Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menuai Apa yang Kami Tabur (Seri 103)

7 Juni 2021   04:27 Diperbarui: 7 Juni 2021   06:40 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kios menjual sovenir di Melbourne(dok pribadi)

Queen Victoria Market

Memanfaatkan waktu kami  berlibur di Melbourne adalah ikut "city tour" dengan memanfaatkan tram yakni kereta listrik  yang merupakan fasilitas umum. Tram ini disediakan untuk  menjadi transportasi publik. Kesempatan yang berharga ini tidak kami lewati. Saat kami berdua melangkah naik ke tram tampak kursi sudah terisi penuh. Tapi kami tetap melangkah masuk 

Begitu kami naik ada saja yang berdiri memberikan tempat duduk untuk kami. Sudah mendarah daging bagi orang orang disini  bagi  yang muda muda memberikan kursi kepada  yang tua tua. Dengan demikian kami menggelilingi kota dengan gratis. 

inilah pasar tradisionil di Melbourne (dok pribadi)
inilah pasar tradisionil di Melbourne (dok pribadi)
Setelah puas berkeliling kota kami berhenti di Queen Victoria Market. Pada dinding gedung ada terpahat tulisan  pendirian gedung ini pada 20 March  1878. Jadi sudah seabad yang lalu. Pasar ini terkenal sebagai pasar tradisional. Bila ke Melbourne tanpa mengunjungi pasar ini belumlah lengkap.

Jumpa Kompasianer Ahmad Syam 

Berfoto dengan mas Ahmad Syam (dok pribadi)
Berfoto dengan mas Ahmad Syam (dok pribadi)
Rencana  mau membeli souvenir untuk oleh oleh dan saya mendengar di pasar ini bisa ditawar. Maka sebagai seorang wanita, apalagi orang Padang, bisa tawar menawar sungguh merupakan sebuah daya tarik tersendiri  bagi saya pribadi.  Apalagi setiap kali beli oleh oleh, biasanya bisa sampai seratus karena banyak teman teman di Indonesia 

Pertemuan Tak Terduga

Kami masuk ke salah satu kios yang menjual  ballpen dan mainan kunci berupa gunting kuku. Setelah saya lihat kemungkinan untuk dijadikan oleh oleh, saya mencari boss yang bisa saya tawar harga souvenir tersebut.

Ternyata sang boss adalah mas Ahmad Syam salah seorang kompasianer yang cukup terkenal karena tulisan nya ada beberapa merupakan Headline. Ternyata mas Syam adalah pemilik toko tersebut. Dan rencana mau tawar menawar batal karena yakin mas Syam sudah memberikan harga murah. 

Kios menjual sovenir di Melbourne(dok pribadi)
Kios menjual sovenir di Melbourne(dok pribadi)
Pertemuan yang tidak direncanakan ini menghadirkan suatu kegembiraan bagi kami berdua. Kami berbincang bincang dan ternyata mas Syam sudah 2 tahun merantau dan membuka kios souvenir di Queen Victoria Market ini.

Disebabkan banyak pembeli yang ingin berbelanja souvenir, maka kami pamitan Oleh mas Syam saya diberi oleh oleh tas untuk membawa souvenir yang kami beli. Menurut mas Syam akhir akhir ini dia sibuk oleh sebab itu jarang menulis. Pertemuan singkat ini kami akhiri dengan suami berfoto bersam mas Syam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun