Kedai Merangkap Tempat Tinggal di Tanah Kongsi
Belum lama pindah ke Pasar Tanah Kongsi karena merupakan daerah kumuh.maka putera  kami Irmansyah yang memang kondisi kesehatannya sedang menurun jatuh sakit dan mengalami kejang kejang  Tentu saja kami berdua sangat cemas  Yang dapat kami lakukan hanyalah mengosok tubuhnya dengan minyak kayu putih.
Untuk biaya berobat kami sudah tidak punya uang lagi. Bahkan seluruh perhiasan sudah lama terjual. Bahkan stelan jas suami yang merupakan kenangan yang dipakai pada hari pernikahan kami ,juga sudah dilego di pasar loak
Akhirnya kami  pinjam pada nenek murid less saya dengan bunga 30% per bulan Kami minta keringanan bunga dijawab tidak bisa Disebabkan  terdesak ,akhirnya kami pinjam juga  Pada bulan  berikutnya belum sanggup mengembalikan Oleh karena mengingat bunganya yang besar  ,kami memutuskan untuk menjual cincin kawin kami untuk mengembalikan pinjaman tersebut berikut 30 % bunganya
Syukurlah akhirnya setelah dibawa ke dokter putra kami sembuh
Rutinitas hidup berubah
Dalam usaha mengubah nasib kami mencoba untuk mulai kuliah Hal ini praktis mengubah rutinitas hidupÂ
Setelah siang  saya dan suami mengantar putra kami kerumah orang tua saya ,karena kami akan ke Air Tawar untuk kuliah di IKIP - Institut Keguruan  dan Ilmu Pendidikan. Irman menunggu kami pulang akan menjemput dia nantinya sore hari.
Setelah menyelesaikan study di IkIP saya mengajar di SMA Pembangunann  IKIP , di SMP Murni selama beberapa  tahun dan Yos Sudarso Kemudian di Kalam Kudus  dan tetap memberikan Less untuk anak SMP dan SMA ilmu pasti .Kebanyakan murid saya dari SMA Don Bosco dan SMP Frater dan SMP  Matia
Sementara itu suami dipanggil kakaknya untuk bekerja diperusahaan kakaknya yang bernama CV Natraco sebagai kepala gudang Yang tugasnya untuk menimbang barang menaksir persentasi barang dan menerbitkan Bon Gudang barang masukÂ
Kehidupan mulai berubahÂ
Karena kehidupan mulai membaik maka kami pindah dari Tanah Kongsi ke Kampung Nias dengan  mendirikan rumah secara bertahap
Anak kedua lahir ditahun 1973 Â dan dijemput pulang kerumah dengan Bemo Karena kami sudah bisa beli Bemo untuk ditambangkan dan dipakai sebagai alat transportasi.Nama anak kedua Irwan .
Suami KeracunanÂ
Pada suatu ketika sesuai kesepakatan dengan Pembeli.bahwa  sebelum di ekspor ,seluruh kopi.yang akan diekspor harus di Fumigasi supaya seluruh kuman kuman yang ada mati sehingga  kopi steril dari kuman .Seharusnya ketika kopi difumigasi gudang harus ditutup karena segala yang ada tikus dan apapun akan mati bila menghirup zat yang ditaruh dikopi tersebut selama 2 hari.
Tapi petugas tidak memberi tahukan kepada suami dan hanya menutup dengan plastik saja Suami yang tidak tahu tetap melakukan tugasnya ,yakni menimbang barang dan membuat bonÂ
Sore hari ketika mau pulang suami merasa pusing Dari hidung dan mulutnya keluar darah  .Suami sangat kaget dan berusaha mencuci muka dan pulang cepat cepat kerumahÂ
Jatuh sakit
Malamnya suami demam tinggi .Keesokan harinya  dibawa ke THT untuk pemeriksaan  Dari hasil X Ray  dinyatakan suami mengalami infeksi pada rongga hidung dan pernafasan serta harus dioperasi . Operasi dilakukan di RS Yos Sudarso Padang Tapi kondisi suami semakin memburuk  ,bahkan mengalami kesulitan bernafasÂ
 Ternyata  operasi gagal dan kondisi suami semakin parah Dokter merujuk agar dibawa ke SingaporeÂ
Kamipun ke Singapore untuk mencoba berobat di Rumah Sakit Mount Elisabeth  Selama suami menjalani operasi  dan harus dirawat inap saya tidak boleh menemani kecuali waktu besuk saja Untuk mana daripada saya bingung tidak tahu mau berbuat apa  ,maka saya pergunakan kesempatan di Singapore untuk kursus potong rambut sampai dapat sertifikat.
Sembuh Kerja lagi ,kambuh lagi
Setelah sembuh suami kembali  kerja di gudang ,karena banyaknya debu digudang penyakit suami kambuh lagi dan terpaksa ke Singapore kembali dan dioperasi lagi  Kembali kerja dengan akibat yang sama Sehingga operasi berjalan 4 kali dan dr Tio Cho Leng merasa tidak enak sehingga biaya operasi  dia tidak terima dan kami hanya membayar  biaya rumah sakit saja .
Kesimpulan
Kami bersyukur pada Tuhan .karena setelah bolak balik dioperasi rumah sakit  Moung Elisabeth dan Gleneagle hospital ,akhirnya suami sembuh.
Setelah sembuh ,suami memutuskan akan mencoba  berusaha sendiri .Dan itulah awal kami diberi kesempatan untuk bisa merobah hidup kami dari yang terpuruk menjadi lebih baik.
Catatan tambahanÂ
Kisah ini ditulis berdasarkan daya ingat semata,sehingga boleh jadi tidak ditulis secara runut Tapi setidaknya dapat menggambarkan bagaimana kami berdua berusaha menggubah nasib Yang diharapkan dapat menjadi motivasi bagi orang lain Bahwa hidup itu tidak selalu seindah kisah Cinderella.
21 September 2020.
Salam saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H