Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peduli pada Penderitaan Orang

8 Juni 2022   04:41 Diperbarui: 8 Juni 2022   05:26 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukanlah  berarti berhak mencampuri urusan keluarga orang

Hidup baru memiliki arti bila kehadiran diri kita ada manfaatnya bagi orang lain.Apalah arti hidup ini bila hanya untuk dinikmati sendiri tanpa peduli pada orang sekeliling?  Setidaknya dilingkungan kita tinggal pasti ada sesuatu yang dapat kita lakukan.  Salah satu jalan adalah peduli pada penderitaan orang dengan memberi bantuan pada orang yang membutuhkan pertolongan . Karena suatu waktu ,adakalanya uang tidak dapat menolong. Misalnya ditengah Malam,hujan lebat, tidak ada taksi Dirumah ada mobil mewah tapi yang ada di rumah tidak bisa mengemudikan kendaraan,sedangkan Ada anggota keluarga yang harus dilarikan ke Rumah Sakit .Maka butuh seseorang yang mau membantu. 

Maupun dalam hal membantu secara materi sesuai kemampuan diri. Dengan merujuk pada prinsip:"Giving is giving", yakni:" Memberi adalah memberi",maka berarti tidak ada hak kita untuk mencampuri urusan keluarga orang yang dibantu. 

Seperti misalnya:" Suami nggak kerja mbak ?" atau :" Anak sudah sakit separah ini mengapa tidak dibawa ke dokter mbak?"  

Kalau memang ada niat membantu,ya bantu saja,tanpa menyelidiki mengapa begini, mengapa begitu.

Jadi berbuatlah apa yang bisa kita bantu . Dengan demikian kita sudah peduli pada penderitaan orang, tanpa menyinggung perasaan orang.

Sebagai contoh : Suatu malam, tetangga mengetuk pintu rumah kami .Setelah kami buka ternyata putri  tetangga akan melahirkan dan kebetulan suaminya belum kembali dari luar kota. Untuk mana ibunya minta bantuan kami mengantar putrinya keklinik bersalin.Maka saya ajak suami untuk bersama mengantarkan,karena sudah larut malam. 

Tanpa mengomentari :" Sudah tahu istri mau melahirkan,kenapa suami pergi keluar kota,?"

Kalau sampai hal ini saya tanyakan maka akan menyebabkan tetangga kami tersinggung. Kami mengantarkan keklinik bersalin tanpa ikut campur urusan keluarga orang lain.

Contoh lain seorang  tetangga kami datang sambil membawa sepedanya kerumah. Bermaksud meminjam sejumlah uang. Dan meninggalkan sepeda tersebut sebagai jaminan Karena  membutuhkan uang untuk isterinya yang akan melahirkan.Suami memberi sejumlah uang dan tidak menerima sepeda sebagai jaminan ,tanpa menanyakan apa apa. 

Seorang tetangga datang, memerlukan uang untuk pembayaran uang sekolah anaknya .Dia memberikan jam tangan sebagai jaminan, karena nanti habis bulan dia baru menerima uang gajiannya.Suami memberi dia uang tanpa menerima jaminan .Kalau kita mau menolong ya lakukan saja apa yang bisa kita lakukan. Apakah benar isteri nya mau melahirkan atau tidak,  biarkanlah menjadi urusan masing masing . 

Kesimpulan:

Ketika suatu saat kita dihadapi persoalan yang menyangkut keluarga orang lain ,maka jalan terbaik adalah  membantu sesuai kemampuan diri, tanpa perlu menyelidiki tentang keluarga tersebut,mengapa begini mengapa begitu? Janganlah sampai menimbulkan kesan,seakan karena kita membantu,terus merasa berhak mencampuri bahkan mengatur hidup orang lain. Peduli pada penderitaan orang lain bukanlah berarti kita berhak  tahu urusan keluarga orang. Membantu orang secara materi, tapi melukai hati orang,maka  sia sialah apa yang kita lakukan.Prinsip hidup yang selalu mendasari perjalanan hidup pribadi kami berdua adalah:"Memberi adalah memberi" Nothing to loose.

Tulisan ini merupakan cuplikan pengalaman hidup pribadi kami,bagaimana menjalani hidup damai.  Semoga ada manfaatnya.

08 Juni 2022.

Salam saya,

Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun