Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Koleksi Perangko Bisa Hindarkan Anak dari Kecanduan Game

30 April 2016   05:22 Diperbarui: 30 April 2016   17:24 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi perangko (doc. Roselina)

Koleksi Perangko Bisa Hindari Anak dari Kecanduan Game

Anak anak zaman sekarang berbeda sekali kalau dibandingkan dengan anak anak ditahun 60an. Kenapa? Karena zaman telah berubah, dulu anak-anak tahunya bermain kelereng, main bola atau main petak umpat, main patok lele, main kasti, dan banyak lagi permainan yang dilakukan dengan sesama teman. Baik teman di sekolah, maupun teman teman sekampung. Kini. kita lihat anak-anak sibuk sendiri-sendiri dengan permainannya masing-masing tanpa peduli sekitarnya. Mereka sibuk dengan hp atau gadget.

Efek Negatif

HP dan Gadget merupakan salah satu dari sebuah perkembangan teknologi, yang tentu saja sangat baik, bila anak-anak juga mengikuti perkembangan terkini. Namun sayangnya, begitu larutnya mereka dalam game ini, sehingga seakan melupakan bahwa mereka hidup di tengah-tengah keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Kita lihat anak-anak zaman sekarang, kalau kita panggil ya hanya menyahut asal-asalan saja tanpa bergerak untuk datang. Bahkan tidak jarang mereka menjawab,tanpa menengok sama sekali kepada orang yang memanggilnya, karena mereka sibuk dengan hp atau gadget. Jadi tidak peduli hal-hal lain lagi. 

Bahkan bukan hanya anak-anak, karyawan toko juga sudah banyak yang ketularan penyakit kecanduan game ini, sehingga sama sekali tidak bergerak untuk melayani pembeli. Dalam kondisi yang parah bahkan kalau diajak bepergian, malah mereka menolak karena sedang asyik dengan permainan di gadget.

Ajak Anak untuk Mulai Koleksi Perangko

Bagaimana cara kita untuk mengatasi masalah ini karena anak-anak sudah tidak perduli lagi dengan kita mereka asyik dengan kegiatan yang mereka tekuni Hal ini sangat tidak baik bagi kelanjutan kehidupan anak-anak itu nantinya. 

Maka sebaiknya kita cari cara yang baik dan menarik perhatian anak-anak kita agar mereka tidak terlalu tergantung dengan HP atau gadget nya, salah satunya anak-anak kita untuk mengoleksi perangko. 

Pertama tidak membutuhkan pengeluaran dana yang banyak. Di samping itu mendorong anak-anak untuk belajar pengetahuan umum tentang peta dunia dan nama-nama negara di dunia ini, yang kemungkinan besar, di rumah sekolah pun tidak didapatnya.

Biarkan Mereka Mengumpulkan Semua Perangko

Pada mulanya kita biarkan mereka mengumpulkan semua perangko dari berbagai negara, Kemudian kita tunjukkan bagaimana yang baik cara menyeleksi perangko-perangko tersebut. 

Jangan dijejali anak dengan segala macam aturan baku untuk bertindak sebagai seorang kolektor perangko. Karena bila hal ini diterapkan maka anak anak-akan merasa tertekan dan akan mengurangi semangatnya untuk mengumpulkan perangko bekas.

Sesudah itu  baru  secara bertahap kita tunjukkan hal hal penting saja untuk selangkah lebih maju.

Pertama-tama perangko harus utuh semua gerigi tepinya tidak boleh ada yang hilang. Perangko ini juga tidak boleh sobek dan diharapkan licin tidak mengkerut.

Cara Mendapatkan Perangko

Kita lihat di toko-toko ada yang jual perangko bekas satu amplop dengan harga 5 ribu rupiah dan bervariasi sesuai dengan jumlah perangko dan tahun diterbitkannya. Atau di kantor-kantor banyak surat-surat dari luar dengan perangko aneka macam yang dibuang saja karena tidak ada yang minat.

Perlu Buku Khusus untuk Menyimpan Koleksi Perangko

Agar koleksi perangkonya tidak sia-sia, maka perlu ada buku khusus untuk perangko. Untuk menjaga agar:

  • Tidak berserakan

  • Tidak terlipat lipat

  • Tidak mudah terselip, karena tebal

  • Dapat disimpan puluhan tahun

  • Karena perangko yang sama, namun kualitasnya beda, maka harganya pun berbeda. Misalnya geriginya tidak utuh, ataupun lapisan dibelakang sudah terkelupas. Maupun yang gambarnya sudah suram.

Buku Album 30 Tahun Lalu Masih Utuh

Anak-anak kami ketiga tiganya mengoleksi perangko, Memang tidak terlalu serius,hanya kalau ada paket dari luar yang membubuhi perangko, maka perangkonya diambil oleh anak-anak kami. Ada juga yang dibeli dari toko dan hasil dari tukar menukar perangko antar sesama teman yang hobi.

Buku album perangko yang disusun oleh putra kami, salah satunya adalah sejak tahun 1986, sejak masih berusia 13 tahun dan kini sudah berusia 40 tahun.

Keuntungan Hobi Koleksi Perangko:

  • tidak membutuhkan pengeluaran dana yang banyak

  • dapat menghindarkan anak dari kecanduan game

  • mendorong anak belajar nama negara negara

  • mengingat bendera berbagai negara di dunia

  • sekaligus menjadi investasi bagi anak

Harga perangko yang langka bisa jutaan rupiah bahkan puluhan juta rupiah. Namun perlu dijelaskan pada anak bahwa harga perangko yang disebut puluhan juta atau bahkan miliaran bukanlah standar harga seperti harga emas.

Hal ini untuk menghindari agar anak jangan bermimpi tiba-tiba bisa jadi kaya karena ada koleksi perangko. Walaupun hal tersebut memang bisa saja terjadi, namun bukan merupakan sebuah patokan . Misalnya, harga perangko langka yang di katakan harganya Rp.100.000.000 kalau tidak ada yang mau membeli, maka akhirnya harga yang terjadi adalah kesepakatan antara pembeli dan penjual, bukan harga yang disebut sebut di koran.

Sehingga dengan mengajak anak untuk mengawali mengoleksi perangko, sekaligus banyak manfaat yang akan diperolehnya.

Wollonggong, 30 April 2016

Salam saya, Roselina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun