Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Batasi Diri Bertandang ke Rumah Tetangga

9 Oktober 2017   07:43 Diperbarui: 9 Oktober 2017   08:22 2387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saling berkenalan dengan para tetangga bukan hanya sangat baik, tetapi sudah merupakan kewajiban bagi kita sebagai seorang warga yang baik. Karena dalam keadaan mendesak, maka tetangga adalah orang  paling dekat yang bisa membantu kita. 

Sesekali bertandang, tentu saja akan menjalin hubungan baik dengan para tetangga. Apalagi kalau sudah selesai semua pekerjaan di rumah dan tidak ada keperluan apa-apa lagi. Daripada sendiri di rumah enaknya bertandang ke tetangga sebelah yang apalagi bila kebetulan suaminya sama sekantor dengan suami sendiri. 

Bila bertandang banyak sekali yang dibicarakan dan banyak pula yang dilihat di rumah tetangga. Akan tetapi saking ayiknya  bertandang sering membuat orang lupa diri. Bahan pembicaraan, mulai beralih kepada berbagai ragam gosip dan tiba pada hal-hal yang menjurus pamer diri. Sehingga segala sesuatu yang selama ini tidak terpikirkan menjadi pikiran karena melihat keadaan kehidupan tetangga ternyata jauh lebih mewah daripada yang ada dirumah sendiri.

Akibatnya, kalau sebelumnya acara bertandang setelah selesai pekerjaan rumah, kini sudah tidak mengenal waktu lagi. Padahal sebagai seorang ibu rumah tangga, mengurus rumah tangga dengan kebijakannya dan memperhatikan segala sesuatu untuk kepentingan rumah tangga merupakan kewajiban utama.

Mulai Membandingkan Pencapaian

Kalau kebetulan suaminya tetangga adalah level lebih rendah dari suami di kantor, tapi di rumah tetangga TV nya jauh lebih besar dari yang di rumah. HP kepunyaan tetangga juga yang paling canggih, maklum lagi beken sekarang sedangkan kepunyaan kita HP biasa saja tidak secanggih itu.

Merasa tidak setara dengan kedudukan sang suami dengan tetangga, ini bisa membuat seorang istri yang tidak arif bisa melenceng dari kebiasan yang selama ini dipertahankan, yakni mendukung suami supaya tidak korupsi. Merasa diri kalah pamer dengan tetangga akan berpontensi menyebabkan seorang istri lupa diri.

Bisa-bisa sang istri juga meminta suami membelikan HP yang sama dengan tetangga dan TV yang besar juga, hal ini akan menyebabkan suami kewalahan. Dari mana mendapatkan uang yang banyak untuk kebutuhan sang istri. 

Akibatnya bisa-bisa sang suami, saking ingin menyenangkan hati istrinya, terpaksa korupsi untuk memenuhi keinginan sang istri. Daripada mendengarkan istri nyinyir setiap hari menuntut ini dan itu, agar jangan sampai kalah dengan istri tetangga yang levelnya jauh di bawah menyebabkan suami tidak lagi dapat berpikir dengan jernih maka terjadilah apa yang sesungguhnya tidak boleh dilakukannya, yakni mencari jalan pintas demi untuk memenuhi tuntutan istri.

Membatasi Diri Dalam Bertandang

Sebaiknya bila kita sudah siap semua pekerjaan rumah, maka carilah kesibukan lain misalnya membaca atau menulis ataupun merajut, menjahit, bercocok tanam dan kesibukan lainnya yang positif, Hal ini jauh lebih baik ketimbang menjadikan bertandang kerumah tetangga sebagai kunjungan wajib. Sehingga dapat mempertahankan ketekatan kita untuk memperhatikan dan menasihati suami agar tidak korupsi atau mendapatkan uang dengan berbagai cara yang tidak benar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun