Pagi-pagi sekali jam 04.00 saya sudah harus bangun untuk mempersiapkan urusan rumah tangga. Kemudian jam 06.00 sudah siap-siap mulai menjemput anak teman yang paling jauh rumahnya. Kemudian di depannya dan seterusnya sampai selesai semua 16 orang.
Saya mengantar mereka ke sekolah masing-masing. Jam 12.30 siang saya menyetir ke sekolah untuk menjemput anak anak kembali dari sekolah. Setiap hari saya melakukan tugas antar-jemput anak-anak.
Awalnya sungguh terasa sangat berat bagi saya. Dan sejujurnya dalam hati kecil merasa malu. Selama ini semua orang kenal saya sebagai istri bos, sekarang jadi sopir antar-jemput anak-anak.
Tapi rasa cinta kepada suami menghadirkan kekuatan dahsyat dalam diri saya. Sehingga mampu melalui semuanya tanpa berkeluh kesah.
Kesimpulan
Seperti kata peribahasa hope for the best but prepare for the worst", mengharapkan yang terbaik tapi persiapkan mental bila terjadi yang terburuk.Â
Dalam situasi apapun selalu kita harus pandai pandai membawa diri. Jangan segan melakukan hal-hal penting yang dapat menunjang keluarga. Saya melakukan semuanya dengan ikhlas dan tidak pernah mengeluh.
Cinta dan ketekunan saya ternyata mampu menggugah hati suami dan mulai sadar dan bangun dari ketepurukan.
Kami pun mulai melangkah untuk mengatur kembali usaha kami perlahan. Bersyukur kepada Tuhan, selang 2 tahun kemudian perusahaan kami bangkit kembali.Â
Hikmah dari semuanya ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kami karena kasih karunia Tuhan serta kerja keras kami berdua, kami bisa bangkit kembali.Â
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya.
5 Sesember 2022.