Bukan masaalah pelit atau tidak
Entah sejak kapan dimulainya, secara tanpa sadar sudah terbentuk image dimana mana ,bahwa orang selalu lebih menghargai sesuatu yang dibayar mahal,ketimbang yang dibayar dengan harga yang lebih murah.Baik dalam bentuk layanan jasa,maupun dalam hal membeli aneka ragam produk.
Akibatnya, banyak  orang ikut ikutan memaksakan diri agar  tidak ketinggalan dari orang lain  Misalnya banyak yang ikut fitness,yang uang  pendafaran dan iuran anggota cukup mahal yang  belum tentu cocok buat dirinyaÂ
Pertama tama masalah umur ,selanjutnya mampukah kita ikut memenuhi aturan yang  diterapkan di tempat fitness tersebut atau tidak Â
Belum lagi harus menyesuaikan diri dengan cara dan gaya berpakaian sewaktu fitness,yang belum tentu sesuai dengan diri kita,baik phisik,maupun tebal tipisnya kantong kita. Jadi kalau tidak ikut bukannya pelit ,tetapi disebabkan ketidak mampuan untuk mengikuti fitness  Baik disebabkan faktor usia ,maupun rasa tidak nyaman akan gaya berpakaian yang diterapkan disanaÂ
Padahal untuk menjaga kebugaran tubuh,kita dapat melakukan jalan pagi atau senam di rumah masing masing,tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar,serta menghabiskan waktu berjam jam untuk ke tempat latih diri yang bernama Fitness
Kesalahan cara berpikir yang terus berlangsung
Prinsip yang beranggapan bahwa  apa yang mahal itu pasti bagus, tidak hanya sebatas dalam mengikuti trend dilayanan jasa, seperti Fitnes  tapi merambah hampir semua bidang kehidupan Misalnya ,Kosmestik yang mahal itu belum tentu bagus bagi semua orang ,ada yang kulitnya tidak cocok ,bahkan bukannya membuat diri semakin cantik, malahan bisa menyebabkan wajah jadi merah dan sembab.
Begitu juga sepatu ada sepatu branded yang tidak cocok dipakai membuat kaki sakit Atau beli sepatu harganya jutaan rupiah hanya karena tergoda garansi 10 tahun Apa iya kita mau pakai sepatu yang sama selama 10 tahun?
. Jadi tidak semua yang mahal itu berguna Karena apa yang baik bagi orang lain belum tentu sesuai untuk diri kita  Sebagai orang yang pernah muda ,saya sudah mengalami hal ini.
Hal lainnya,bisa merembet ke urusan perut,misalnya  ke restoran yang mahal belum tentu enak atau cocok dengan selera kita. Contoh,restoran Jepang sangat diminati orang,.
Suatu hari kami diundang makan oleh seorang sahabat kami, untuk makan malam di salah satu restoran Jepang terkenal di jalan Thamrin Jakarta ,yang tarifnya bisa untuk belanja dapur selama seminggu . Karena segan,karena sudah ditraktir kawan baik, suami  memaksa untuk makan Tapi karena memang tidak bisa makan makanan Jepang yang mentah yang hanya dicelup dengan kecap dan cuka,maka belum selesai makan,terus lari ke toilet dan disana muntah muntah Pulang dari restoran, tergeletak  dirumah selama beberapa  hari ,karena maag kambuh, akibat makan masakan Jepang .Jadi restoran Jepang biarpun terkenal tidak cocok bagi suami.Â
Kami jarang makan di restoran bukan karena pelit melainkan karena masakan nya tidak sesuai selera. Setiap kali makan direstoran yang tidak sesuai selera,pulang kerumah masih cari nasi Padang atau indomie.
Kesimpulan:
Yang mahal itu belum tentu berguna,yang murah belum tentu tidak baik .Sebaiknya mulai sekarang kita menghentikan mengeluarkan uang kita  untuk hal hal yang tidak ada manfaatnya Alangkah lebih baik kita membelanjakan uang untuk keperluan lain yang berguna untuk kitA. Mari kita lakukan introspeksi diri masing masing
Walaupun boleh saja kita menghamburkan uang sendiri dan tidak ada orang yang boleh mengatur hidup kita,tapi sayang sekali bila kita menghabiskan uang hasil kerja keras,hanya untuk mengikuti trend  Kalau bisa hidup berhemat,mengapa kita harus boros?
16 jUNI 2020.
Salam saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H