiasakan diri untuk membawa pulang sisa makanan kita merupakan pelajaran berharga bagi anak anak kita. Kelak bila mereka dewasa dan makan di restoran sisa makanan mereka akan dibawa pulang.
Kebiasaan ini sebagai suatu pelajaran bagi anak anak kita agar bisa menghargai makanan. Dan tidak terjebak oleh privelege, merasa mampu membayar. Cara mendidik anak anak yang paling efektif adalah dengan contoh teladan yang nyata.
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang telah berkenan menyempatkan untuk membaca tulisan iniÂ
22 Maret 2023.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H