Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Usia Bukan Halangan untuk Bergaul

28 Mei 2020   04:37 Diperbarui: 28 Mei 2020   05:29 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri/festival food di Perth

Tanpa membuka diri ,hidup bagaikan terasing

Kalau dulu bisa orang sudah tua apalagi sudah jadi kakek nenek ,maka  akan menjaga jarak dengan yang muda Karena kalau bergaul dengan yang muda akan jadi bahan gunjingan .Dibilang gaek tidak tahu diri atau disebut :"tua tua kerambi(kelapa) makin tua makin menjadi jadi" .

Pokoknya pergaulan antara yang muda dengan yang tua ada physical distancing yang harus dipatuhi, karena dianggap suatu hal yang tidak pantas.  Orang tua  harus mampu melakukan :"physical distancing" kalau istilah kekinian yang lagi trending.Hanya akan bicara bila memberi nasihat pada yang muda. ,selain dari itu kakek nenek harus tahu diri untuk selalu jaga jarak dengan kalangan muda. Tapi itu cerita masa lalu,yakni setengah abad lalu.

Berbeda sekali dengan zaman sekarang dimana kita harus mau bergaul dengan yang muda sehingga tidak kesepian dan jangan me lockdown diri Sering kita mendengar orang tua sahabat  atau teman datang dari Indonesia ,baru seminggu sudah tidak betah mau pulang karena merasa kesepian tidak ada tempat bicara.

Kenapa demikian ?,karena mereka  melakukan karantina mandiri ,padahal pada waktu itu belum ada covid 19  Membatasi diri dengan tinggal dirumah sepanjang hari dan sama sekali tidak mau membuka diri untuk berinteraksi dengan orang orang dilingkungan mereka tinggal.

Dari pagi hingga sore duduk bengong dirumah,menunggu anak mantu dan cucu cucu pulang .Akibatnya baru seminggu dua minggu berada di Australia sudah bosan dan ingin cepat cepat pulang.Padahal dengan modal :"Good morong,how are you" sudah bisa membuka percakapan dengan tetangga kiri kanan

dokpri/festival food di Perth
dokpri/festival food di Perth
Harus mau beradaptasi dengan lingkungan

Kami semenjak datang ke Australia terus mengajak ngobrol teman teman yang masih muda sebagaimana layaknya sehingga tidak pernah merasaa kesepian dan bosan .Dimana saja ada acara  ,kami  pasti ikut hadir Seperti acara Sumpah Pemuda,Acara 17 Agusrtus,undangan dari KHRI Perth dan acara festival makanan dan lainnya.

Begitu juga kadang kala kalau mau ketemu teman baru ada undangan minum kopi yang jaraknya jauh sampai 1,5 jam kami tempuh hanya untuk minum kopi secangkir Kalau dihitung hitung ,selain dari waktu ,kami masih harus mengisi BBM untuk perjalan pulang pergi 2 x 1,5 jam = 3 jam,hanya untuk secangkir kopi tersebut 

Tapi inti yang sesungguhnya bukan minum kopi dan sepotong kue,melainkan  hanya untuk bisa bertemu teman baru .Oleh karena itu kami tidak pernah merasa bosan atau kesepian tinggal disini,pergaulan yang tidak menjaga jarak membuat kami betah Sudah 14 tahun kami tinggal .Dan kalau dipikir pikir hanya kami berdua yang mengikuti klub klub senior  Padahal semua klub tersebut terdiri dari orang orang dari berbagai negara dari seluruh dunia, hanya kami berdua dari Indonesia

dokpri
dokpri
Kesimpulan

Salah satu hal yang menyebabkan orang merasa kesepian dalam menjalani kehidupan,adalah karena menutup diri terhadap pergaulan.Baik karena merasa kurang percaya diri atau sebaliknya karena menempatkan diri pada posisi yang lebih tinggi daripada orang lain, Apapun alasanmya,menutup diri dari pergaulan dengan lingkungan dimana kita tinggal,akan menjadi penyebab kita akan hidup dalam kesepian. Bayangkan saya, kemanapun kita pergi,tak seorangpun akan menyapa kita ,yang pada akhirnya menyebabkan orang lebih senang mengurung diri dirumah. 

Hal inilah yang merupakan penyebab terbesar,orang tua yang datang dari  Indonesia ke Australia,untuk bertemu anak cucu ,baru dua minggu sudah pingin cepat cepat pulang,Karena merasa tidak tahu mau kemana dan tidak punya teman. Ini alasan klise yang terus diulangi setiap kali bertemu dengan sesamai orang Indonesia yang datang menengok anak cucu.

Sejak mulai tinggal di Asutralia,kami sudah membuka diri untuk bergaul ,tanpa membedakan tua atau muda dan bersifat lintas suku dan budaya.Usia bukanlah halangan untuk bergaul Karena bila diterapkan aturan jaga jarak antara orang tua dan kalangan muda, seperti tatakrama tempo dulu, maka kita tak akan beta lama lama di sini karena akan bosan dan kesepian dengan sendirinya.

Inilah rahasianya,kami berdua bisa betah tinggal di negeri orang,padahal anak mantu dan cucu cucu serta mantu cucu sibuk dari mulai pagi dan baru ketemu malam harinya.

Lagi pula,kami tinggal terpisah dari  kediaman putra kami,tapi karena kami bisa bergaul dengan tetangga sekeliling dan dengan semua kalangan,maka dapat menikmati hari hari dengan penuh kegembiraan.Jadi jangan melockdown diri dalam dunia pergaulan, adalah kunci agar mampu beradaptasi dengan lingkungan 

28 Mei 2020.

Salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun