Sembilan elemen jurnalisme oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001) tersebut adalah; kewajiban pertama pada kebenaran; loyalitas kepada masyarakat atau jurnalis harus independen; intisari jurnalisme merupakan disiplin verifikasi; jurnalis harus independen dari pihak yang diliput; jurnalis bertindak sebagai pemantau yang independen terhadap kekuasaan; jurnalisme harus menghadirkan ruang kritik atau komentar kepada publik; jurnalis membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan; jurnalis harus dapat menjaga proporsional berita dan membuatnya mudah dipahami atau komprehensif; terakhir jurnalis berkewajiban kepada hati nurani.
”Secara umum, masih berlaku bahwa yang lebih dulu ada ialah fakta dan persoalan. Barulah media massa meliput dan menyiarkan. Terutama akhir-akhir ini, amat sering terjadi, yang merupakan disinformasi, membingungkan, dan memelintir, bukanlah pertama-tama media media, melainkan fakta dan persoalannya. A bilang begini, dibantah oleh B. Koran memberitakannya. Siapa yang membuat disinformasi, media atau fakta dan persoalannya itu sendiri. Sumber berita itu sendiri.” (Oetama, 2009, p.219)
Jurnalisme damai yang kemudian sedang populer di Indonesia adalah jurnalisme keberagaman, perlu mensiasati kemajuan teknologi internet sebagai media baru. Internet dengan kecepatan, tentu membawa keuntungan mengenai informasi yang update atau terbaru, sehingga mempermudah dalam meliput dan menyampaikan berita keberagaman sebagai sebuah sajian. Di lain sisi, teknologi ini membawa resiko tersendiri, yakni seperti yang telah disinggung diawal yakni tanpa verifikasi yang benar bisa menimbulkan kekacauan atua persoalan baru.
”Kemajuan teknologi informasi membawa konsekuensi lain bagi media massa, yakni kesempatan sekaligus tuntutan, media berkembang dalam kelipatan sebagai multiple media.” (Oetama, 2009, p.215)
Istilah media baru yang berbasis pada penggunaan internet mengacu pada perubahan besar dalam media dari hal produksi, distribusi dan penggunaan media. Ini merupakan perubahan teknologi, tekstual, konvensional dan kultural. Menurut Lister (2009), kekhasan dari media baru adalah memiliki kualitas terbaik lewat karakteristik digital, interaktif, hypertekstual, virtual, networked, dan simulasi. Berikut adalah karakteristik lengkapnya :
- Digital
Dari karakter digital, dalam proses media digital seluruh input data dikonversikan kedalam bentuk angka. Kemudian diproses dan disimpan sebagai angka dan dapat dikeluarkan dalam bentuk dari online, disk digital, atau drive memori untuk diterjemahkan dan diterima sebagai layar display, dan dikirim lagi melalui jaringan telekomunikasi atau output disebut hard copy dengan menggunakan space yang lebih kecil sehingga mudah diakses melalui internet dengan cepat.
- Interaktif
Dari karakter media baru yang interaktif, yakni media baru hadir dengan menyediakan ruang yang lebih luas dan waktu yang singkat bagi audiens. Ruang yang luas untuk turut terlibat memberikan feedback dalam penyajian informasi.
- Hyperteks
Berikutnya yakni hyperteks, yakni paradigma interface yang dapat menampilkan dokumen atau halaman referensi secara cepat ke dokumen lain yang berisikan informasi sejenis. Fasilitas ini dapat ditemui di media baru, sama dengan fungsi link yang akan menunjukkan ke informasi lainnya yang sejenis.
- Networked
Media baru adalah media yang berjejaring (networked). Salah satu fasilitas yang termuat dalam sistem internet adalah jaringan yakni komputer yang saling terhubung.
- Virtual
Dunia virtual, ruang, benda, lingkungan, realitas, diri dan identitas, banyak ditemui dalam wacana tentang media baru. Memang, dalam banyak aplikasi mereka, teknologi media baru menghasilkan Virtualities. Sedangkan istilah virtual sering digunakan sehubungan dengan pengalaman dari media digital baru adalah istilah yang sulit dan kompleks.
- Simulation
Adalah semacam penggunaan objek sebagai simbol atau representasi kenyataan untuk menggambarkan sesuatu.