Agar jangan sampai terjadi atas diri kita
Menceritakan kegagalan orang lain tentu bukan untuk dijadikan bahan lelucon melainkan untuk memetik  hikmahnya.Â
Seorang teman,  yang sama sama profesi bisnis  dengan kami, sebut saya Aris (bukan nama sebenarnya). Dia sudah berhasil dengan mendapatkan izin export kopi. Pada masa tersebut hanya perusahaan yang telah  punya izin baru boleh mengexport kopi kenegara lain  yang dikenal dengan istilah "A.P.E " singkatan dari "Angka Pengenal Ekspor"  Untuk dapat mengekspor Kulit Manis harus memiliki izin sebagai Aproved Trader Cassia.Â
Suatu hari  Aris  berbincang bincang dengan suami tentang rencana untuk menjual izin  tersebut. Ada yang ingin membeli hak izin dengan nilai 400 juta rupiah Nilai yang pada tahun 80 an lumayan besar Â
Menurut Aris  kalau 425 juta baru dia mau melepas izin tersebut. Beberapa hari kemudian ada yang serius menawar 425 juta  tapi ia mundur lagi dengan nilai 450 juta.Â
Suami sudah menasihati supaya Aris  melepaskan saja karena nilai 425 juta itu sudah cukup bagus. Tapi Aris berubah pikiran dan  berkata "Kalau tidak 450 juta dia tidak mau melepaskan izin tersebut"  Karena suami memang tidak ada kepentingan tentang urusan tersebut hanya bisa  mengiyakan sajaÂ
Dua hari kemudian terbit peraturan baru dimana dinyatakan bahwa "Kopi bebas diexport oleh semua Perusahaan kopi tanpa izin."Â
Membaca hal tersebut Aris pingsan karena izin export kopi yang dimiliki kini tidak berarti apa apa lagi. Setelah beberapa bulan kemudian kami mendengar Aris kena stroke dan akhirnya meninggal.
Teman kami yang lain lagi  Lukman,  bukan nama sebenarnya .Berasal dari keluarga berada tapi entah mengapa dia hanya menjadi penjual es. Kemudian oleh teman kami yang membantu suami untuk jadi pedagang membantu dia juga.Â
Tetapi sifat orang ternyata bisa berubah total kalau menyangkut masalah uang. Setelah berhasil sebagai Eksportir Lukman menjadi sombong dan lupa diri. Â Bicaranya melambung tinggiÂ
Karena kesombongan Lukman, ia dijauhi teman teman sesama mitra bisnis. Tidak bisa bertahan lama, akhirnya dia bangkrut dan pindah ke Jakarta. Di Jakarta menurut Lukman dia mengelola taksi. Ketika kami ke Jakarta dan memanggil taxi kebetulan disopiri Lukman.Â
Tentu saja kami kaget. Tapi  menurut Lukman, sopirnya sedang sakit maka dia menggantikan sopir sementara. Tetapi selang beberapa waktu kemudian kami ketemu lagi dan dengan menangis Lukman menceritakan bahwa perusahaannya bankrut dan ia pindah ke Jakarta karena malu tetap tinggal di Padang. Kami ikut prihatin mendengarkan kisah hidupnya .
Kesimpulan :
Kita belajar dari pengalaman kita sendiri dan juga pengalaman orang lain supaya kegagalan yang terjadi pada orang jangan terjadi pada diri kita.
Belajar dari kegagalan orang lain tidak kurang pentingnya dibandingkan dengan belajar dari kesuksesan orangÂ
KIta berlajar dari pengalaman orang lain dengan mengambil hikmahnya  Yakni kalau  sukses ya disyukuri dan Tetaplah rendah hati . Karena kesombongan hanya mempertinggi tempat kita jatuhÂ
3Â Pebuari 2022.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H