Keragaman Siswa Kebersamaan Pecel Kungkum
Ketika ada siswa rumahnya jauh, siswa tersebut harus masuk pukul 07.00 akan berbeda dengan siswa yang rumahnya dekat. Andri misalnya, harus berangkat jam setengah enam pagi karena takut terlambat di sekolah. Dia tidak sempat sarapan. Lalu mencari sarapan di warung pinggir jalan. Andre meminta diwungkuske (dibungkuskan) nasi gudeg. Tidak munkin dia minta soto wungkus, kecuali pecel. Itu pun bukan pecel kungkum.
Cerita sayur pecel kungkum yang disebut itu menurut salah satu anggota komunitas Persada Studi Klub Yogyakarta pimpinan Umbu Landu Paranggi ini, adalah makanan yang selalu dia pesan di FKKS ketika masih kuliah. Bersama Cunong Nunuk Suraja, Suminto A Sayuti  selalu menikmati enaknya pecel kungkum.Â
Apa itu pecel kungkum? Pecel kungkum adalah pecel yang disiram kuah soto. Proses bersatunya pecel dan kuah soto itu adalah kebersamaan atau dialog. Setiap orang perlu berdialog, bertegur sapa dengan orang lain. Orang lain, liyan (jawa), the other (inggris) sangat diperlukan untuk merajut kebersamaan. Bebrayan, community, akan terbangun bila ada liyan, ada orang lain, the other. Cara membangunya dengan tegur sapa, give and take. Itulah menurutnya yang disebut Bhineka Tunggal Ika.
Menurut Pak Minto, sebutan akrabnya, tema keragaman sudah mengemuka sejak lama. Saat program SBSB (Sastrawan Bicara Siswa Bertanya) dicanangkan tahun 2000, Suminto berkeliling dari Aceh sampai Atambuwa dengan sastrawan lainnya seperti Taufik Ismail, dan di solo dia bersama Emha Ainun Nadjib, di Manado Bersama Mariani Katopo. Kegiatan selama 7-9 tahun tersebut merupakan peristiwa menjelajahi keragaman bangsa Indonesia.
Indonesia Lahir daru Rahim Kebudayaan
Lebih rinci dosen UNY ini meyakinkan bahwa bangsa Indonesia pertama kali dilahirkan dari rahim kebudayaan 28 oktober 2028. Lalu baru dilahirkan kembali lewat rahim politik pada 17 Agustus 1945. Keduanya menggunakan dua puisi besar yang bernama sumpah pemuda, dan proklamasi. Teks sumpah pemuda, teks proklamasi ditulis seperti layaknya puisi. Soekarno yang membaca teks proklamisi, menurutnya persis seperti orang membaca puisi. Bangsa Indonesia ini dilahirkan dari Rahim sastra budaya. Â
Lakukan Menulis: ngelmu itu kelakone kanthi laku
Guru besar Fakultas Bahasa dan Seni dan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta ini menyemangati para peserta. Siapapun yang tahu bahasa, pasti dapat nulis cerpen. Apalagi cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Cerita itu, dicari-cari supaya kelihatan nyata. Menulis cerita bisa bermula dari peristiwa keseharian. Dalam ilmu sosiologi sastra ada pernyataan: sastra itu membayangkan kenyataan.
Dia mengajak peserta pelatihan untuk melaksanakan seperti yang dikemukakan dalam tembang macapat Pucung, ngelmu iku kelakone kanthi laku, (Ilmu itu hanya dapat diraih dengan cara dilakukan dalam perbuatan). Bukan ngelmu iku kelakone kanthi celatu, (ilmu itu diraih dengan berbicara). Ungkapan ini bermula dari Serat Wulangreh yang dibuat oleh Pakubuwono IV. Dia pun menekankan kepada guru-guru untuk melakukan perbuatan yaitu menulis. Yang lebih penting nglakoni (melaksanakan menulis).