[caption id="attachment_384907" align="aligncenter" width="560" caption="Sedang memintal tali. (doc.Roselina)"][/caption]
Melakukan sebuah perjalanan tidak akan memiliki nilai tambah bila hanya sekedar penyegaran. Apalagi menempuh perjalanan darat melalui jalan jalan yang aduhai karena penuh dengan lubang dan genangan air.
[caption id="attachment_384724" align="aligncenter" width="560" caption="Jalan digelangi air(doc.Roselina)"]
Oleh karena itu harus mengatasi kejenuhan dan sekaligus memanfaatkan secara maksimal setiap perjalanan. Sangat membosankan kalau tidak melakukan kegiatan apa pun lebih-lebih sore hari. Tapi amat melelahkan bila kita harus menempuh perjalanan dari satu kota ke kota lain dengan mengendarai mobil tanpa ada suatu tujuan dalam perjalanan kami.
Pada tanggal 19 Desember 2014 pagi pukul 6.30 kami meninggalkan Kota Cilacap untuk menuju Jakarta. Secara teori, jarak ini akan dapat ditempuh selama lebih kurang 8 sampai 9 jam untuk sampai di Jakarta. Tapi ternyata kami mengalami berbagai halangan, misalnya ada truk yang terbalik, ada banjir dan macet di mana-mana sehingga kami mengalami perubahan waktu, yaitu sampai di Jakarta pukul 10.00 malam. Dalam kata lain, selama lebih kurang 15 jam kami duduk di kendaraan yang gonjang-ganjing, keluar-masuk lubang di jalan raya Jawa Tengah.
[caption id="attachment_384714" align="aligncenter" width="560" caption="petanih bawang sedang enanam bawang(Doc.Roselina)"]
[caption id="attachment_384716" align="aligncenter" width="560" caption="Bawang yang dijemur sepanjang pinggir jalan(doc.Roselina)"]
Sewaktu kami melewati Brebes kami melihat banyak petani bawang sedang bekerja di sawah menanam bawang dan ada yang sedang menjemur bawangnya. Menyusuri jalan kami sampai di perdesaan Kubangwungan Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Di sini kami melihat sesuatu yang amat menarik perhatian kami. Hampir setiap warga sibuk bekerja. Membersihkan limbah jerami dan plastik yang kemudian dipintal dijadikan tali. Mulai dari tali halus dan dipintal ulang sehingga menjadi tali yang besar dan kokoh namanya tali tambang. Sebagian besar dilakukan secara manual dan hanya mengandalkan peralatan sederhana untuk menggulung tali-temali yang sedang dalam proses pembuatan.
[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Papan nama desa(doc.Roselina)"]
[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="memintal tali secara manual(doc.Roselina). Hanya satu dua di antaranya yang menggunakan peralatan sederhana."]
Menyaksikan dari dekat
Merasa tertarik melihat betapa antusiasnya warga di sini dan menyaksikan tali tambang yang merupakan hasil perpaduan antara limbah jerami dan plastik membuat kami turun dari kendaraan dan meliput home industry ini dari dekat. Baru sekali ini kami menyaksikan dari dekat, di mana hampir tak terlihat seorang pun warga yang duduk-duduk santai di rumah mereka. Setiap orang pasti ada sesuatu yang dikerjakan. Bahkan nenek-nenek masih tetap bekerja, membersihkan limbah plastik dan jerami, yang merupakan bahan dasar pembuatan tali tambang ini.
[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="bahan dasar dari limbah untuk membuat tali(doc.Roselina)"]
Menurut keterangan salah seorang penduduk, tali hasil karya mereka dipasarkan untuk kelengkapan kapal dan alat penangkap ikan. Karena itu, baik besar maupun panjang tali ini bervariasi. Bisa mencapai panjang puluhan meter, bahkan bisa mencapai 100 meter dengan diameter antara 1 cm hingga 2 cm.
[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Hasil tali yang sudah dipintal siap digulung. (doc.Roslina)"]
Untuk warga yang hanya memintal tali dalam jumlah gulungan kecil, tali akan dijual kepada pedagang penampung yang akan menjualnya langsung kepada pemesan atau toko-toko besar. Kegiatan yang amat positif ini merupakan sebuah berkah bagi warga di sini. Karena mereka tidak usah ke mana-mana untuk mencari pekerjaan karena pekerjaan sudah ada di depan mata mereka.
[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Tali tambang yang sudah siap pakai(doc,Roselina)"]
Untuk mengawali home industry ini, mereka tidak butuh modal besar. Hanya penggulung kayu bekas dan beberapa potongan kayu, serta mengumpulkan limbah plastik dan jerami. Dengan modal mau bekerja keras, penduduk di sini sudah dapat menciptakan industri rumah. Bukan hanya sebagai penunjang ekonomi keluarga, tetapi sekaligus menjadi sarana untuk kebersihan lingkungan.
Patut Menjadi Contoh
Menyaksikan cara warga membersihkan limbah plastik dan jerami serta bahan-bahan lainnya secara manual dan tidak membutuhkan peralatan modern namun menghasilkan tali tambang yang kokoh seperti terlihat pada gambar, agaknya patut menjadi contoh bagi warga desa lainnya. Kalau warga desa lain harus pergi jauh meninggalkan keluarganya untuk mencari nafkah, justru warga di sini menciptakan lapangan kerja dengan hanya bermodal kerja keras dan berkesinabungan.
Alangkah baiknya bila sesekali pejabat terkait dengan industri rumah mengunjungi desa ini dan memberikan bantuan dan penyuluhan agar dapat dijadikan proyek percontohan bagi desa lainnya di Indonesia
Bandung,21 Desember 2014
Salam Saya,
Roslina
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H