Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindari Konflik dengan Menantu

24 September 2019   05:12 Diperbarui: 24 September 2019   05:40 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dapat Menjadi Penyebab Rusaknya Keharmonisan  Keluarga Anak
Untuk menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak tentu tidak terlepas dari kemampuan kontrol diri kita sebagai orangtua. Sadar diri, bahwa anak-anak memang terlahir dari kita, tapi anak bukannlah milik kita.

Mengapa? Sebab ketika sudah dewasa ia akan menjadi dirinya sendiri. Untuk itu, bila anak kita sudah nikah dan tinggal sendiri bersama pasangannya, maka sebaiknya kita jangan ikut tinggal bersama mereka. 

Sekiranya, entah karena alasan apa, tidak ada pilihan lain, selain tinggal bersama anak maka kita harus mampu mengendalikan diri. Hindari pembicaraan yang tidak penting dan jangan sampai membuat aturan begini dan begitu, walaupun rumah tersebut adalah rumah anak kita sendiri.

Apalagi bila menantu kita dari orang yang berasal dari suku yang berbeda, maka perlu ekstra hati-hati dalam berinteraksi. Sebab kata-kata yang menurut kita sudah baik, tetapi bagi yang berbeda suku, mungkin tidak nyaman kedengarannya.

Misalnya, kalau dalam bahasa Padang, kata "galak" berarti "tertawa", sedangkan bagi orang yang berasal dari daerah lain sangat berbeda artinya. 

Belajar dari Pengalaman Pribadi
Karena menantu,maupun menantu cucu kami,tidak ada satupun yang berasal dari Sumatera Barat,maka saya perlu belajar untuk menyesuaikan diri dengan keadaan,untuk menghindari,jangan sampai terjadi kesalah pahaman.Hal pertama yang saya lakukan,adalah tidak pernah ikut campur terhadap urusan keluarga anak anak,kecuali diminta saran dan pendapat kami.Karena dalam keluarga besar kami,sejak dulu terdiri dari beragam suku,seperti suku Minang ,Jawa  ,Batak dan Nias,maka kami sudah terbiasa menghadapi berbagai perbedaan Kalau dalam tata krama di Jawa,mungkin ada tradisi :"sungkem".tapi untuk di Padang,hal ini sudah lama tidak lagi di terapkan.Bahkan sejak,kami menikah,acara :"Kui" atau berlutut dihadapan orang tua,sudah tidak lagi di terapkan.Cukup dengan cara memberi hormat ,dengan mengatupkan kedua belah telapak tangan.

Jangan  bikin aturan  begini begitu yang menyulitkan menantu kita, kalau menantu dari suku yang berbeda.Jangan pernah mencoba menerapkan tradisi yang biasa di dalam adat istiadat kita ,yang penting menantu sudah menghormati kita ,itu sudah cukup

Menegur Menantu Lewat Anak

Bila orang tua tetap ingin memaksa kehendaknya ,maka bila merasa tidak puas,langsung marah dan menegor anaknya ,mengatakan menantu tidak tahu aturan dan tidak sopan terhadap mertua,sehingga sang anak bingung .karena merasa isterinya sudah cukup sopan tapi masih diomeli ibunya masih dibilang kurang sopan.Disatu sisi ,sebagai seorang anak,sangat menghormati wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya,tapi disisi lain,ia tidak tega menegur istrinya,karena merasa istrinya tidak bersalah apapun.

Bila sampai terjadi kondisi seperti ini,maka kehadiran kita di rumah anak,bukannya meringankan,malahan menyebabkan rusaknya kebahagiaan anak anak kita.

Pengalaman Putra Sahabat Kami

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun