[caption caption="Berkemah didaerah tanpa Komunikasi (doc. Roselina)"][/caption]Empat Hari Berada Didaerah Tanpa Komunikasi.
Tanggal 25 Maret yang lalu, kami diajak putri kami untuk pergi berlibur di pertenakan di daerah Jinjellic yang lokasinya berada sekitar 600 KM dari Wollongong. Kami membutuhkan lebih kurang 7 jam lamanya, dengan kecepatan rata-rata 90 km per jam, untuk tiba di daerah peternakan milik keluarga James, teman kami. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh. tapi kami menjalani dengan hati yang gembira.
Kami berangkat secara terpisah, yang terdiri dari 4 keluarga, yaitu James dengan isterinya Loraine dan kedua putera dan putrinya, Venessa dan Michael. Paul juga dengan Elaine isterinya dan kedua puteranya, Christopher dan Anthonny. Kemudian Putri kami, Irvianty dengan suaminya David dan kedua putera dan puterinya Kerisha dan Allan, serta kami berdua dan seorang siswi dari negeri China.
Jadi jumlah kami semua 16 orang ,karena disana sudah ada satu orang lagi yaitu adik James yang bernama John, yang juga berada di lokasi peternakan.
Hari Pertama
Setelah melalui jalanan raya yang mulus dan dapat berkendara dengan kecepatan rata rata 90 km perjam, tiba gilirannya harus melalui jalan di desa yang cukup rumit. Ketika kendaraan yang satu sedang melaju, maka kendaraan dibelakang harus berada dijarak 30 meter, karena debu yang sangat tebal menghalangi pandangan mata, Lepas dari jalan berdebu.
Maka kami harus melintasi padang rumput yang penuh dengan gundukan sana sini. Bila tidak hati hati, kendaraan bisa terbalik atau terbenam di pasir. Apalagi kami mengendarai sedan yang dikemudikan suami saya.harus ekstra hati-hati.
Akhirnya setelah mobil bergoyang dengan keras ke kiri dan kekanan, kami tiba dengan selamat di lokasi dimana direncanakan untuk camping. Kami mendirikan kemah buat masing-masing. Ada 4 kemah, satu buat putri kami dan putera ditambah kedua putra Paul/Sebuah kemah buat Paul dan Isteri, Satu lagi buat kami dan Yu Fei. siswi dari China serta Kerisha, cucu perempuan kami. John mendirikan kemahnya agak kepinggiran, sementara itu James dan Loraine sekeluarga tidur di karavan yang mereka bawa dari rumah.
[caption caption="Mendirikan kemah (doc. Roselina)"]
Kami pagi-pagi sekali sudah terbangun, karena dingin sekali udara disana tidak lebih dari 2 derajat Celcius. Kami membuat api unggun dan memulai membakar makanan yang kami bawa untuk breakfast .Sementara itu harus menyediakan air panas. Karena air sungai terlalu dingin untuk digunakan mandi. maka perlu ada air hangat.
Disini tidak ada listrik dan sinyal untuk berkomunikasi. Jadi kami tidak bisa memakai hp untuk memanggil atau menerima panggilan. Tidak ada hiburan apapun, selain dari musik alam,yakni kicauan burung aneka ragam yang sangat banyak bertengger di pepohonan.
Siangnya kami semua pergi untuk naik kayak bergantian karena kayak hanya muat untuk satu orang sedangkan kayak ada 3 buah.
[caption caption="Naik kayak satu persatu (doc. Roselina)"]
Malamnya kami duduk mengelilingi api unggun sambil menikmati secangkir kopi hangat. Terasa suasana persahabatan yang sangat menyenangkan. Karena disini berkumpul orang orang yang berasal dari berbagai negara. Yakni: Indonesia, Australia, Canada. Amerika Serikat, Malaysia dan China. Tapi disini kami bagaikan sudah menjadi suatu keluarga besar.
Suasana persahabatan ini merupakan saat-saat yang paling indah saya rasakan. Bintang bintang bertaburan dilangit dan bulan bersinar dengan sangat terang. Namun kemudian karena embun mulai turun dan udara terasa sudah sangat mengigit, maka kami memutuskan untuk masuk ke tenda masing masing untuk beristirahat.
[caption caption="meneguk secangkir kopi hangat di udara dingin (doc. Roselina)"]
Paul dan keluarga, akan meninggalkan perkemahan ,sehari lebih awal, karena ingin merayakan Ulang tahunnya yang ke 46 bersama ibundanya yang sudah janda dan tinggal di Sydney.
Jadi Paul pulang lebih dulu dari kami. Kami tetap tinggal dan memulai kegiatan dengan mancing dan lainnya. Pada hari ketiga ini .putri kami mempersiapakan makanan terdiri dari daging mentah yang dibungkus daun pisang Setelah itu dibungkus lagi dengan kertas timah dan lalu ditimbun dengan bara api dan diatas sekali dibakar kayu sehingga panasnya turun kebawah memasak daging tersebut.
Di samping itu juga kami membungkus kentang dengan kertas timah dan memasukkan kedalam api. Masih ada tambahan jagung yang masih belum dikupas dari kulitnya juga di masukkan kedalam lubang yang berisi bara menyala.
Setelah satu jam kami mengambil semua kentang dan jaggung serta daging tadi kemudian kami membagi untuk dimakan siang ini. Sangat enak gurih dan lezat rasanya. Ternyata resep cara memasak daging cara Aborigin ini sangat alami. Hanya menambahkan garam dan merica, tidak ada bumbu masak lainnya, namun rasanya sangat nikmat.
Malamnya hujan turun sangat deras dan udara dingin mengigit hingga terasa sampai ketulang tulang.
[caption caption="Paul dan keluarga akan kembali (doc. Roselina)"]
Pagi-pagi sekali kami sudah pada bangun dan bersiap-siap untuk membuka tenda. Tapi karena tenda masih basah, maka kami terpaksa menunggu matahari terbit Setelah kena panas dan mulai mengering, maka tenda tenda sudah dapat dilipat dan di-packing, serta dimasukkan kedalam bagasi kendaraan. Dan kendaraan kami meluncur, meninggalkan lokasi untuk kembali kerumah masing masing sambil membawa kenangan indah ,untuk persahabatan dan rasa kekeluargaan,serta pengalaman unik, tinggal di desa yang terputus dari hubungan dengan dunia luar.
[caption caption="senja yang indah didaerah terpencil (doc. Roselina)"]
Salam saya, Roselina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H