Humor yang Berisi Sindiran Tajam bagi Para Isteri
Suatu hari saya menyaksikan  tayangan di Youtube, yang dikirim oleh seorang teman di WAG di mana pembawa acaranya adalah seorang Ustad. Sepintas kedengaran seperti cerita lawakan sehingga memancing  gelak tawa dari audience.Â
Saya mencoba menulis sesuai apa yang saya masih ingat, yakni menurut Ustad tersebut, "Ibu-ibu kalau keluar rumah, selalu tampil rapi, menarik, serta ramah dan murah senyum. Tapi kalau di rumah? Ibu-ibu pakai daster yang sudah kumal dan mungkin sudah seminggu tidak dicuci. Wajah bagaikan memakai topeng karena dipoles dengan masker atau apa namanya. Tidak ada senyum sama sekali. Padahal di rumah ada suami."
"Jadi berarti, ibu-ibu bersolek bukan untuk suami sendiri, melainkan untuk suami orang. Senyum dan keramah-tamahan itu diperuntukan suami orang lain, bukan untuk suami sendiri!" Dan terdengar suara tertawa berderai dari yang hadir.Â
Mulanya saya ikut tertawa mendengar ceramah Ustad tersebut. Tapi setelah dipikir-pikir, benar juga kata Ustad tersebut bahwa memang banyak ibu ibu kalau di rumah jauh dari kerapian, dengan alasan lagi masak atau membersihkan rumah. Tapi lama-kelamaan menjadi kebiasaan bahwa di rumah boleh semaunya dan tidak perlu tampil rapi. Bahkan wajah jauh dari senyum, malahan sering menggerutu.
Ketika suami pulang kerja dan berharap akan disambut istri tercinta dengan senyum manis, ternyata disambut dengan wajah tidak sedap dipandang dan mulai mengerutu. Padahal suami pulang kerja pingin disambut isteri yang sudah rapi dan wajah manis serta senyum .tapi apa yang ditemui justru sosok wanita yang mengerutu.
Terpesona
Waktu kami ke club Senior, saya mengantarkan makanan yang kami bawa ke suami saya untuk dimakan yang sebenarnya tadi sudah dipesan suami tidak perlu diantar biar nanti dia yang jemput. Tapi saya merasa tidak enak kalau suami datang ke tempat saya dan saya mengantar makanan tersebut sambil berbicara dengan senyum supaya memakan makanan tersebut.
Seorang nyonya melihat dan berkata pada suami saya, "Wah saya kagum pada isteri anda. Anda kelihatan happy sekali. Sangat beruntung punya isteri demikian. Saya salah karena mencontoh semua perbuatan ibu saya terhadap ayah saya, ibu tidak pernah melayani ayah semua dilakukan ayah sendiri jadi saya hanya mencontoh apa adanya sesuai dengan yang saya lihat dari kecil hingga dewasa. Dan saya merasa, memang begitulah seharusnya. Setiap kali suami pulang kerja di malam hari, ia mengambil makanan dan makan sendiri.Â
Suatu waktu, mungkin karena kecapaian, maka suami minta supaya saya menyediakan makanan buat dirinya. Tapi karena saya malas bangun dari tempat tidur, maka saya jawab ambil sendiri. Termyata suami saya sangat berang dan pergi meninggalkan saya dan saya baru menyesal tapi sudah terlambat.."
Banyak orang lupa bahwa anak-anak merekam semua kejadian yang dialami sejak masih kecil, termasuk apa saja yang dilakukan ibunya terhadap ayahnya. Maka kelak dia juga akan berbuat demikian sesuai dengan contoh yang didapat semenjak kecil terhadap suaminya.
Kesimpulan
Seorang suami, memang bukan raja dalam keluarga, begitu juga seorang istri, walaupun mendapatkan kehormatan disebut sebagai "Ratu Rumah Tangga" tapi tetap adalah seorang istri.Â
Nah, kalau kita bisa tampil rapi dan murah senyum di luar rumah, mengapa hal ini tidak diterapkan juga dalam kehidupan berkeluarga? Â Bukankah suami perlu perhatian dari isterinya sudah menjadi kebiasaan dalam hidup berkeluarga karena suami bisa melakukan apa saja tetapi perlu perhatian dari Isteri untuk menandakan cintanya terhadap suami.
Nah, walaupun saya non Muslim, tapi saya sungguh berterima kasih kepada pak Ustadz yang saya lupa namanya. Karena telah mengingatkan saya, melalui humornya yang tajam, agar jangan sampai sebagai seorang istri bersolek untuk suami orang lain. Melainkan bersolek dan berikanlah senyum kepada suami sendiri.
07 Pebuari 2020.
Salam saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H