Setelah seminggu menjelajahi Vietnam kami meneruskan perjalanan ke Cambodia masih dengan pesawat Air Asia Kami  menginap di salah satu  hotel di Phnom Penh ibu kota Cambodia, yang saya lupa namanya.Â
Mungkin ada pembaca yang heran, kog nama hotel tempat menginap bisa lupa? Memang lupa terus mau gimana lagi? Hehehe Â
Killing FieldÂ
Tak jauh dari Phnom Penh terletak desa Cheung Ek. Di sini terdapat lokasi Killing Field  yang jaraknya berkisar 17 km dari Phnom Penh. Untuk menempuh tempat tersebut yang banyak berlubang lubang digunakan kendaraan bermotor yang dinamakan Tuk Tuk. Kendaraan ini banyak beroperasi di Cambodia.Â
Pengemudi tuk tuk kami sangat sopan dan sangat hati hati mengemudikan kendaraan. Karena itu kami "memilih untuk tidak gonta ganti tuk tuk".Â
Jarak 17 km ini ditempuh selama 45 menit karena keadaan jalan buruk dengan biaya 17 Â dolar. Sesampai di lokasi kami membeli tiket masuk dengan biaya 6 dolar termasuk audio guide dan peta kawasan Killing Field.
Kisah pembantaian ini telah berlalu 40 tahun yang lalu, tapi ketika mendengar musik dan keterangan melalui earphone yang dipinjamkan tadi mau tak mau saya bergidik dibuatnya.Â
Apalagi saya sudah pernah menonton kisah ngeri tentang killing field ini. Serasa ikut terhanyut dalam kisah menggerikan tentang kekejaman manusia yang tega membantai sesama nya.
Menelusuri jalan komplek Killing Field terdapat pohon yang banyak bergantungan gelang. Ternyata pohon ini digunakan untuk membunuh banyak anak anak dan Bayi.
Mereka membunuh dengan melemparkan dan membantingkan atau membenturkan kepohon besar yang menjadi saksi bisu sampai saat kini.
Killing Fiekd ini merupakan salah satu dari ladang pembantaian yang terkenal di Cambodia ini selain dari penjara S21.
Kesimpulan:
Walaupun kami berdua tidak ada sangkut pautnya dengan orang orang yang dibantai, tetapi kesedihan yang mendalam menusuk relung hati kami karena mereka itu juga manusia seperti kita semuanya. Kalau di  destinasi wisata yang lain kami masih ingin kembali lagi  tapi khusus untuk The Killing Field ini cukuplah sekali ini saja.
Kami bersyukur tinggal di negeri yang aman dan damai seperti Indonesia. Tanah kelahiran kami pulau Sumatera yang Indah dan menyejukan hati.
Semoga damai sejahtera selalu menyertai negara dan bangsa Indonesia.Â
01 Oktober  2021.
Salam saya,
Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H