Di negeri kita sering terlihat banyak  orang tua yang terlantar. Kemungkinan orang tua tersebut tidak punya anak dan sanak saudara. Atau bisa jadi kehidupan anak-anak mereka juga tidak lebih baik, sehingga tidak mampu mengurusi orang tuanya. Terutama di kota-kota besar, hal ini sangat kentara. Di sudut-sudut jalan, di emperan toko, terlihat orang orang lanjut usia, menadahkan tangan, menunggu uluran tangan orang.
Di sisi lain, orang tua, kalau sudah mulai pikun maka dimasukkan ke panti jompo, kemudian ditinggalkan saja dan tidak pernah dijenguk anak-anak mereka. Kasihan sekali kalau melihat banyak opa dan oma yang menangis ketika kami kunjungi. Mereka dengan sedih bercerita tentang anak-anak mereka tidak pernah mampir lagi. Merasa bagaikan orang yang dibuang keluarga sendiri.
Betapa kasihan kita melihat mereka memegang tangan kita supaya kita jangan meninggalkan mereka di sana. Kenapa demikian, ke mana saja anak-anak mereka? Anak-anak mereka sibuk mencari rejeki untuk keluarga sendiri-sendiri sampai orang tuanya tidak diingat lagi, hanya mengirimkan uang untuk perawatan orang tuanya, tanpa sempat peduli kasih yang didambakan orang tua mereka.
Setiap kali menengok kehidupan orang orang lanjut usia di sini yang sangat dimanja ada rasa 'iri' bila membandingkan dengan kehidupan orang orang tua di negeri sendiri.
Berbeda sekali dengan orang tua di sini, mereka diberikan pekerjaan supaya tidak cepat pikun. Pekerjaan yang ringan dan bisa dilakukan setiap orang tua, misalnya mereka diberi tugas berdiri di depan supermaket dengan tugas menyapa setiap tamu dengan ucapan selamat pagi, petang dan apa kabar. Hanya itu tugas mereka sepanjang hari, sehingga mereka merasa masih berguna dan tidak cepat pikun.
Ada Senior Club tempat berkumpul dan melakukan berbagai kegiatan. Ikut kegiatan sosial dan sekali seminggu diajak jalan-jalan untuk main bingo atau sekadar refreshing. Kendaraan antar jemput disediakan oleh pemerintah secara gratis.
Tempat tinggal
Orang tua ini dinamakan para senior. Mereka diberi kesempatan untuk membeli rumah khusus untuk para senior, dengan harga spesial. Rumah ini mereka cicil sejak mereka masih bekerja dan aktif, sehingga ketika sudah pensiun, rumah sudah lunas, Walaupun rumah sangat sederhana dan di sini dinamakan; 'caravan' tapi cukup nyaman. Satu komplek semua terdiri dari orang tua dan ada klinik tempat mereka memeriksa kesehatan. Dan juga ada perpustakaan di mana mereka bisa meminjam buku-buku yang akan dibaca sebagai isi luang waktu. Salah satunya adalah komplek Senior di Windang Nsw.
Para senior ini mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Terutama kesehatan dan waktu untuk berolahraga dan bekerja.
Suatu ketika.. kami turun dari mobil dan berjalan menuju lobi club yang cukup jauh dan diminta untuk naik kendaraaan kecil, yang khusus membawa penumpang ke lobi. Ketika kami tanyakan umurnya ternyata pria yang bernama Fred ini berusia 65 tahun, bekerja 5 hari dalam seminggu, sehari 4 jam. Tiap jam dia dibayar 22 dolar, jadi sehari dia berpenghasilan 88 dolar. Seminggu 440 dolar, sebulan 1.760 dolar.
Sementara uang pensiun masih tetap diterimanya. Fred bercerita bahwa ia dan istrinya tinggal di Senior House. Istrinya juga sibuk membantu di berbagai kegiatan sosial.
Selama lebih dari sepuluh tahun tinggal di Australia, belum pernah tengok ada orang tua yang terlantar di emperan toko atau di sudut-sudut jalan. Menengok kehidupan para orang tua di sini sungguh membuat kita 'iri', karena begitu jauh bedanya dengan kehidupan orang orang lanjut usia yang miskin di negeri kita. Semoga akan ada perhatian, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun dari keluarganya sendiri,
Wollongong , 20 Mei 2016.
Salam saya,
Roselina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H