Tergantung masing masing
Walaupun sudah: "Oma Oma," tetap saja nama saya ada dalam beberapa What's app groups. Baik di WAG keluarga, eks siswa Don Bosco dan teman teman lama.Â
Salah satu hal yang paling sering dijadikan Topik pembicaraan antara emak emak di WAG, adalah dana yang dibutuhkan  untuk Make Up. Yakni berkisar antara Rp250.000.- sampai Rp 500.000 per bulannya.-.
Ada juga yang menyebut angka jutaan rupiah, tapi pasti bukan saya.
Kenapa begitu? Karena hal ini tergantung di salon yang mana mereka datangi untuk Make Up. Â
Bisa salon standard untuk masyarakat menengah kebawah. Ada juga Salon untuk kaum middle high atau menegah ke atas. Dengan tarif masing masing yang berbeda. Seorang isteri pejabat atau isteri Pengusaha, maka salonnya beda lagi. Yakni salon yang terkenal dengan tarif selangit.Â
Agaknya, kaum wanita tidak bisa terlepas dari make up. Sejak remaja hingga nenek nenek. Tujuannya agar tampil elegant dan tidak mempermalukan diri sendiri atau suami karena tampilan acak acakan.
Tidak Pernah ke Salon
Kalau teman teman asyik ngobrol tentang make up, saya jadi pendengar yang baik. Karena banyak nama alat make up yang sejujurnya saya pribadi tidak tahu. Bukan karena suami pelit, karena sejak dulu keuangan keluarga diserahkan pada saya, karena suami tidak mau pusing urusan uang.
Saya sering dibelikan alat alat Make Up oleh anak, mantu dan cucu. Semuanya branded, tidak ada yang murahan. Yang mana saya hampir tidak pernah pakai, sehingga menumpuk menjadi kayak koleksi. Akhirnya saya bagikan kesanak keluarga yang butuh.
Saya tidak pernah ke salon, kecuali untuk merapikan rambut Itupun sekali dalam 2 tahun. Karena biasanya saya rapikan sendiri. Parfum? Banyak, tapi masih berlabel, belum pernah dibuka. Makanya heran, konon ada yang bilang suaminya pesolek. Kalau suami saya, "parfum"nya minyak angin hehehe. Itupun kalau musim dingin.
Suami sisir rambut tanpa cermin Saya yang jadi cermin Hehehe. Ternyata sifat kami berdua 11-12 heheheÂ
foto saya tidak pernah ber make up/dok pribadi
Waktu Anniversary 50 tahunÂ
Waktu itu seorang perias datang ketempat saya dan membuat sanggul rambut saya serta memberi bedak pada muka saya. Setelah itu dia menanyakan apa saya mau di make Up? saya bilang tidak usah karena saya tidak biasa di make up. Maka jadilah seperti itu penampilan saya. Karena sejak dari muda tidak terbiasa make up, maka hingga jadi Oma, tidak tertarik untuk make up.
Kesimpulan:
Mengenai berapa biaya yang dibutuhkan ini tergantung keadaan, apakah dompetnya penuh atau hanya sedikit. Kalau punya banyak dana ya boleh aja dimanfaatkan. Karena setiap orang bebas menggunakan uangnya. Â Berapa lama waktu yang dibutuhkan juga tergantung keadaan masing masing. Â
Pengalaman kami sewaktu kedatangan Mitra Business di Padang dan kami mau pergi makan malam bersama. Selang 10 menit saya keluar kamar dan bilang suami bahwa saya sudah siap. Â
Saat suami bilang sudah siap untuk berangkat, Mr. Surieh, Mitra Business kami dari Singapore kaget Katanya: "Sudah siap? Apa tidak salah saya dengar, karena kalau isteri saya bila mau keluar membutuhkan waktu satu jam baru bisa siap".Â
Kami hanya ketawa. Tulisan ini hanya cuplikan kisah hidup pribadi. Bahwa walaupun wanita lazimnya akrab dengan perangkat make up, ternyata ada wanita yang tidak paham menggunakan alat kosmetik. Contohnya adalah diri saya pribadi.
Tentang berapa besar pengeluaran orang lain untuk make up, tentu urusan pribadi masing masing. Setiap orang bebas menggunakan uangnya sesuai seleranya dan tak seorangpun berhak ikut campur. Â Tulisan ini semata mata untuk melukiskan bahwa boleh jadi masih banyak lagi wanita yang tidak betah make up seperti saya, bukan masalah pelit, melainkan karena tidak terbiasa sejak kecil
Terima kasih untuk semua sahabat di Kompasiana yang telah menyempatkan untuk membaca tulisan ini.
8 Maret 2023.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H