Agar jangan duduk melamun
Waktu masih aktif melakukan kegiatan sosial diseluruh Nusantara bersama suami, saya selalu menyusun jadwal  kegiatan yang akan kami lakukan.Setiap minggu sudah tersusun rapi tinggal menjalankannya saja. Karena bila tidak demikian akan terjadi tumpang tindih kegiatan saking padatnya acara kami.Â
Misalnya menyusun jadwal mulai dari tanggal 1 sampai tanggal 30 akhir bulan . Tanggal  1 . jatuhnya misalnya hari Sabtu ,maka hari Sabtu dan Minggu tanggal 2 saya Jadwalkan kegiatan disatu kota Misalnya di Jakarta.Â
Senin kami berangkat menuju kota berikutnya misalnya Bogor  .Jadi tanggal 4 dan 5  kota Bogor  yaitu hari Selasa dan Rabu Kamis kembali ke Jakarta Kemudian Sabtu dan Minggu kembali ke Bandung tanggal 8 dan 9 .selanjutnya,ke Yogyakarta, Semarang,Surabaya dan seterusnya, sampai tanggal 30 .Â
Setelah jadwal tersusun dan suami sudah setuju,maka tugas saya untuk booking hotel dimana kami berdua menginap. Serta kontak dengan Stasiun televisi dan radio untuk menyampaikan undangan kepada masyarakat setempat.Â
Dan tentu saja tidak lupa untuk membooking ticket pesawat , untuk kunjungan ke kota yang jaraknya cukup jauh bila ditempuh dengan berkendara, sesuai jadwal yang sudah ditetapkan  . Hal ini berlangsung selama bertahun tahun hingga kami memutuskan untuk pensiun.
Jadwal setelah pensiunÂ
Ketika kami pensiun jadwal tetap kami lanjutkan , tapi tentu saja mengalami perbedaan kegiatan. Yaitu dari mulai bangun pagi , dilanjutkan dengan kegiatan tulis menulis  di Kompasiana dan mengunjungi tulisan teman teman,sampai jam 8 pagi Mandi dan masak serta makan pagi .Â
Setelah selesai semua kami berjalan ditepi pantai sewaktu musim panas atau bersih bersih kebun mini dihalaman belakang  Kalau musim dingin kami naik kendaraan untuk berbagai kegiatan sosial dan sekali seminggu ke gereja dan  berbelanja .Â
Musim panas sering kami memancing ditepi Swan River dan ikut serta dalam berbagai kegiatan social atau berkunjung ke festival yang ada dan makan bersama anak mantu cucu dan cicit kami. Sore sepulang kerumah saya membalas semua komentar teman teman diartikel saya.Kami biasa tidur antara jam 10-11 malam dan bangun jam 05.00 pagi.Â
KesimpulanÂ
Pensiun bukan berarti duduk dikursi goyang,seperti kebiasaan orang tua zaman dulu.Karena kenyataan duduk dikursi goyang membuat orang tua cepat menjadi pikun dan jatuh sakit.Â
Sehingga menjalani hari tua dengan menderita serta  menjadi beban anak cucu. Kami mengatur kegiatan ,bila ada festival kami kunjungi walaupun hanya kami berdua yang berasal dari Asia,tidaklah menjadi persoalan bagi kami.
Dengan demikian kami tidak pernah merasa kesepian dinegeri orang. Banyak teman sesama dari Indonesia tidak betah berlama lama di Australia,karena tidak adanya kegiatan dan bosan. Mereka hanya bisa tahan satu bulan kemudian kembali ke Indonesia kembali.Â
Hidup merupakan karunia Tuhan yang tak ternilai,sayang sekali bila waktu yang ada hanya dimanfaatkan untuk tidur dikursi goyang .Â
Bukankah hidup kita baru berarti bila ada manfaatnya bagi orang lain?Â
17 Juni 2022.
Salam saya,
Roselina.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI