Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menuai Apa yang Kami Tabur (Seri 55)

1 April 2021   04:24 Diperbarui: 1 April 2021   05:13 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrian Penduduk yang panjang naik ke Potala Palace untuk meminta berkat dan kesembuhan (dok pribadi)

Potala Palace 

Pada jam 2 tepat bell dikamar kami berdering Saat diangkat ternyata Mr Champa yang datang menjemput kami .Saat berjalan keluar dari hotel menuju mobil kami berjalan sempoyongan seperti orang mabuk sehabis minum arak. 

Menurut Champa itu disebabkan kami kekurangan oxigen yang masuk keotak hanya 50% dari biasanya. Akibat supply oksigen ke otak tidak mencukupi maka kami tidak mampu mengontrol diri. Tak ubahnya seperti orang mabuk berjalan sempoyongan 

Tapi tidak mau membatalkan rencana ke Potala Palace karena entah kapan lagi kami bisa berkunjung ke Tibet 

Dari puncak Potala Palace memandang ke bawah (dok pribadi)
Dari puncak Potala Palace memandang ke bawah (dok pribadi)
Champa membawa kami ke Potala Palace Yaitu bekas Istana Dalai Lama.

tibet-5-aaa-6063c0d48ede487e297232b3.jpg
tibet-5-aaa-6063c0d48ede487e297232b3.jpg
Keterangan yang ada dapat dilihat disini(dok pribadi)

Pelajaran Berharga 

Dipintu masuk disediakan tempat untuk memberi sumbangan yang mana banyak rencehan yang bertebaran dilantai.Seorang Pendeta bukan memunggut uang tersebut untuk dikumpulkan,melainkan disapu dengan menggunakan sapu lidi.

Ketika kami tanyakan hal tersebut dijawab uang adalah sampah jadi jangan ada orang yang hidup diperbudak oleh uang .Sebuah pesan moral mendalam. 

Kami berpikir akan memberi sumbangan,tapi tidak recehan.Apakah tidak menyingung orang orang disana kalau kami memberi sedikit lebih banyak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun