Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tinggal di Rumah, Makan Cukup

23 April 2020   04:51 Diperbarui: 23 April 2020   07:48 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi :Foto timesofindia

 Masih mengeluh?

Setiap aksi selalu menimbulkan reaksi ,yang berbeda beda. Contoh sangat sederhana adalah ketika kita makan bersama dengan teman teman.Walaupun makanan yang dihidangkan persis sama,tapi reaksi yang ditimbulkan akan berbeda.Ada yang bilang enak sekali,ada yang bilang lumayan,tapi mungkin ada juga yang mengomentari,masakan kurang garam dan sebagainya. Komentar yang dikeluarkan ini tampak sangat sepele,tapi sesungguhnya menggambarkan kepribadian setiap orang

Begitu juga ,sejak mewabahnya corona virus maka keluarlah peraturan lockdown yang mana menimbulkan beragam reaksi dari berbagai apisan masyarakat Karena dengan peraturan lockdown semua orang harus diam dirumah.

Segala kegiatan yang bisa dilakukan di kantor atau di tempat kerja kini semuanya dilakukan dirumah Ada yang dapat menerima kenyataan bahwa memang situasi dan kondisi yang menyebabkan semuanya ini terjadi,sehingga menjalani dengan tenang. Tapi ada juga yang mengeluh terus,karena merasa bosan tinggal dirumah,tidak tahu apa yang mau dikerjakan,tidak terbiasa dengan kondisi seperti ini dan seterusnya. 

Padahal kesempatan Work From Home ini,seharusnya merupakan suatu hal yang patut disyukuri.Bayangkan ,tidak perlu bangun bagi dan buru buru ke kantor,bisa bersantai ria bersama keluarga tercinta, melakukan pekerjaan dirumah dengan didamping keluarga dan siang hari bisa santap siang bersama keluarga. Sementara gaji dibayar terus. Bukankah hal yang selama ini ditunggu tunggu,yakni kerja santai dan dapat gaji?

Mari kita tengok kondisi orang lain

Beruntunglah dan bersyukurlah,bagi yang dirumah ,karena melakukan  Work From Home dan gaji tetap berjalan seperti biasa  Tapi  cobalah tengok ada begitu banyak orang  yang  juga langsung dirumahkan untuk selamaya atau  tepatnya diberhentikan.Baik karena perusahaan ditutup atau tidak mampu membayar gaji karyawan.

Mereka juga tinggal dirumah,tapi lagi ada penghasilan,karena sudah di PHK. Mau makan apa mereka di rumah?Atau ada juga yang sangat ingin berkumpul bersama keluarga,tapi dilarang oleh pemerintah setempat,karena diberlakukannya sistem lockdown Ada spanduk dengan slogan :"Kalau sayang keluarga,jangan pulang kampung"

Bosan tidak tahu mau kerjakan apa dirumah?

Bagi orang orang yang WFH , masih banyak yang mengeluh bosan,karena tidak tahu mau mengerjakan apa sepanjang hari. Padahal  sesunguhnya merupakan kesempatan berharga bisa berada dirumah,untuk  merapikan rumah,membersihkan barang pajangan ,memperbaiki pagar yang rusak,yang selama ini karena alasan sibuk,tidak sempat disentuh  .

Menyusun buku buku yang sudah dibeli tapi tidak dibaca selama ini menumpuk disudut lemari ,sekarang bisa dirapikan dan membaca apa manfaat dari isi buku tersebut.Atau memanfaatkan waktu untuk menulis. Melakukan komunikasi jarak jauh dengan teman teman dan anggota keluarga,yang mungkin saja sudah lama tidak saling sapa,karena masing masing sibuk urusan kerja 

Kesimpulan

Tinggal dirumah  dan duduk bekerja di meja  ,serta cukup segala sesuatu bisa makan enak ,bisa nonton TV ,bisa bercengkrama dengan keluarga,bukankah hal yang patut disyukuri ? Bandingkan dengan  jutaan orang yang terpaksa tinggal dirumah,tanpa gaji ,tanpa penghasilan dan tidak tahu harus dapat uang darimana untuk makan,mana yang lebih enak? 

23 Aprfil 2020

salam saya,

Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun