Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindarilah Sikap yang Dapat Membuat Suami Semakin Terpuruk

19 Juli 2016   17:46 Diperbarui: 19 Juli 2016   17:50 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hindarilah Sikap Yang Dapat Membuat Suami Semakin Terpuruk

Sewaktu kami baru menikah, kami berunding, apa rencana kami kedepannya dan sepakat mengambil keputusan mau berusaha untuk  mandiri. Kalau kami masih terus tinggal bersama orang tua,maka selamanya kami akan menjadi beban ,walaupun orang tua sama sekal tidak keberatan, Karena itu,kami memutuskan untuk meninggalkan kota Padang dan pindah  ke Medan 

Di  Medan ada bibi saya yang tinggal dijalan Gandi ,Simpang Asia,yang sudah lama meminta kami tinggal bersama,mengingat suaminya sering bertugas diluar negeri sebagai Sinshe. Sehingga bibi kami selama ini tinggal bersama puttra dan putrinya yang masih kecil.Diharapkan dengan kami tinggal bersama,ada yang menemani ..Mula pertama sampai di Medan kami menetap dirumah bibi saya yang suaminya orang Malaysia dan sering tidak berada ditempat.

Berjualan Pulang pergi Padang dan Medan.

Pertama tama suami saya mencoba berdagang .Dari Medan membeli permen,yang di Medan namanya:”bon bon “  yang banyak pabriknya di Medan dan membawa ke Padang,Kembali dari Padang suami membawa makanan kaleng yang sebagian besar berasal dari Pekanbaru. 

Sesungguhnya saya tidak tega ,menengok suami harus menempuh perjalanan jauh, dari Medan ke Padang ,yang sekali jalan pada waktu itu bisa sampai 20 jam.Apalagi situasi keamanan, sangat buruk pada masa itu . Disamping harus melalui jembatan putus, yang hanya diganti dengan pohon kelapa yang ditebang, Jelas hal ini beresiko tinggi untuk dilalui bus ,yang beratnya berton ton.

Namun, karena pada waktu itu,satu satunya usaha yang tampak hanyalah itu,maka dengan berat hati saya mengizinkan suami dagang pulang pergi Medan – Padang bolak balik.

Modal Pinjaman

Suami saya bermodalkan hadiah dari bekas bos kami sewaktu bekerja di Padang ,dia memberi santunan sewaktu kami menikah yang mana dijadikan modal dagang oleh suami saya. Ditambah pinjaman dari bibi.Maka  mulailah suami berdagang ,tapi karena belum berpengalaman, suami saya lupa untuk menambahkan biaya perjalanan . tidak pernah menambahkan biaya perjalanan dan ongkos barang. Sehingga merasa terus dagangnya beruntung, padahal sesungguhnya terus merugi. 

Karenarugi akirnya modalpun habis .

Karena tidak dihitung terus merugi,akibat biaya transportasi tidak dikalkulasikan sebagai modal barang dagangan, akibatnya  terus merugi.. Baru sadar ketika kami menghitung stock opname , yakni menghitung sisa stock barang dan utang yang belum dibayar,ternyata bila seluruh modal dikumpulkna,tidak cukup untuk dapat melunaskan utang di paberi permen,.Belum lagi pinjaman kami pada bibi.

Hal ini merupakan pukulan yang amat berat bagi suami, karena merasa seluruh jerih payahnya,bahkan dalam keadaan sakit masih terus bekerja, bukannya untung,malah modal juga ludas.

Akibatnya sudah dapat dibayangkan, sejak saat itu suami menjadi pemurung,memikirkan utang utang yang belum dibayar. 

Saya membujuk suami supaya tidak perlu dipikirkan Karena saya menyadari kalau terus dibicarakan hal rugi itu itu saja maka suami akan semakin terpuruk karenanya Jadi saya sarankan,agar kami  cari lagi jalan lain untuk menutup kerugian dengan bekerja .

Perusahankaret.

Ada seorang teman yang bekerja diperusahaan Malaysia yaitu perusahaan PT Pikani  usaha pembelian karet kemudian digiling dan dijemur. Dia memperkenalkan kami pada pimpinan .Kami diterima bekerja disana.Namun bekerja disana,sama sekali tidak ada uang yang dapat ditabungkan, walaupun kami keduanya bekerja. Malahan suami saya terkena Malaria, karena kami tinggal dilokasi yang berdampingan dengan hutan.  Maka kami memutuskan untuk kembali ke Padang, walaupun sesungghnya ,kami merasa malu, karena gagal merantau.

Di Padang ,

Sekembali dari Medan kami menetap di Padang dirumah orang tua saya,untuk beberapa bulan.Akirnya kami menyewa rumah dijalan Ratulangi dengan seorang putera kami yang pertama dan saya juga membawa adik supaya bisa membantu saya dalamhal menjaga putera pertama kami.Sementara suami menjadi guru SD Frater dan SMP Pius.

Kemudian kami masih pindah lagi di Pulau Karam dan Pasar Tanah Kongsi, yang bila diceritakan bisa terlalu panjang.  

Singkat ceritera 

Setelah bertahun tahun kerja keras, akhirnya  hidup kami sudah mulai membaik Sudah pindah dirumah sendiri yang kami bangun sedikit demi sedikit dari hasil berdagang Kopi,kulit manis dan damar batu serta pinang dan gambir.

Tetapi ternyata ,perjalanan hidup kami masih belum dapat dinikmati sepenuhnya Kami masih dirundung malang,ketika export pinang kami sejumlah 65 ton,tidak dibayar oleh langganan kami dan dibawa menghilang begitu saja.Suami saya merasa terpukul sekali dan berubah menjadi pemurung,karena sungguh tidak tahu, bagaimana caranya,   untuk mendapatkan menutupi jumlah uang sebanyak itu.

Bermacam cara telah dilakukan tanpa membawa hasil sedikitpun .Mulailah suami murung dan saya selalu menasihati jangan dibawa berpikir apa yang telah terjadi,karena kalau dipikirkan bisa kita jadi

tidak ada kemauan lagi untuk usaha Melainkan berusahalah yang lain lagi tanpa mengingat yang telah terjadi.

Usaha lancar

Karena selalu saya dukung dengan memberikan semangat, maka suami saya jadi sadar dan mulai lagi berusaha dengan tidak memikirkan yang sudah terjadi. Selang tiga tahun kemudian,usaha kami pun lmulai pulih seperti semula.

Semoga tulisan ini bermanfaat, untuk mengingatkan bahwa dalam suami sedang terpuruk,hendaknya sebagai istri ,kita harus bersabar dan selalu mendampingi dan memberikan semangat, Karena bila hanya mengikuti emosi ,maka tanpa sadar dengan kata-kata kita bisa membuat suami semakin terpuruk

Perth, 19  July 2016.

Salam saya,

Roselina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun