Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menolong Membelikan Pesanan Orang

20 Januari 2023   04:00 Diperbarui: 20 Januari 2023   08:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koper  /dok pribadi

Beresiko Rusaknya Hubungan Persahabatan

Menolong orang tentu saja sangat baik. Apalagi terhadap sahabat dan sanak keluarga.Tetapi dalam beberapa hal, justru berpotensi menjadi penyebab rusaknya hubungan persahabatan dan kekeluargaan.

Salah satu contoh adalah bila  kita keluar negeri sering kita dipesanin orang untuk membeli sesuatu yang ada diluar negeri. Mau menolak rasanya gimana tuh ? Akhirnya kita menyanggupi. Tetapi karena  sudah pernah merasakan akibatnya , saya  menyarankan sebaliknya.

Yakni, alangkah baiknya kalau kita tidak terima pesanan itu.Sebab membeli ssuatu di negeri orang jauh lebih sulit daripada di negeri kita sendiri. Bayangkan ,waktu kita yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menikmati liburan bersama keluarga, terpaksa digunakan untuk kesana kemari mencari barang pesanan. Ongkos taksi pulang pergi,apa tega kita minta kepada sahabat yang pesan barang?

Selanjutnya barang pesanan boleh jadi tidak sesuai dengan pesanan sahabat atau kerabat kita. Atau mungkin di luar negeri, barang  pesanan, ternyata lebih mahal dari harga di negeri sendiri. 

Lebih baik kita membawa oleh oleh bila sanggup dari pada membelikan pesanan .Oleh oleh boleh kita berikan semampu dan tidak berpotensi merusak hubungan. Bila yang menerima tidak suka maka ia dapat memberikan kepada orang lain.

Berbagi pengalaman 

Pengalaman
Putri kami yang di Wollongong mau ke Indonesia mengunjungi waktu itu. Teman akrabnya memesan koper model baru dari bahan plastik keras yang warna warni .Putri kami membeli 2 koper pesanan temannya dengan harga 400 ribu per satunya.

Kemudian dia membawa koper tersebut di bagasi Sesampai di Wollongong ternyata koper yang satu retak.

Temannya yang memesan,tidak mau menerima . Minta dikembalikan kepada penjual.Mana mungkin Putri kami mengirimkan koper tersebut kembali ke Indonesia Karena  koper yang retak tersebut dibeli putri kami . Padahal sesungguhnya putri kami tidak butuh koper ,karena sudah banyak dirumah nya.

Pesanan di Singapore

Barang barang yang dibeli di Singapore setelah selesai bayar tidak bisa dikembalikan . Hal ini tercantum di bukti pembayaran ."Barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar atau dikembalikan.

Suatu waktu kami dipesan membelikan camera type baru.Ketika beli camera di Singapore setelah kami periksa sesuai pesanan, lalu dibungkus oleh si Penjual. Karena percaya maka kami tidak menyaksikan sewaktu dibungkus. Ternyata sesampai di Indonesia barangnya beda .Yang dibungkus tipe berbeda Yang pesan tidak mau menerima karena tidak sesuai pesanan.Maka apa mau dikata ,terpaksa kami yang beli camera. Padahal sesungguhnya dirumah kami banyak camera. 

Kesimpulan:

Bayangkan, sudah menghabiskan waktu liburan dan dana untuk taksi kesana kemari, belum lagi repot bawa barang pesanan,ee ternyata tidak sesuai dengan pesanan.

Karena pengalaman yang tidak enak ini,maka saya bagikan melalui tulisan ini

Sebaiknya jangan menerima pesan dari siapapun .Kalau memungkinkan beli sebagai oleh oleh tidak menjadi persoalan. 

Karena menjaga hubungan persahabatan dan kekeluargaan butuh waktu bertahun tahun

Tapi merusakan hanya dalam sesaat . 

Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang berkenan menyempatkan untuk membaca tulisan ini 

20 Januari 2023.

Salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun