Mohon tunggu...
Rose putih
Rose putih Mohon Tunggu... Lainnya - pembelajar

Laki-laki yang mencoba menjadi pembelajar dengan terus belajar apa saja dan menulis yang diminati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru MTs Bantul: Yuk Belajar Nulis Cerpen kepada Prof. Dr. Suminto A Sayuti

8 September 2024   23:24 Diperbarui: 8 Desember 2024   18:17 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
guru-guru MTs. foto:Suratmi

"Apa yang menggejala di pikiran Anda, baik berupa tokoh, latar, konfliks dan seterusnya itu yang pertama dituliskan. Tidak harus dimulai dengan tema. Tema bisa lahir dalam proses penulisan. Tema bukan sebuah otopia kecil. Anda jangan jadi Machiaveli cerpen. Pingin cerpen yang kita tulis lancar. Ada fluency, nanti akan sambung menyambung seperti Indonesia. Sambung menyambung menjadi satu. Itulah cerpen kita, dari tokoh, latar dan seterusnya. Jangan bicara bahwa latar harus netral, latar harus spiritual. Itu dengan sendirinya akan muncul.  Teringat misalnya ada koleksi ingatan yang tiba-tiba mendesak minta dikeluarkan melalui tulisan, Keluarkan," urai Suminto untuk memotivasi peserta.

Memulai dari tokoh cerita

Ada penjelasan lebih lanjut dari dosen yang tinggal di Pakembinangun, Kaliurang ini. Dia menekankan jangan berpikir mulai menulis dari mana. Hal terpenting dalam cerpen adalah tokoh. Tokoh melahirkan peristiwa. Peristiwa Bersatu padu membangun alur. Terjadinya kapan dan di mana itu berupa setting atau latar. Menurutnya pengertian tokoh jangan dibatasi sebagai manusia. Tokoh bisa berwujud pohon, demit, sungai. Misalnya, manusia jahat kepada alam lalu sungainya marah sehingga muncul banjir. Dalam cerita tersebut sungai dapat menjadi tokoh.

Hal yang penting lainnya, penulis harus bisa membedakan antara peristiwa dan kejadian. Peristiwa menyangkut manusia yang jadi tokohnya sedangkan kejadian biasanya tokoh cerita menyangkut non manusia.

Metode menulis copy the master

Ada satu cara menulis cerpen dengan metode copy the master. Menulis model ini adalah menulis dengan mengikuti cara pendekar cerpen menulis. Pak Minto mencontohkan cerpen-cerpen yang ditulis oleh Umar Kayam. Seorang penulis jangan  berpegang pada pendapat bahwa cerpen harus ada endingnya seperti dongeng. Subuah cerpen tidak harus berakhir dengan simpulan atau akhir cerita yang jelas. Akhir ceria dapat juga menggantung. Penyelesaiannya terbuka dan diserahkan pembaca untuk meneruskan di pikiran pembaca masing-masing.

Di akhir tuturannya Prof Dr. Suminto Ahmad Sayuti ini menekankan untuk menulis dengan bahan dari peristiwa yang dialaminya atau diamati dari peristiwa yang ada di sekitarnya. Untuk memberi contoh cara ini, dia menceritakan Bakdi Sumanto yang menulis cerpen berjudul "Doktor Plimin". Suminto diminta memberi pengantar buku Kumpulan cerpen ini sebelum diterbitkan oleh penerbi Grasindo tapi dia menolak. Alasannya jelas bahwa cerpen ini mengambil kehidupan dirinya. Menurut dugaannya Bakdi Suminto selalu mengamati dirinya sebelum menulis cerpen tersebut.

" Bertolaklah dari kenyataan. Bapak Ibu silakan amati apapun untuk dijadikan cerpen. Tak ada teori: saya belum dapat inspirasi. Inspirasi itu urusan Nabi. Inspirasi bagi kita itu namanya dorongan mencipta. Inspirasi harus kita jemput, bukan datang dengan sendirinya. Dimanapun ada inspirasi. Dalam teori namanya the act of will (Tindakan atau kehendak) untuk menjemput dorongan mencipta bagi diri sendiri."

Begitulah kiat-kiat menulis cerpen dari Prof Dr. Suminto A Sayuti yang saya rekam kembali. Semoga menginspirasi. Salam literasi. Salam waras tuk menumbuhkan karakter anak bangsa. (jae)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun