Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pernak-pernik dalam 18 Kali Pindah Rumah (Seri 2)

3 November 2020   05:02 Diperbarui: 3 November 2020   05:53 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rumah kediaman orang tua suami di Pulau Karam (dok Pribadi).

Setelah kembali ke Padang untuk sementara kami tinggal dirumah orang tua suami di Pulau Karam .Ternyata bekas kamar yang dulu ditempati suami sebelum menikah dapat kami tempai berdua. Hubungan saya dengan mertua dan seluruh anggota keluarga suami sangat baik. Bahkan ibu mertua sangat menyayangi saya.

Sementara itu suami mulai mengajar di SD RK II kelas 5  Kemudian tahun berikutnya di kelas 6 ikut murid murid naik kelas juga. Saya sendiri memberi private  less untuk anak anak SD dalam berhitung dan SMP ilmu Ukur dan Aljabar serta SMA Gonio metri .Semua anak ipar ikut less gratis pada saya.

Murid murid kelas 5 SD RK II dengan suami gurunya (dok pribadi)
Murid murid kelas 5 SD RK II dengan suami gurunya (dok pribadi)
Pindah ke rumah orang tua saya

Beberapa bulan kemudian ,karena saya akan melahirkan anak pertama kami,maka pindahlah kami kerumah orang tua saya Mengingat ibu saya masih muda dan bisa memberikan tuntunan bagaimana merawat bayi. Saya melahirkan di klinik bersalin Santa Elisabeth 

Anak pertama kami lahir diberi nama Irmansyah .Karena keterbatasan dana ,usai melahirkan  saya  dijemput suami.dengan  bendi (dokar) Adik saya perempuan nama Margaretha sangat menyayangi Irmansyah Tapi kami tidak ingin membebani orang tua kami

Karena itu  kami kemudian pindah dari rumah orang tua saya ke kontrakan di Ratulangi Dan adik saya Margaretha ikut bersama kami.

tahun 1966 ketika Irmansyah berusia 4 bulan (dok pribadi)
tahun 1966 ketika Irmansyah berusia 4 bulan (dok pribadi)
Rumah kontrakan di Jalan Ratulangi 

Pemilik rumah adalah orang Jawa  Hubungan kami sudah seperti keluarga .Karena itu kami mendapatkan kesempatan untuk  mengenal sekilas adat dari orang Jawa  Antara lain ,kalau bapak anak anak lagi tidur,  anak anak dilarang berisik nanti menganggu tidur bapaknya. Bila sang bapak belum makan anak anak tidak diperbolehkan makan duluan dari bapaknya Anak anak baru boleh makan setelah ayah mereka selesai makan

Setiap kali akan berangkat kesekolah,maka anak anak mencium tangan ayah mereka  Hal yang sama dilakukan juga oleh istrinya Saya tidak tahu apakah memang demikian tradisi orang Jawa. Hubungan kami dengan seluruh pemilik.paviliun sangat baik. Tapi kami ingin tinggal di rumah sendiri walaupun sangat sederhana.

Pindah Ke Belakang Pabrik Kecap 

Setelah 2 tahun kemudian kami pindah di belakang pabrik kecap Ang Ngo Koh 

Disini kami membeli tanah dan membangun rumah kecil satu ruangan tamu ,kamar tidur dan kamar mandi serta toilet . Sedangkan dapur menempel.dibelakang kamar mandi  Diluar ada teras kecil.tempat anak anak less. Kalau kini namanya mungkin RSS yakni Rumah Sangat Sederhana 

Irmansyah waktu itu baru berumur 2tahun 6 bulan dia bangun pagi pagi lalu memompa air untuk saya cuci pakaian dan mandi  Setiap hari dia anak yang rajin sekali.

Disini kami memelihara itik dan ayam yang juga dibantu anak 2 murid suami yang datang kerumah untuk memberi makan itik itik tersebut.Bila bulan purnama.maka air pasang naik Karena rumah kami bangun dipinggir kali maka setiap pasang naik.seluruh pekarangan digenangi air.

Kesimpulan:

Walaupun merupakan rumah sendiri  tapi kehidupan yang kami lalui disini jauh dari rasa nyaman dan sehat  Karena bila hujan lebat atau air pasang naik.maka seluruh halaman rumah digenangi air..

Untuk akses jalan keluar masuk.hanya ada jalan setapak .Merasa  belum mantap sehingga pindah berkali kali ,menjadi pelajaran berharga bagi kami berdua  Untuk menyesuaikan keadaan kami harus berusaha kerja keras ,agar dapat menikmati hidup yang lebih layak.

Tapi ternyata tidak ada jalan pintas untuk mengubah nasib. Perjalanan hidup  penuh lika liku yang harus kami lalui masih teramat  panjang dan melelahkan  

3Nopember 2020.

Salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun