Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merayakan Imlek di Antara 5 Suku Bangsa yang Berbeda

8 Februari 2016   05:44 Diperbarui: 10 Februari 2016   14:19 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Imlek dari 5 suku Berbeda (doc.Roselina)

Merayakan Imlek di antara keluarga dan kaum kerabat ,sudah merupakan hal yang lumrah.

Setiap tahun, kami merayakan Imlek bersama anggota keluarga. Kadang bersama putra pertama kami, kadang dengan putra kedua dan dengan puteri bungsu kami, yang bersuamikan orang Australia. Kalau di Padang, kami juga merayakan dengan keluarga besar, yang terdiri dari berbagai suku: orang Padang, orang Jawa, orang Batak. Hal ini sudah menjadi tradisi dalam keluarga besar kami sejak dulu. Namun merayakan Imlek diantara teman teman dari 5 suku bangsa yang berbeda, baru kali ini saya alami di Australia.

Undangan makan bersama
Hari ini tanggal 7 Febuari 2016,hari sehari sebelum Imlek, yang biasa disebut tahun kecil. Kami diundang makan bersama-sama untuk merayakan Tahun Baru Imlek.

Kami dari Mt St Thomas sebanyak 8 orang. Yaitu 3 suku bangsa, kami dan puteri dari Indonesia, mantu dan teman anak Karen dari Australia dan seorang anak dari China nama Yoe Fei.


Nomor 2 dari kiri Karen suku Bangsa Australia (doc.Roselina)

 


Caption= Yoe Fei suku Bangsa China (doc.Roselina)

Juga teman putri kami Lauren dari North Carolina (Amerika) 4 orang dengan suami dan putera puteri.

Dan seorang teman putri kami lagi, asal Malaysia bernama Elaine, juga 4 orang dengan suami dan kedua puteranya

Baru kali ini kami merayakan Imlek secara unik, yakni bersama dengan 5 suku bangsa yang berbeda yaitu:

Indonesia, Australia, Malaysia, America, dan China

Semua kami meluncur dari rumah masing-masing dan menuju ke restoran yang sudah dibooking jauh hari, yaitu Restoran Marigold yang berlokasi bersebelahan dengan Paddy's Market Sydney.


Nomor 4 dari kiri Lauren suku bangsa America (doc.Roselina)

Setelah mengendarai lebih kurang 2 jam sampailah kami di tempat tujuan. Seluruh ruangan penuh dengan para tamu dan di lantai dasar masih banyak yang menunggu giliran. Untuk puteri kami sudah booking sejak jauh hari, sehingga kami langsung dapatkan tempat duduk untuk 16 orang. Ternyata di sana sudah menunggu Elaine dan Lauren bersama keluarga.


Nomor 3 dari kiri Elaine suku Bangsa Malaysia (doc.Roselina)

Makanan Tidak Diorder

Beda bila kita masuk ke restoran pada umumnya, disodorkan daftar menu dan kita tinggal memesannya sesuai selera. Namun di sini, tidak ada daftar menu,

Disini disediakan jam cah yang cara memesannya berbeda dengan restoran biasa. Makanan tidak dipesan. Kita hanya menunggu kereta dorong yang membawa bermacam-macam makanan disetiap bakul kecil berisi 3 atau empat potong makanan. Yang mana kita mau boleh kita ambil, untuk satu macam berapa bakul. Setiap kereta membawa beberapa macam makanan yang bisa kita pilih, kemudian dicatat menurut pengambilan kita diatas kertas di meja kita.

Kalau Teh Habis Tidak Perlu Teriak

Kami disediakan teh dan air minum biasa digelas dan teh dengan cangkir kecil. Kalau tehdalam cerek sudah habis dan kita masih mau, cukup tutup cereknya dibuka dan dibalikkan letaknya karena itu petanda mau nambah teh. Merayakan Imlek bersama anak anak tentu tidak lupa dengan acara bagi bagi Angpao. Namun tradisi disini, tidak ada cara: 'soja' untuk memberi hormat kepada orang yang lebih tua. Karena sudah terbiasa, tua dan muda, hanya disalami, sambil mengucapkan: ”kung ci fat choi“ atau "sin nien kuai le".

Setelah selesai makan kami mau membayar makanan ternyata Elaine. Sudah membayar semua yang kita ambil dan lunas, tentu saja kami mengucapkan terima kasih. Pertemuan ini sungguh penuh arti bagi kami, karena tidak terbayangkan, kami memiliki sahabat baik dari berbagai negara yang berbeda. Dan bukan hanya sebagai teman, tapi sudah seperti keluarga sendiri.

Apalagi hal ini terjadi jauh dari tanah air, sungguh kehadiran sahabat sahabat kami, mampu mengisi kekosongan, karena kami jauh dari keluarga besar dan teman teman di Indonesia.

Beda suku bangsa dan bahkan tidak ada hubungan kepentingan lainnya ternyata kami dapat menjadi sahabat, bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Persahabatan sungguh merupakan kebahagiaan tersendiri dan tidak dapat dipaksakan, melainkan terjalin, karena saling menghargai dan saling mengerti.

 

Wollongong, 08 Febuari 2016.

Salam saya,

Roselina.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun