Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengucapkan Janji Pernikahan Mudah (seri 3)

8 Januari 2021   05:01 Diperbarui: 8 Januari 2021   05:36 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk melaksanakannya yang amat sulit

Sewaktu menikah dengan  lantang saya mengucapkan janji pernikahan didepan seluruh orang yang hadir .Rasanya bangga banget Setelah menjalani hidup berkeluarga saya baru sadar bahwa janji itu adalah utang  Dan kini tiba saatnya harus menepati kata kata saya itu yakni.saat suami dalam kondisi terpuruk. 

Suami  biasanya kuat dan tegar menghadapi segala masalah Tetapi ketika jatuh sakit  akibat ditipu mitra bisnis yang juga adalah sahabat nya , suami hilang sudah gairah  hidupnya .Karena hasil kerja keras selama belasan tahun dalam sekejab hilang  Sering murung dan sifatnya berubah total dan menjadi sosok yang cepat tersinggung. Menyaksikan hal ini sungguh hati saya ikut galau

Menyaksikan hal ini ,saya harus pandai pandai membawa diri mengatasi persoalan yang terjadi Dan  harus sabar sesabar sabarnya agar jangan menimbulkan masalah baru dalam kehidupan kami yang sedang dilanda kemalangan.Dengan penuh perhatian saya membujuk suami agar mau berusaha lagi seperti biasa . 

Saya berusaha semampunya untuk berbuat sesuatu. Salah satunya mengambil inisiatif  dengan  menggunakan mobil L300 kami untuk antar jemput murid murid sekolah. Sehingga setidaknya dapat meringankan biaya hidup .Sejujurnya sungguh tidaklah mudah menjalani semuanya ini. Tapi Inilah saatnya sebagai seorang isteri saya menepati janji yang saya ucapkan di depan altar. Singkat cerita  ,saya bersyukur akhirnya suami bisa bangkit lagi dan mulai berusaha  Butuh waktu dua tahun baru usaha kami bisa pulih 

Ditangkap dengan tuduhan memperjual belikan gambir palsu

Suami paling kiri kekebun gambir di 50 koto bersama pedagang Singapore dan paling kanan petani gambir (dok pribadi)
Suami paling kiri kekebun gambir di 50 koto bersama pedagang Singapore dan paling kanan petani gambir (dok pribadi)

Tapi kegembiran ini tak berlangsung lama Selang  dua tahun kemudian,suami ditangkap oleh polisi bersama 7 pengusaha gambir yang lain karena  dituduh menjual belikan gambir palsu. Tengah malam suami dibawa entah kemana saya tidak diberitahu  Baru dari Koran saya tahu suami dan para Ekspotir lainnya di tahan di Polres 50 Koto kota Payahkumbuh .Saya yang setiap hari ikut mendampingi suami di kantor tentu.saja sangat kaget.karena tahu persis suami bukan tipe orang yang mau melakukan hal yang semacam itu

 Selama 11 hari dengan dakwaan gambir palsu

Tapi Surat tuntutan dari kepolisian yang disodorkan kepengadilan tidak diterima karena tidak ada bukti .Selama 11 hari itu serasa bertahun tahun bagi saya   Syukurlah ada surat dari  Menteri perdagangan kalau memang palsu pasti para Impotir akan menolak menerima barang palsu. Tapi belum pernah terjadi klaim dari Pembeli diluar negeri.

Akhirnya suami dan Ekspotir lainnya dibebaskan tanpa ada pernyataan apapun. Bagi saya yang penting suami sudah bebas karena yakin suami tidak pernah melakukan hal semacam itu. 

Kesimpulan:

Tulisan ini  tentu bukan bermaksud menonjolkan siri sebagai isteri  yang baik .Melainkan sekedar menceritakan bahwa menjalani hidup berkeluarga tak ubahnya bagaikan berlayar mengarungi laut lepas Ada kalanya diterpa badai dan gelombang.

Saat dalam kondisi terpuruk sebagai seorang isteri saya harus mampu mengambil alih kemudi agar kami tidak karam. Disaat seperti Inilah saya membuktikan bahwa saya mencintai suami dalam suka dan duka. Dalam untung maupun malang 

Saya bersyukur Tuhan memberikan kekuatan sehingga mampu menjalani semuanya dengan selamat

08 Januari 2021..

Salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun