Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masih Perlukah Tradisi Arisan Dipertahankan?

6 Juli 2016   06:34 Diperbarui: 6 Juli 2016   18:26 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: weddingpartyapp.wordpress.com

Sejak dulu, arisan sudah menjadi tradisi di mana-mana, termasuk di kampung halaman saya di Kota Padang. Arisan gaya lama adalah dengan mengumpulkan para tetangga yang berada dalam satu RT yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga.

Gunanya untuk mempererat tali persahabatan antara penduduk. Yang mana biasanya dilakukan sekali dalam sebulan, untuk mempererat tali hubungan antar penghuni supaya lebih akrab. Uang arisan mulanya hanya sedikit misalnya hanya Rp 5.000.- per tiap bulan untuk setiap peserta arisan. Misalnya ada 10 peserta arisan tersebut, maka total uang arisan diterima Rp 50.000.-

Pada setiap arisan, ibu-ibu saling membawa makanan dari rumah sendiri yang mana akan dimakan bersama-sama nantinya. Tidak ada kewajiban harus bawa ini dan itu. Masing masing orang membawa ala kadarnya, apa yang ada di rumahnya. Bisa saja dalam bentuk jambu, kacang ataupun kue buatan sendiri. Sehingga sama sekali tidak menjadi beban bagi ekonomi keluarga, akibat pengeluaran untuk arisan,

Gaya Meningkat
Kemudian arisan ini meningkat dan semakin meluas, bukan hanya dalam lingkungan RT sendiri, tapi sudah melibatkan RT lainnya. Bahkan diikuti juga oleh berbagai organisasi, seperti PKK dan organisasi lainnya di luar lingkup tetangga.

Bahkan tidak hanya meningkat dalam jumlah peserta,tetapi juga dalam jumlah uang yang harus disetorkan pada waktu arisan. Dari ribuan rupiah, menjadi puluhan ribu, ratusan ribu dan mencapai jutaan rupiah. Tiap anggota.

Karena jumlah yang sudah tidak terkendali ini, sebagian dari ibu-ibu mengundurkan diri dan tidak lagi ikut arisan. Sedangkan yang merasa gengsian tetap memaksakan diri untuk ikut. Akhirnya anggota ada yang tergiur untuk menerima uang arisan, tapi setelah diterima tidak bisa lagi untuk mengembalikan, biarpun hanya mencicil tiap bulan. Akhirnya uang dilarikan tidak disetor lagi sebagai mana mestinya.

Arisan Mobil
Arisan yang sama dilakukan oleh para istri pengusaha dan istri pejabat. Di mana diadakan arisan yang hasilnya sebuah mobil, di mana mereka harus menyetor tiap bulan sekian juta rupiah, sehingga bagi sebagiannya amat memberatkan bagi sang suami untuk membayar arisan tersebut. Maka terjadilah apa yang tidak seharusnya terjadi, yakni suami terdorong untuk melakukan apapun asal dapat menyediakan sejumlah uang untuk istri ikut arisan.

Arisan. Sumber: sumsel.tribunnews.com
Arisan. Sumber: sumsel.tribunnews.com
Arisan Tidak Lagi Mencapai Tujuan Awal
Arisan yang semula hanya untuk mempererat hubungan antar penduduk sudah berubah menjadi suatu pamer keberhasilan dan tidak jarang menyelewengkan uang dari iuran. Nilai nilai kekeluargaan dan persahabatan yang tadi sangat kental ditemui dalam setiap arisan kampung, kini dianggap kuno. Tradisi arisan yang semulanya baik kini sudah berubah total.

Sesungguhnya, kalau hanya untuk mempererat hubungan bisa dengan cara lain misalnya dengan mengadakan acara masak memasak, atau jahit menjahit di antara para ibu-ibu. Yang mana yang bisa memasak akan mengajarkan kaum ibu yang tidak pandai memasak demikian juga dengan jahit menjahit, 

Kebanyakan ibu-ibu tidak pandai memasak, apalagi jahit menjahit semua hanya bisa dibeli saja. Alangkah baiknya kalau disetiap RT atau RW diadakan kegiatan, arisan ini diubah gayanya, bukan lagi dengan cara mengumpulkan uang. Dengan jalan arisan, saling ajar mengajar, maka semua ibu-ibu bisa mengikutinya dan membawa hasil bagi diri dan keluarganya. Di mana para suami tidak perlu lagi merogoh kantung untuk membayar makanan di restoran tiap harinya.

Daripada memaksa diri untuk mengikuti tren arisan gaya kini yang lebih banyak pamer kekayaaan daripada manfaat yang dapat diperoleh.

Dulu sewaktu saya masih tinggal di Padang, saya sering mengajarkan ibu-ibu jahit menjahit serta masak memasak di PKK RT maupun RW kami.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H. Mohon maaf lahir batin.

Perth, 6 Juli 2016.
Salam saya,
Roselina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun