Mohon tunggu...
Roselina Tjiptadinata
Roselina Tjiptadinata Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Bendahara Yayasan Waskita Reiki Pusat Penyembuhan Alami

ikip Padang lahir di Solok,Sumatera Barat 18 Juli 1943

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kenangan Pahit semasa masih muda

25 Januari 2015   15:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:24 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14221490221694557565

Kenangan Pahit semasa masih muda

[caption id="attachment_393114" align="aligncenter" width="364" caption="Mount Elisabeth Hospital(sakurafile.Com)"][/caption]

Tahun 81 ketika itu saya berumur 38 tahun,saya harus merasakan suatu masalah keluarga yang sangat

prihatin.Dimana suami saya mendapatkan gangguan kesehatan ,hanya menurut dokter sinusitis. Ada infeksi pada rongga hidung dan akibatnya mengganggu pernafasan,serta sekaligus mengakibatkan aritmea. Yakni irama jantungnya menjadi tidak teratur dan terkadang berhenti. Sejak saat itu .suami saya disamping menjadi langganang dokter THT,juga sekaligus dokter specialis jantung .Karena kalau aritmea nya kambuh ,peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya ,gemetaran dan seperti mau semaput.

Namun ternyata rutinitas berobat di kedua specialis ini ,tak memberikan kemajuan apapun, malahan semakin parah. .Kemudian atas anjuran dokter suami disarankan untuk operasi.Disebabkan ingin cepat sembuh kamipun menurut saran dokter dan terus dioperasi,. Namun lagi lagi saya kecewa ,karena setelah dioperasi bukannya mengalami kesembuhan,malah bertambah parah.

Operasi di Singapore

Karena kondisinya semakin memburuk dan diikuti dengan perdarahan setiap hari, akhirnya saya mengajak suami ke Singapore,yang menurut teman teman, disana banyak dokter-dokter yang spesialis yang canggih dan siap untuk melayani berbagai penyakit.Maka kamipun terbang ke Singapore untuk melakukan pemeriksaan disana.Hasil analisa dokter ,suami salah operasi,seharusnya dibersihkan mala dipindahkan tulang hidungnya.

Oleh dokter disarankan lagi dioperasi,tapi kali ini tidak memindahkan melainkan dibersihkan saja.Suami menurut atas saran dokter,maka dioperasi sekali lagi . Di Singapore kita tidak diizinkan menetap bersama dengan pasien kecuali di VIP.Ternyata kamar VIP nya penuh,maka saya harus pulang kehotel sendirian. Inilah untuk pertama kalinya dalam hidup saya,berpisah dengan suami. Biasanya kemanapun pergi,kami selalu bersama sama.Dengan hati yang sangat berat, saya meninggalkan rumah sakit dan meninggalkan suami menginap sendiri dirumah sakit Mount Elisabeth. Bisa dibayangkan betapa galaunya perasaan saya ,suami operasi dinegeri orang, sedangkan saya tidak bisa menemaninya.Malam harinya saya gelisah dan tidak bisa tidur ,serasa ingin agar jam dinding berputar lebih cepat, supaya saya dapat mengunjungi suami saya di rumah sakit.

Sebulan ,serasa Setahun

Rawat inap yang semula saya perkirakan hanya akan memakan waktu beberapa hari saja,ternyata meleset jauh .Sesudah operasi, wajah suami membengkak dan memerah. Menurut dokter specialis yang merawat, hal itu adalah wajar ,sebagai akibat pembersihan infeksi pada seluruh permukaan wajahnya dan sekaligus saluran pernafasan.

Hingga waktu visa kunjungan kami berakhir selama 21 hari, kondisi suami masih belum dalam keadaan yang boleh dibawa pulang. Syukur ada Om Lee ,yang sekarang sudah almarhum,membantu untuk memperpanjang visa kami, dengan surat pengantar dari dokter yang merawat suami saya.Akhirnya setelah masa penantian yang panjang ,suami saya diijinkan untuk kembali ke Indonesia.Kami berdua tentu saja sangat lega dan bersyukur.

Pulang ke Indonesia dan Penyakit Kambuh lagi

kamipun pamitan pulang ke Indonesia dengan catatan tidak boleh bekerja ditempat banyak debu dan lembab.Namun suami saya adalah orang yang tidak betah duduk duduk sepanjang hari tanpa ada kegiatan,maka ia memaksa tetap bekerja lagi.

Suami masuk kantor lagi dan bekerja kembali dibagian gudang,maka tak terasa satu bulan setelah itu kambuh kembali penyakit semula.Kami cepat-cepat kebali ke Singapore untuk mengecek kenapa bisa terjadi hal demikian.Oleh dokter kita disarankan kembali operasi dan dilanjutkan penyelidikan ,apa penyebab penyakit suami tidak kunjung sembuh. Penderitaan kami kembali terulang. Suami kembali harus dioperasi untuk kedua kalinya .Perasaan cemas memenuhi hati saya, walaupun suami saya bersikap tenang dan berusaha membesarkan hati .

Lagi lagi sebulan kami habiskan waktu di Singapore dengan setiap hari diliputi perasaan tak menentu. Sebulan kemudian ,suami dinyatakan sudah cukup kuat untuk kembali ke Indonesia .Maka kamipun kembali dengan rasa syukur dan berharap, selanjutnya suami saya akan pulih total. Namun ternyata harapan inipun terkandas,karena sebulan kemudian, penyakit suami kembali kambuh,malahan dalam kondisi yang lebih parah,yakni perdarahan yang terjadi dihampir setiap saat.

4 Kali di Operasi.

Singkat cerita, 3 kali suami saya dioperasi di Mount Elisabeth dan kemudian masih dioperasi lagi di Rumah Sakit Glendeagles Hospital, yang seingat saya berlokasi di Napiere 'road ,Singapore. Kami sudah tidak bisa lagi menghitung ,berapa jumlah uang yang sudah dikeluarkan selama berbulan bulan dirumah sakit dan di hotel Singapore, belum lagi biaya operasi dan pengobatan.

Karena yang terpenting bagi saya adalah kesembuhan suami saya.

Kami bersyukur kepada Tuhan, setelah masa masa yang sangat sulit bagi kami berdua, bisa kami lewati dengan selamat,dibelakang hari,kami berdua bekerja keras ,sehingga bisa menyekolahkan ketiga anak anak kami ke Amerika Serikat. Sebuah berkat dan karunia, yang senantiasa kami syukuri.

Tulisan ini saya postingkan,dengan harapan,agar bagi yang sedang menderita,jangan pernah putus asa.Selalu ada jalan keluarnya,asalkan kita mau tabah dan berkerja keras dan tentunya tidak lupa berdoa .

Biak,25 Januari 2015.

Salam saya,

Roselina Tjiptadinata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun