Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Pelajaran Hidup (seri 3 )

28 Desember 2020   05:12 Diperbarui: 28 Desember 2020   06:13 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari kanan kekiri Ibu Jamaris,Ibu Sugiri Ibu Kiki yang berslaman dengan saya (dok Pribadi)

Menilai Orang Dari Sudut Pandang Pribadi 

Kekeliruan yang sering terjadi adalah menilai seseorang berdasarkan sudut pandang kita. Seperti yang sudah  diceritakan pada artikel terdahulu, pada umumnya ada anggapan bahwa rumah besar,pagar setinggi 2  meter dan ada anjing galak dirumah tersebut, maka padangan umum adalah pemilik rumah sombong dan  menutup diri terhadap pergaulan. 

Hal ini terjadi juga ketika kami berdua bergabung menjadi anggota Orari  Banyak sekali kami mendapat teman teman yang menurut pandangan  umum merupakan  sosok dari kalangan atas  Seperti Kol Jamaris Jamaan ,yang adalah Kasrem dan belakangan Kadit. Sospol Lalu bertemu Kol Sugiri yang menjabat Kakanwil  Deparpostel dan Parawisata di Sumbar. Sedangkan kami hanya warga biasa . Gambarannya seakan ada dinding yang menjadi sekat antara kami 

piagam-penghargan-2-5fe87f90d541df74b3712962.jpg
piagam-penghargan-2-5fe87f90d541df74b3712962.jpg
Penghargaan sebagai anggota ORARI yang aktif (dok pribadi)

Apalagi pada waktu itu tentara masih  ditakuti orang .Mendengar kata "Laksus" saja orang sudah merasa keder Untuk ukuran kota Padang, tentara dengan  pangkat  Kolonel ,bisa dihitung dengan sepuluh jari tangan  .

Kenyataan yang berbeda 

Ternyata praduga yang terbentuk berdasarkan "kata orang" sama sekali tidak benar.Buktinya. ketika kami lulus ujian kenaikan tingkat dari YC menjadi YB ,yang menyerahkan Sertifikat adalah pak Sugiri sebagai Kakanwil Deparpostel Ternyata  kesan sangar yang selama ini ada dalam pikiran kami keliru Bapak Sugiri ini ramah sekali. 

Bahkan beliau mengajak kami mampir kerumahnya  Karena merasa dapat lampu hijau dan kami tinggal tidak berjauhan betul yaitu di Wisma Indah sedangkan beliau di Air Tawar hanya berkisar 10 menit dari rumah ke tempat tinggalnya,maka kami datang bertandang 

Pertama kali dengar kata "Dianggurin"

Suatu sore kami mampir dikediaman Pak Sugiri yang disambut ibu Tin, isteri beliau dengan ramah Ternyata rumah dinas yang ditempati sangat sederhana. Kemudian kami dipersilahkan duduk diruang tamu rumah .ibu Sugiri meladeni kami sambil menunggu pak Sugiri dan berkata "Maaf ya bapak Ibu hanya dianggurin saja" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun